Makalah Bioteknologi - Jika dalam postingan ini, anda kurang mengerti atau susunanya tidak teratur, anda dapat mendownload versi .doc makalah berikut :
Makalah Bioteknologi
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah, rahmat dan karunianya
serta kelapangan berpikir dan waktu, sehingga kami dapat menyusun
dan menyelesaikan makalah dengan
judul “BIOTEKNOLOGI”. "
Bioteknologi
secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu.
Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun
keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan
varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi
hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi pada masa lalu dibuktikan antara
lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin. Selain itu
beberapa hal yang penting lainnya yang berkaitan dengan Bioteknologi akan kita bahas
disini.
Kemudian kami juga menyadari bahwa materi
dan teknik yang kami
sampaikan dalam makalah ini masih memiliki beberapa kekurangan. Oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan agar makalah
ini menjadi lebih baik. Atas kritik dan sarannya saya mengucapkan
terima kasih. Akhir
kata pengantar saya mengucapkan terima kasih karena telah berkenan membaca
makalah ini. Semoga memberikan manfaat kepada kita semua.
Banjarmasin, 26 November 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
............................................................................ 1
A.
Latar
Belakang ........................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah ...................................................................... 1
C.
Tujuan
Penulisan ........................................................................ 2
D.
Manfaat
Penulisan ...................................................................... 2
BAB II ISI ...................................................................................................... 3
A.
Dasar-dasar
Bioteknologi............................................................ 3
1.
Pengertian
Bioteknologi ....................................................... 3
2.
Penerapan
Bioteknologi ....................................................... 4
B.
Sejarah
Singkat Bioteknologi ..................................................... 9
C.
Dampak
Negatif Bioteknologi ................................................... 10
1.
Dampak
terhadap Lingkungan ............................................. 10
2.
Dampak
terhadap Kesehatan ............................................... 10
3.
Dampak
di Bidang Sosial dan Ekonomi .............................. 11
4.
Dampak
terhadap Etika ........................................................ 12
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 15
A.
Kesimpulan
................................................................................. 15
B.
Saran
........................................................................................... 15
Daftar Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Anda
tentu pernah memakan tempe, roti, atau keju, bukan? Bagaimana dengan yoghurt,
apakah Anda mengenalnya? Jika jawaban Anda adalah ''ya'', berarti Anda telah
menggunakan beberapa produk hasil bioteknologi. Bioteknologi
menggunakan makhluk hidup, pada umumnya berupa mikroorganisme (bakteri dan
jamur), untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia. Walaupun
terdengar sebagai sesuatu yang sangat baru, bioteknologi sebenarnya sudah
digunakan dalam berbagai proses pada zaman dahulu. Misalnya, penggunaan ragi
untuk mengembangkan dan membuat adonan roti serta pembuatan keju dan minuman
beralkohol adalah merupakan salah satu contoh penerapan bioteknologi. Akan
tetapi, bioteknologi yang digunakan masih bioteknologi sederhana atau
konvensional.
Bioteknologi
terus berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Istilah bioteknologi modern pun muncul sebagai respons dari cepatnya
perkembangan bioteknologi. Kloning dan tanaman transgenik merupakan contoh
produk bioteknologi modern. Bioteknologi tercipta karena dorongan kebutuhan
manusia yang semakin meningkat. Berbagai usaha telah dilakukan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini tidak hanya terjadi pada bidang pertanian
dalam memenuhi kebutuhan pangan saja, tetapi juga dalam bidang-bidang lainnya.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
dasar-dasar bioteknologi?
2.
Bagaimana
sejarah singkat bioteknologi?
3.
Apa
saja dampak negatif bioteknologi?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Mampu
menjelaskan apa saja dasar-dasar bioteknologi.
2. Mampu
menjelakan bagaimana sejarah
singkat
bioteknologi.
3. Mampu
menjelaskan bagaimana dampak negatif
bioteknologi terhadap
lingkungan.
D. Manfaat Penulisan
Dengan adanya penulisan makalah ini dapat menambah
pengetahuan kita semua mengenai dasar-dasar bioteknologi, sejarah singkat
bioteknologi, dan dampak negatif bioteknologi.
BAB II
ISI
A.
Dasar-dasar
Bioteknologi
1.
Pengertian
Bioteknologi
Tahukah
kamu apa yang dimaksud dengan bioteknologi?
Bioteknologi berasal dari kata “bio” dan “teknologi”,
dan secara bebas dapat kamu definisikan sebagai
pemanfaatan organisme hidup untuk
menghasilkan produk dan jasa yang bermanfaat
bagi manusia (Kuswanti, 2008: 113).
Setelah
kamu membaca definisi di atas, kamu mungkin akan bertanya, apakah petani yang
membajak sawah dengan menggunakan kerbau juga termasuk bioteknologi? Diskusikan dengan teman-temanmu (Kuswanti, 2008: 113).
Bioteknologi
sebenarnya sudah dikerjakan manusia sejak
ratusan tahun yang lalu, karena manusia telah bertahun-tahun
lamanya menggunakan mikroorganisme seperti
bakteri dan jamur ragi untuk membuat makanan bermanfaat
seperti tempe, roti, anggur, keju, dan yoghurt. Namun
istilah bioteknologi baru berkembang setelah Pasteur menemukan proses fermentasi dalam pembuatan anggur (Kuswanti, 2008: 113).
Di
bidang pertanian kita juga sudah menggunakan mikroorganime
sejak abad ke-19 untuk mengendalikan hama
serangga dan menambah kesuburan tanah. Mikroorganisme
juga sudah digunakan secara luas di dalam
mengolah limbah industri dalam dasawarsa ini. Dalam bidang kesehatan
dan kedokteran, manusia telah dapat memproduksi vaksin tertentu dengan bantuan
virus (Kuswanti, 2008: 113).
Perkembangan
yang pesat dalam bidang biologi sel dan biologi molekuler sejak tahun
1960-an mendorong perkembangan
bioteknologi secara cepat. Dewasa ini manusia telah mampu memanipulasi,
mengubah, dan/atau menambahkan sifat tertentu pada suatu organisme (Kuswanti, 2008: 112).
Pengubahan
itu dilakukan pada tempat yang sangat penting
dan mendasar yaitu pada tingkat DNA (Deoksyribo Nucleic
Acid = Asam Deoksiribo Nukleat), yaitu
suatu rantai kimia yang
terdapat di dalam inti sel yang mengontrol seluruh
aktivitas sel, termasuk sifat suatu organisme. Atas dasar itu maka definisi bioteknologi sekarang adalah: Pemanfaatan
dan/atau perekayasaan proses biologi dari suatu agen biologi untuk menghasilkan produk dan jasa yang
bermanfaat bagi manusia (Kuswanti, 2008: 113).
Definisi
bioteknologi yang terakhir ini lebih dikenal sebagai
bioteknologi modern, karena di dalamnya terdapat perekayaan
proses, termasuk rekayasa genetika. Sementara itu
definisi yang pertama mengacu kepada bioteknologi konvensional
(tradisional), dimana manusia hanya menggunakan
proses yang terjadi dalam organisme, tanpa melakukan
manipulasi, seperti dalam pembuatan tape atau tempe (Kuswanti, 2008: 113).
2.
Penerapan
Bioteknologi
Dalam rangka memenuhi dan meningkatkan mutu kebutuhan
hidup, manusia memanfaatkan biologi terapan yang digabungkan dengan teknologi
modern sehingga tercipta ilmu baru yang dikenal dengan sebutan Bioteknologi dan
terkadang ada yang menyebut Biomasadepan. Beberapa ahli dan badan internasional
memberikan batasan Bioteknologi sebagai: (1) Kegiatan yang menitikberatkan pemanfaatan
aktivitas biologi dalam lingkup teknologi proses dan produksi secara
besar-besaran dalam industri yang dikaitkan dengan produksi masal, (2)
Pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah dan kerekayasaan terhadap jasad, sistem,
atau proses biologi untuk memproduksi benda hidup, benda mati, atau jasa bagi
kepentingan manusia. Dalam perkembangan lebih lanjut, lahirlah bioteknologi
kedokteran, bioteknologi farmasi, bioteknologi pertanian, bioteknologi
peternakan dan sebagainya (Maskoeri, 2013: 216).
a.
Bioteknologi
Kedokteran
Dengan rekayasa genetika dapat diciptakan vaksin yang
dapat menghasilkan zat immunoglobulin (zat kebal) terhadap beberapa penyakit,
misalnya hepatitis, kanker hati, lepra, dan sebagainya. Dapat pula dilakukan
pengambilan informasi genetik yang ada pada manusia untuk “dicangkok” pada
bakteri agar bakteri tersebut dapat mensintesa insulin. Insulin adalah hormon
yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berguna untuk menurunkan kadar gula
dalam darah. Pada penderita diabetes, kelenjar pankreas ini kurang berfungsi
sehingga kadar gula dalam darahnya tinggi. Dengan bantuan rekayasa genetika
maka dapat diproduksi insulin dalam jumlah besar oleh bakteri, yang kemudian
dapat diinjeksikan pada penderita diabetes (Harmoni, 1992: 104).
Bioteknologi mempunyai peran penting dalam bidang
kedokteran, misalnya dalam pembuatan antibodi monoklonal, vaksin, antibiotika
dan hormon (Anonim,
2013).
1)
Pembuatan Antibodi Monoklonal
Antibodi monoklonal
adalah antibodi yang diperoleh dari suatu sumber tunggal. Manfaat antibodi
monoklonal, antara lain:
·
Untuk mendeteksi kandungan hormon korionik gonadotropin dalam
urine wanita hamil
·
Mengikat racun dan menonaktifkannya;
·
Mencegah penolakan tubuh terhadap hasil transplantasi jaringan
lain (Anonim, 2013).
2)
Pembuatan Vaksin
Vaksin digunakan untuk
mencegah serangan penyakit terhadap tubuh yang berasal dari mikroorganisme.
Vaksin didapat dari virus dan bakteri yang telah dilemahkan atau racun yang
diambil dari mikroorganisme tersebut (Anonim, 2013).
3)
Pembuatan Antibiotika
Antibiotika adalah suatu
zat yang dihasilkan oleh organism tertentu dan berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan organism lain yang ada di sekitarnya. Antibiotika dapat diperoleh
dari jamur atau bakteri yang diproses dengan cara tertentu. Zat antibiotika telah
mulai diproduksi secara besar-besaran pada Perang Dunia II oleh para ahli dari
Amerika Serikat dan Inggris (Anonim, 2013).
4)
Pembuatan hormon
Dengan rekayasa DNA,
dewasa ini telah digunakan mikroorganisme untuk memproduksi hormon.
Hormon-hormon yang telah diproduksi, misalnya insulin, hormon pertumbuhan,
kortison, dan testosterone (Anonim, 2013).
b.
Bioteknologi
Farmasi
Dalam memerangi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
antigen atau bibit penyakit digunakanlah berbagai macam obat, yang pada zaman
dulu berupa ramuan beberapa macam tumbuhan yang berupa sari atau ekstrak,
tetapi pada saat ini, sesuai dengan kemajuan teknologi dibuat zat sintesis dan
pada saat mutakhir, melalui biologi molekular dan rekayasa genetika, tubuh
dipacu untuk memproduksi obat-obatan sendiri. Obat-obatan hasil bioteknologi
tersebut antara lain humulin untuk
diabetes, protopin yang merupakan
hormon pertumbuhan untuk memperbaiki anak-anak yang mengalami keterbelakangan
pertumbuhan alfainterferon untuk
pengobatan sejenis leukimia, dan sebagainya (Maskoeri, 2013: 218).
Dalam menghasilkan alkaloid untuk bahan obat-obatan,
kultur jaringan dapat mengatasi kesulitan dalam memperoleh senyawa itu. Dalam
keadaan yang biasa, senyawa itu diambil dari ekstrak tumbuhan obat-obatan,
tetapi dengan kultur jaringan senyawa tersebut diambil dari kalus hasil kultur
jaringan. Jadi, tidak perlu menunggu sampai tumbuhan itu dipanen, tetapi cukup
beberapa bulan, setelah kalus terbentuk. Dengan demikian. Tidak memerlukan
lahan kebun yang luas. Tumbuhan obat-obatan tersebut misalnya penax ginseng yang menhasilkan alkaloid
saponin dan ginseng, sedangkan Cathratus
sp menghasilkan alkaloid vendolin, tebernalin (anti tumor), dan sebagainya (Maskoeri,
2013: 218).
c.
Bioteknologi
Pertanian
Dalam rangka mencukupi pangan penduduk dunia yang
bertambah terus, maka produksi pangan secara konvensional tidak dapat
mengejarnya. Oleh karena itu, dicari jalan melalui bioteknologi pertanian yang
antara lain: (1) Penggunaan hormon-pertumbuhan yang mengubah tumbuhan dari
diploid menjadi poliploidi sehingga dihasilkan produk yang “raksasa”, misalnya
buah tomat, lombok menjadi besar, dan seterusnya. (2) Kultur jaringan. Pada
keadaan biasa, siklus pertumbuhan suatu tumbuhan memerlukan waktu yang cukup
panjang, tetapi melalui kultur jaringan siklus itu dapat diperpendek, misalnya
bunga anggrek yang secara biasa dari biji sampai menjadi tumbuhan dewasa hingga
berbunga memerlukan waktu yang cukup lama, tetapi melalui kultur jaringan akan
diperoleh tumbuhan baru dengan cepat dan segera dapat berbunga. Dalam
mempercepat pembibitan tumbuhan, kultur jaringan lebih cepat tiga puluh kali
dari pada cara tradisional. Dengan demikian, dapat mengatasi kekurangan dan
keterlambatan bibit dalam masa tanam dan juga meningkatkan kuantitas panen.
Dalam perbanykan tumbuhan secara kloning (clonning)
pada tumbuhan hias dan tumbuhan bernilai ekonomi tinggi dapat dilakukan secara
besar-besaran dengan kultur jaringan, misalnya pada kelapa sawit, kelapa
kopyor, dan sebagainya (Maskoeri, 2013: 219).
Untuk
perbaikan sifat tumbuhan, maka silang somatik dengan kultur jaringan dapat
dibuat keragaman genetik dalam memperoleh tumbuhan yang memilki sifat unggul.
Silang somatik dapat dilakukan antartumbuhan dalam satu varietas (Intervariety), inter spesies, inter
famili, inter classis, misalnya penyilangan antara Nicotiana tabacum dengan Pisum
sativum, Oryza sativa dengan Glysin
maximum, dan seterusnya (Maskoeri, 2013: 219).
Untuk
penelitian penyakit tumbuhan, kultur jaringan (merestim culture) dapat mengusahakan keragaman yang bebas virus
dari tumbuhan yang terserang. Beberapa ahli telah berhasil mendapatkan tumbuhan
bebas virus, misalnya tumbuhan anggur bebas virus CRLV, tumbuhan tembakau dari
TMV (Tobaco Mozaic Virus), dan
sebagainya (Maskoeri, 2013: 220).
Untuk
membuat tumbuhan toleran terhadap stres, dapat dibuat dengan kultur jaringan.
Dalam dunia pertanian dikenal banyak lahan pertanian tidak dapat digunakan
untuk budidaya tumbuhan pertanian karena tumbuhan yang akan ditanam mempunyai
stres terhadap garam dapur, garam Magnesium, garam Alumunium, pestisida,
suasana yang dingin, dan sebagainya. Dengan teknik kultur jaringan, dapat
diusahakan spesies atau varietas yang tahan terhadap stres tersebut, misalnya Licopersicum esgulentum dan Oryza sativa var yang toleran terhadap
garam Natrium chlorida (Maskoeri, 2013: 220).
Kultur
jaringan dapat melestarikan plasma nutfah yang disimpan di tempat yang dingin
sebagai “Call culture, Protoplast culture)
dan sebagainya. (3) Rekayasa genetika tumbuhan dapat menciptakan tumbuhan yang
dapat membentuk racun sendiri dari serangan insekta yang hendak memakannya.
Dengan kata lain, tumbuhan dapat menghasilkan sendiri zat pelindung terhadap
insekta sehingga tidak perlu penyemprotan insektisida. Kecuali itu, dengan
rekayasa genetika dapat dihasilkan tumbuhan bergizi tinggi, tumbuhan tahan
kering, tumbuhan yang dapat memproduksi pupuk sendiri, umur mulai produksi
pendek, dan seterusnya (Maskoeri, 2013: 220).
d.
Bioteknologi
Peternakan
Seperti
halnya tumbuhan, hewan ternak diperlukan juga dalam memenuhi kebutuhan pangan
manusia. Dengan perkawinan silang dapat dihasilkan hewan-hewan yang berkualitas
lebih baik, tetapi tampaknya juga tidak dapat mengejar kebutuhan manusia yang
selalu meningkat. Oleh karena itu, para ahli peternakan juga memanfaatkan
bioteknologi peternakan, yakni penerapan rekayasa genetika yang melalui dua
tahap, yaitu (1) untuk memproduksi obat dan vaksin serta hormon pertumbuhan
ternak, dan (2) melibatkan hewan dapat tumbuh lebih cepat dan makannya lebih
sedikit, atau menjadi ternak yang lebih unggul (Maskoeri, 2013: 221).
B.
Sejarah
Singkat Bioteknologi
Bioteknologi
bukanlah merupakan ilmu baru dalam peradaban
manusia. Bioteknologi telah dilakukan sejak zaman
prasejarah, antara lain untuk menghasilkan minuman beralkohol dan makanan yang
difermentasikan. Semenjak
awal diterapkan, sampai dengan tahun 1857 disebut
era bioteknologi non-mikrobial. Disebut bioteknologi era non-mikrobial karena
pada saat itu belum diketahui
bahwa makanan produk fermentasi merupakanhasil kerja mikroorganisme.
Bioteknologi dimensi baru (bioteknologi mikrobial) dimulai sejak
1857 setelah Louis Pasteur
menemukan bahwa fermentasi yang terjadi dalam
pembuatan anggur merupakan
hasil kerja mikroorganisme.
Makanan atau minuman yang
diproduksi melalui proses
fermentasi antara lain tempe, tape,
sake (di Jepang), tuak, anggur, dan
yoghurt (Kuswanti, 2008:
114).
Pada
tahun 1920 proses fermentasi
yang ditimbulkan oleh mikroorganisme
mulai diguna-kan untuk
memproduksi zat-zat seperti aseton,
butanol, etanol, dan gliserin. Fermentasi
juga digunakan untuk memproduksi
asam laktat, asam sitrat,
dan asam asetat dengan menggunakan jasa
bakteri. Setelah perang dunia
II dihasilkan produk bioteknologi lain
misalnya penisilin dari jamur
Penicillium notatum. Keberhasilan
ini diikuti dengan penelitian
kemampuan mikroorganisme lain
menghasilkan antibiotic dan
zat-zat lain seperti vitamin, steroid, enzim,
asam amino, dan senyawa-senyawa
protein tertentu (Kuswanti, 2008:
113).
Perkembangan
teknologi mutakhir yang
dibarengi dengan perkembangan di
bidang biokimia, biologi
seluler, dan biologi molekuler
melahirkan teknologi enzim
dan rekayasa genetika yang akhirnya
mengantarkan kita ke suatu era
bioteknologi modern. Kini bioteknologi telah benar-benar digunakan untuk menjawab berbagai tantangan kehidupan manusia (Kuswanti, 2008: 113).
C.
Dampak
Negatif Penerapan Bioteknologi
Bioteknologi,
terutama rekayasa genetika, pada awalnya diharapkan
dapat menjelaskan berbagai macam persoalan dunia seperti,
polusi, penyakit, pertanian, dan sebagainya. Akan tetapi, dalam kenyataannya juga menimbulkan
dampak yang membawa kerugian (Wariyono, 2008: 106).
1.
Dampak
terhadap Lingkungan
Pelepasan
organisme transgenik (berubah secara genetik) ke alam
bebas dapat menimbulkan dampak berupa pencemaran biologi yang dapat lebih berbahaya daripada
pencemaran kimia dan nuklir. Dengan
keberadaan rekayasa genetika, perubahan genotype tidak terjadi secara alami sesuai
dengan dinamika populasi, melainkan menurut
kebutuhan pelaku bioteknologi itu. Perubahan drastis
ini akan menimbulkan bahaya, bahkan kehancuran. “Menciptakan” makhluk hidup yang seragam bertentangan
dengan prinsip di dalam biologi
sendiri, yaitu keanekaragaman
(Wariyono, 2008: 106).
2.
Dampak
terhadap Kesehatan
Produk
rekayasa di bidang kesehatan dapat juga menimbulkan masalah serius. Contohnya adalah
penggunaan insulin hasil rekayasa
telah menyebabkan 31 orang meninggal di Inggris. Tomat Flavr Savrt diketahui
mengandung gen resisten terhadap antibiotik. Susu
sapi yang disuntik dengan hormon BGH disinyalir mengandung bahan kimia baru yang punya potensi
berbahaya bagi kesehatan
manusia (Wariyono, 2008:
106).
3.
Dampak
di Bidang Sosial dan Ekonomi
Beragam
aplikasi rekayasa menunjukkan bahwa bioteknologi mengandung
dampak ekonomi yang membawa pengaruh kepada kehidupan
masyarakat. Produk
bioteknologi dapat merugikan petani kecil. Penggunaan hormon pertumbuhan sapi (bovine
growth hormone: BGH) dapat
meningkatkan produksi susu sapi sampai 20% niscaya akan menggusur peternak kecil. Dengan
demikian, bioteknologi dapat menimbulkan
kesenjangan ekonomi (Wariyono,
2008: 106).
Dalam
waktu yang tidak terlalu lama lagi, tembakau, cokelat, kopi, gula, kelapa, vanili, ginseng, dan
opium akan dapat dihasilkan melalui
modifikasi genetika tanaman lain, sehingga akan menyingkirkan tanaman aslinya. Dunia ketiga sebagai
penghasil tanaman-tanaman tadi akan menderita kerugian besar (Wariyono, 2008: 106).
Produk
minuman beralkohol seperti bir, anggur, wiski,
dan air tape terkadang juga menimbulkan dampak
yang buruk bagi lingkungan. Dampak tersebut
berupa kebiasaan meminum minuman beralkohol
tersebut sehingga mabuk. Minuman beralkohol
bila diminum dalam jumlah banyak bersifat memabukkan
dan menyebabkan kantuk karena menekan
aktivitas otak (Dewi, 2008: 136).
Alkohol
juga bersifat candu. Orang yang sering minum
alkohol dapat menjadi ketagihan dan sulit untuk
meninggalkan kebiasaan minum minuman beralkohol.
Walaupun tidak beracun, alkohol dapat menimbulkan
angka kematian yang tinggi, misalnya pengemudi
kendaraan yang dalam keadaan mabuk menimbulkan
kecelakaan lalu lintas (Dewi, 2008:
136).
Alkohol
yang terdapat dalam minuman beralkohol kadarnya
bermacam-macam. Secara alami alkohol hasil fermentasi kadarnya 12-15 % karena
pada larutan yang berkadar sebesar ini ragi
akan mati. Tetapi melalui
proses penyulingan dapat diperoleh alkohol
sampai 95,5% (Dewi, 2008: 136).
4.
Dampak
terhadap Etika
Menyisipkan
gen makhluk hidup lain memiliki dampak etika yang
serius. Menyisipkan gen mahkluk hidup lain yang tidak berkerabat dianggap melanggar hukum alam
dan sulit diterima masyarakat. Mayoritas
orang Amerika berpendapat bahwa pemindahan gen
itu tidak etis, 90% menentang pemindahan gen manusia ke hewan, 75% menentang pemindahan gen
hewan ke hewan lain (Wariyono,
2008: 107).
Bahan
pangan transgenik yang tidak berlabel juga membawa konsekuensi bagi penganut agama
tertentu. Bagaimana hukumnya bagi
penganut agama Islam, kalau gen babi disisipkan ke dalam buah semangka? Penerapan hak paten pada
makhluk hidup hasil rekayasa
merupakan pemberian hak pribadi atas makhluk hidup. Hal itu bertentangan dengan banyak
nilai-nilai budaya yang menghargai nilai
intrinsik makhluk hidup.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Bioteknologi adalah ilmu terapan biologi
yang melibatkan disiplin ilmu mikrobiologi, biokimia, dan rekayasa genetika
untuk menghasilkan produk dan jasa.
2.
Bioteknologi
memiliki dampak positif dan negatif.
B.
Saran
Bioteknologi
memiliki dampak positif dan negatif. Akan lebih baik jika penggunaan
bioteknologi digunakan secara bijaksana dan semanfaat mungkin tanpa harus
memberikan dampak negatif dilingkungan sekitar. Dan diharapkan dengan semakin
berkembangnya bioteknologi dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia.
Daftar Pustaka
Wariyono, Sukis dan Yani Muharomah. 2008. Mari Belajar Ilmu Alam Sekitar Panduan
Belajar IPA Terpadu Untuk Kelas IX SMP/MTs. Jakara: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Kuswanti, Nur dkk. 2008. Contextual
Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam:
Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas IX Edisi 4. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Ganawati, Dewi, Sudarmana dan Wiwik Radyuni. 2008. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu
dan Kontekstual IX. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Jasin, Maskoeri. 2013. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Harmoni, Ati. 1992. Pengantar Ilmu Alamiah Dasar (IAD).
Depok: Gunadarma.
Anonim. 2013. Bioteknologi
Modern. http://www.artikelbiologi.com/2013/04/bioteknologi-modern.html.
Diakses tanggal 26 November 2014.
Demikianlah materi tentang Makalah Bioteknologi yang sempat kami berikan. semoga materi yang kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak materi seputar Makalah Bola Basket yang telah kami posting sebelumnya. Semoga dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.
Anda dapat mendownload Makalah diatas dalam Bentuk Document Word (.doc) melalui link berikut.
EmoticonEmoticon