Makalah Fermentasi Nata De Coco - Jika dalam postingan ini, anda kurang mengerti atau susunanya tidak teratur, anda dapat mendownload versi .doc makalah berikut :
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Pemanfaatan limbah pengolahan
kelapa berupa air kelapa merupakan cara mengoptimalkan pemanfaatan buah kelapa.
Limbah air kelapa cukup baik digunakan
untuk substrat pembuatan Nata de Coco. Pemanfaatan
limbah air kelapa untuk pembuatan Nata de Coco merupakan upaya pemanfaatan
limbah menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Dalam air kelapa terdapat berbagai nutrisi
yang bisa dimanfaatkan bakteri penghasil Nata de Coco. Nutrisi yang terkandung
dalam air kelapa antara lain : gula sukrosa 1,28%, sumber mineral yang beragam
antara lain Magnesium serta adanya faktor pendukung pertumbuhan (growth
promoting factor), merupakan senyawa yang mampu meningkatkan pertumbuhan
bakteri penghasil nata (Acetobacter xylinum).
Adanya gula sukrosa dalam air
kelapa akan dimanfaatkan oleh Acetobacter xylinum sebagai sumber
energi, maupun sumber karbon untuk membentuk senyawa metabolit diantaranya
adalah selulosa yang membentuk Nata de Coco. Senyawa peningkat pertumbuhan
mikroba akan meningkatkan pertumbuhan mikroba, sedangkan adanya mineral dalam
substrat akan membantu meningkatkan aktivitas enzim kinase dalam metabolisme di
dalam sel Acetobacter xylinum untuk menghasilkan selulosa. Pembuatan
olahan nata de coco dengan berbagai variasi rasa, termasuk rasa khas daerah
yang memanfaatkan bahan baku lokal dapat meningkatkan nilai ekonomis produk.
Diversifikasi olahan nata de coco
telah dilakukan oleh BPTP Jawa Tengah di Desa Petanahan, Kecamatan Petanahan,
Kabupaten Kebumen. Nata de coco dengan berbagai rasa yang menonjolkan khas
daerah, dilakukan dengan menggunakan bahan perasa alami yang berasal/mudah
didapat di lokasi, yaitu rasa rempah secang, jahe, gula asam dan rasa jeruk.
Proses pembuatan nata de coco dengan rasa khas daerah pada prinsipnya sama
dengan pembuatan nata de coco biasa, namun perlu dilakukan proses lanjut. Nata
de Coco direbus dalam air bergula, dan ditambahkan dengan aneka rasa sesuai
selera. Untuk rasa rempah secang dan Jahe, sebelum nata de coco dimasukkan, air
rasa rempah secang dan jahe tersebut disaring terlebih dahulu.
1.2.
Rumusan
Masalah
Keberadaan limbah cair yang
dihasilkan dinilai mengancam keberadaan lingkungan. Oleh karena itu, limbah yang dihasilkan perlu
diadakan proses lebih lanjut agar lebih
bermanfaat.
1.3.
Tujuan
1. Mengetahui
pengertian dan karakteristik dari Nata De Coco
2. Mengurangi
permasalahan lingkungan yang timbul akibat proses industri.
3. Memberikan
informasi mengenai proses fermentasi Nata De Coco.
1.4.
Metode
Penulisan
Pada pembuatan laporan Rekayasa
Bioteknologi ini metode penulisan yang digunakan penulis adalah dengan studi
literatur.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Bioteknologi
Bioteknologi secara harafiah terdiri dua kata yakni bio dan teknologi.
Bio mengandung arti hidup, sedang teknologi adalah cara untuk merubah bahan
baku menjadi suatu produk.
Dari arti dua kata tersebut, pengertian bioteknologi akan menjadi terlalu
luas, sehingga perlu dirumuskan pengertian yang lebih sempit. Tiap-tiap negara
mempunyai definisi masing-masing mengenai bioteknologi, yang menyatakan corak
dan lingkungan kegiatan yang dikaitkan dengan kepentingan dan tujuan yang ingin
dicapai dengan kegitan bioteknologi di negara yang bersangkutan.
Lee ( 1983 ) menyatakan pentingnya definisi yang seragam tentang
bioteknologi agar terdapat pandangan yang sama dalam mendiskusikan masalah
bioteknologi baik dalam skala nasional maupun internasional. Batasan umum
yang diusulkan untuk negara anggota Organisasi Untuk Kerjasama dan Pengembangan
Ekonomi ( OECD = Organization for Economic Cooperation and Development )
adalah batasan yang didefinisikan oleh Bull dkk. ( 1982 ) yakni :
“ Bioteknologi merupakan penerapan prinsip ilmiah dan rekayasa
pengolahan bahan oleh agen biologi untuk menyediakan barang dan jasa “
Agen biologi
Bahan baku ---------------------------- Produk (
barang dan jasa )
Bahan yang dimaksud definisi diatas meliputi semua bahan
organik. Sedang yang dimaksud agen biologi ialah katalisator-katalisator
biologi dengan kisaran yang luas, tetapi ditekankan pada mikroorganisme
berenzim dan sel hewan/tumbuhan. Pengertian
bahan dan jasa meliputi produk industri yang berupa pangan, minuman, obat,
senyawa biokimia dan peniadaan pengaruh logam dalam mengolah limbah industri
dan rumah tangga.
Penerapan bioteknologi telah dilakukan sejak zaman
prasejarah, antara lain untuk menghasilkan minuman alkohol dan mengawetkan
daging. Dari minuman beralkohol, anggur mungkin merupakan produk bioteknologi
tertua, kemudian disusul oleh bir dan roti. Produk
penting lain yang berasal dari proses bioteknologi tradisional adalah keju,
yogurt, kecap dan sebagainya.
Bioteknologi
tradisional berjalan sampai tahun 1857, setelah Pasteur menemukan bahwa
fermentasi merupakan proses yang dilakukan oleh mikroorganisme hidup ( Lee,
1983 ). Produk fermentasi mikroorganisme antara lain adalah tembakau, the dan
cokelat. Sekitar tahun 1920, proses
fermentasi yang dilakukan oleh mikroorganisme mulai digunakan untuk memproduksi
zat-zat seperti aseton, butanol, ethanol dan gliserin. Fermentasi juga digunakan untuk memproduksi asam laktat
dan asam asetat ( Apeldoom, 1981 ).
Produksi penisilin oloeh jamur Penicillium notatum
berkembang pesat setelah Perang Dunia II dan diikuti peningkatan penelitian
mikroorganisme lain yang dapat mengahsilkan antibiotika dan zat-zat lain
seperti vitamin, steroid, enzym dan asam amino. Perkembangan
yang pesat di bidang biologi molekular dan biologi selular menjadi dasar ilmiah
utama untuk perkembangan teknologiu mukhtakir. Teknologi enzym dan rekayasa
genetika mengantarkan ke suatu biuoteknologi dimensi baru. Penemuan rekayasa
genetika melalui teknologi rekombinan DNA ( deoxyribose nucleic acid = asam
deoksiribonukleat ) merupakan awal terjadinya perkembangan dan ketenaran
bioteknologi yang demikian pesat pada saat ini
:
Produk bioteknologi dapat dibagi menjadi dua golongan
besar , yaitu :
1.
Senyawa
kimia yang dibuat oleh mikroorganisme hasil rekayasa genetik
2.
Mikroorganisme
hasil rekayasa geneteik itu sendiri
Sedang
senyawa yang merupakan produk bioteknologi dapat dibedakan dalam :
1. Senyawa
yang belum pernah ditemukan sebelumnya
2. Senyawa
langka yang jarang tersedia secara luas dalam jumlah besar
3. Senyawa
yang sekarang telah diproduksi dengan harga yang lebih murah
Senyawa-senyawa
produk bioteknologi biasanya dibuat melalui proses fermentasi, oleh sebab itu
rancangan alat fermentasi yang lebih hemat bersama dengan teknik produksi yang
sempurna merupakan hal-hal yang harus mendapat perhatian utama dalam industri.
Proses yang sempurna dan galur mikroba yang tepat akan meninbgkatkan produksi
dalam industri fermentasi senyawa organik.
2.2.
Mikroorganisme
dalam Bioteknologi
Banyak
jenis mikroorganisme yang telah dimanfaatkan di bidang bioteknologi.
Mikroorganisme yang digunakan dalam bidang bioteknologi pangan umumnya
merupakan kultur campuran yang diperoleh dari bahan baku ataupun lingkungan
yang sring tidak teridentifikasi, yang membuat tidak terjaminnya mutu produk. Oleh karena itu penggunaan kultur mikroba hasil
penelitian dianjurkan untuk menunjang penjaminan mutu produk. Mikroba yang sering digunakan dalam bidang
bioteknologi pangan adalah bakteri,
khamir dan jamur
Contoh produk bioteknologi pangan dan mikroba yang
digunakan
Produk
|
Mikroba
|
Roti, bir , wine
Yogurt, probiotik
Kecap
Tempe
Tape
Asam cuka
Asam sitrat
Asam laktat
Nata
Acar, asinan
|
Saccharomyces cerevisiae
Bakteri asam laktat
Aspergillus oryzae
Rhizopus sp
Saccharomyces
Acetobacter aceti
Aspergillus niger
Lactobacillus delbrueckii
Acetobacillus xylinum
Bakteri asam laktat
|
Perubahan sifat Biologis melalui rekayasa genetika
tersebut menyebabkan "lahirnya organisme baru" produk bioteknologi
dengan sifat-sifat yang menguntungkan bagi manusia. Produk bioteknologi, antara
lain :
a. Jagung resisten
hama serangga
b. Kapas
resisten hama serangga
c.
Pepaya resisten virus
d. Enzim pemacu
produksi susu pada sapi
e.
Padi mengandung vitamin A
f.
Pisang mengandung vaksin hepatitis
2.3.
Nata
De Coco
Nata de Coco adalah nama yang mula-mula
dikenal di Filiphina untuk menyebut produk olahan yang dibuat dari air kelapa
dengan bantuan bakteri pembentuk Nata yaitu Acetobacter xylinum. Nata de Coco
merupakan makanan olahan dari sari kelapa ini mulai diperkenalkan di Indonesia
sekitar tahun 1987. Kata Nata diduga berasal dari bahasa Spanyol, yaitu Nadar
yang berarti berengan. Dugaan lain, kata ini berasal dari bahasa Latin “nature”
artinya terapung. Sedangkan menurut Rony Palungkun (2001) Nata berasal dari
bahasa Spanyol yang berarti krim (cream). Jadi Nata de Coco adalah krim yang
berasal dari air kelapa.
Gambar Nata de Coco
Nata de Coco adalah bahan padat seperti
agar-agar tapi lebih kenyal atau seperti kolang-kaling, tetapi lembek, berwarna
putih transparan. Sejenis makanan penyegar atau pencuci mulut dan dapat dicampur
ke dalam eskrim, fruit coctail, yoghurt dan sebagainya. Walau produk ini belum
diekspor, pasaran domestiknya cukup baik. Saat ini Nata de Coco sudah banyak
dijual di toko serba ada maupun toko-toko lain di kota besar, sehingga tidak
tertutup kemungkinan suatu saat Nata de Coco menjadi salam satu komoditi
eksport mengikuti jejak produk-produk olahan kelapa lainnya.
III.
PEMBAHASAN
3.1. Produk Olahan Kelapa
Air kelapa adalah bahan baku utama
pembuatan Nata de Coco, sebaliknya air kelapa yang digunakan berasal dari buah
kelapa hijau yang matang. Air kelapa yang digunakan harus murni tidak bercampur
dengan air maupun kotoran, namun tidak harus selalu dalam keadaan segar (air
kelapa baru).
Buktinya air kelapa yang telah disimpan
selama dua hari renalemannya (persentasi Nata yang diperoleh dibandingkan
dengan air kelapa yang digunakan) justru lebih tinggi (75.01%) dari air kelapa
segar. Nata termasuk produk hasil fermentasi, biang yang digunakan adalah
bakteri Acetobacter xylinum jika ditumbuhkan di media cair yang mengandung gula
(seperti air kelapa), bakteri ini akan menghasilkan asam cuka atau asam asetat
dan lapisan putih yang terapung-apung di permukaan cari tersebut. Bakteri ini membentuk masa yang kokoh dan
dapat mencapai ketebalan beberapa centimeter. Bakteri ini sendiri terperangkap
dalam masa yang dibuatnya. Menurut
Pratiwi et al., 2004 adapun pembentukan asam cuka oleh bakteri Acetobacter
xylinum adalah sebagai berikut:
Pembuatan Nata de Coco
yaitu pemanfaatan sumber gula sebagai sumber tenaga, sebagian gula disintetis
menjadi selulosa atau Nata, sebagian gula diuraikan menjadi asam cuka yang
menurunkan derajat keasaman (pH) medium sampai 3.0 – 2.5 sehingga medium
semakin asam. Untuk dapat menghasilkan masa yang kokoh, kenyal, tebal putih,
dan tembus pandang, diperlukan suhu inkubasi (pemeraman) komposisi, dan derajat
keasaman (pH) media.
3.2.
Acetobacter
xylinum
Bakteri pembentuk Nata
adalah Acetobacter xylinum yang termasuk genus Acetobacter yang mempunyai ciri
antara lain berbentuk batang, gram negatif, bersifat aerobik dan merupakan asam
asetat.
Gambar Acetobacter xylinum
Adapun klasifikasi dari
Acetobacter xylinum adalah:
Divisi : Protophyta
Class : Schizomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Famili :
Pseudomonadaceae
Genus : Acetobacter
Spesies : Acetobacter
xylinum
Acetobacter xylinum ini memiliki sifat yang unik, yaitu bila ditambahkan pada medium gula akan membentuk suatu polisakarida yang dikenal dengan “Selulosa ekstraselluler”. Selain itu mempunyai aktivitas oksidasi lanjutan atau “over oxydizer”, yaitu mampu mengoksidasi lebih lanjut asam asetat menjadi CO2 dan H2O. Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal, yang tidak terlihat oleh mata, tetapi dengan bantuan mikroskop, mikroorganisme tersebut akan tampak, ukuran bakteri berkisar antara panjang 0.5 – 10 ? dan lebar 0.5 – 2.5 ? tergantung dari jenisnya (? = 1 mikron = 0.001 mm). Bakteri hidup secara tradisional kosmopolit baik di udara, tanah, air, bahan makanan, tubuh manusia, dan tumbuhan.
Variasi bentuk bakteri atau koloni bakteri dipengaruhi oleh arah pembelahan, umur dan syarat pertumbuhan tertentu, misalnya makanan, suhu dan keadaan yang tidak menguntungkan bagi bakteri, bentuk bakteri terdiri dari; bakteri batang (silindris), bentuk bulat (kokus), bentuk spiral (spirilum). Sedangkan struktur sel bakteri ada flagella, dinding sel, membran sel, kapsul, DNA pada daerah nukleus dan ribosom (Pratiwi et al., 2004).
3.3. Karbohidrat, Nitrogen dan Asam Cuka
Air kelapa yang
digunakan dalam proses fermentasi harus memenuhi standar kualitas yang telah
ditetapkan untuk menghasilkan nata yang baik. Air kelapa harus berasal dari
kelapa yang telah matang, tidak terlalu muda atau tua. Sebelum dimasukkan biakan
bakteri nata de coco, ditambahkan karbohidrat, nitrogen dan asam cuka untuk
menunjang kehidupan bakteri ini. Senyawa hidrat arang yang digunakan adalah
senyawa sederhana yang terdiri dari sukrosa, fruktosa, maltosa dan manosa.
Sukrosa merupakan senyawa yang paling baik bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter
xylinum.
Nitrogen yang ditambahkan ke dalam air kelapa berasal dari nitrogen organik seperti protein dan ragi. Namun, dapat juga menggunakan nitrogen non organik seperti urea, amonium sulfat [(NH4)2SO4] dan ammonium fosfat (NH4)3PO4. Jika dibandingkan dengan nitrogen organik, biaya penggunaan nitrogen non organik lebih murah dan kualitasnya pun cukup baik. Bahkan amonium sulfat sangat baik dijadikan bahan tambahan pembuat nata de coco karena harganya sangat ekonomis, mudah larut dalam larutan lain dan sangat selektif terhadap pertumbuhan mikroba lain
Asam cuka atau asam asetat yang ditambahkan dalam air kelapa berfungsi untuk mengurangi atau meningkatkan derajat keasaman. Jenis asam cuka yang paling baik untuk menghasilkan nata yang berkualitas adalah asam asetat glacial dengan konsentrasi keasaman sebesar 99,8%. Asam asetat dengan konsentrasi keasaman yang lebih rendah dari asam asetat glacial dapat pula digunakan dalam proses fermentasi ini, namun dibutuhkan dalam jumlah yang banyak guna memenuhi derajat keasaman yang dibutuhkan bakteri nata de coco.
3.4. Proses Pembuatan Nata De
Coco
Nata dapat dibuat dari
bahan baku air kelapa, dan limbah cair pengolahan tahu (whey tahu). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut dengan nata de coco, dan yang dari whey tahu disebut dengan nata de soya. Bentuk, warna, tekstur dan rasa kedua jenis nata tersebut tidak berbeda.
Pembuatan nata tidak sulit, dan biaya yang dibutuhkan juga tidak
banyak. Usaha pembuatan nata ini
merupakan alternatif usaha yang cukup menjanjikan (prospektif).
Fermentasi Nata dilakukan melalui tahap-tahap berikut :
1.
Pemeliharaan
biakan murni Acetobacter xylinum.
Fermentasi nata memerlukan biakan murni Acetobacter xylinum.
Biakan
murni ini harus dipelihara sehingga dapat digunakan setiap saat diperlukan. Pemeliharan tersebut meliputi:
murni ini harus dipelihara sehingga dapat digunakan setiap saat diperlukan. Pemeliharan tersebut meliputi:
a. Penyimpanan
Proses penyimpanan sehingga dalam jangka waktu yang cukup lama
viabilitas (kemampuan hidup) mikroba tetap dapat dipertahankan. Xylinum biasanya disimpan pada agar miring yang terbuat dari media
Hassid dan Barker yang dimodifikasi dengan komposisi sebagai berikut :
Glukosa (100 gram), ekstrak khamir (2,5 gram), K2HPO4 (5 gram),
(NH4)2SO4 (0,6 gram), MgSO4 (0,2 gram), agar (18 gram) dan air kelapa (1 liter). Pada agar miring dengan suhu penyimpanan 4-7°C, mikroba ini dapat disimpan selama 3-4 minggu.
viabilitas (kemampuan hidup) mikroba tetap dapat dipertahankan. Xylinum biasanya disimpan pada agar miring yang terbuat dari media
Hassid dan Barker yang dimodifikasi dengan komposisi sebagai berikut :
Glukosa (100 gram), ekstrak khamir (2,5 gram), K2HPO4 (5 gram),
(NH4)2SO4 (0,6 gram), MgSO4 (0,2 gram), agar (18 gram) dan air kelapa (1 liter). Pada agar miring dengan suhu penyimpanan 4-7°C, mikroba ini dapat disimpan selama 3-4 minggu.
b.
Penyegaran
Penyegaran kembali mikroba yang telah disimpan sehingga terjadi
pemulihan viabilitas dan mikroba dapat disiapkan sebagai inokulum
fermentasi. Setiap 3 atau 4 minggu, biakan A. xylinum harus dipindahkan kembali pada agar miring baru. Setelah 3 kali penyegaran, kemurnian biakan harus diuji dengan melakukan isolasi biakan pada agar cawan. Adanya koloni asing pada permukaan cawan menunjukkan bahwa kontaminasi telah terjadi. Biakan pada agar miring yang telah terkontaminasi, harus diisolasi dan dimurnikan kembali sebelum disegarkan.
pemulihan viabilitas dan mikroba dapat disiapkan sebagai inokulum
fermentasi. Setiap 3 atau 4 minggu, biakan A. xylinum harus dipindahkan kembali pada agar miring baru. Setelah 3 kali penyegaran, kemurnian biakan harus diuji dengan melakukan isolasi biakan pada agar cawan. Adanya koloni asing pada permukaan cawan menunjukkan bahwa kontaminasi telah terjadi. Biakan pada agar miring yang telah terkontaminasi, harus diisolasi dan dimurnikan kembali sebelum disegarkan.
2.
Pembuatan
Starter.
Starter adalah populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi
fisiologis yang
siap diinokulasikan pada media fermentasi. Mikroba pada starter tumbuh
dengan cepat dan fermentasi segera terjadi. Media starter biasanya identik
dengan media fermentasi. Media ini diinokulasi dengan biakan murni dari
agar miring yang masih segar (umur 6 hari). Starter baru dapat digunakan 6 hari setelah diinokulasi dengan biakan murni. Pada permukaan starter akan tumbuh mikroba membentuk lapisan tipis berwarna putih. Lapisan ini disebut dengan nata.
siap diinokulasikan pada media fermentasi. Mikroba pada starter tumbuh
dengan cepat dan fermentasi segera terjadi. Media starter biasanya identik
dengan media fermentasi. Media ini diinokulasi dengan biakan murni dari
agar miring yang masih segar (umur 6 hari). Starter baru dapat digunakan 6 hari setelah diinokulasi dengan biakan murni. Pada permukaan starter akan tumbuh mikroba membentuk lapisan tipis berwarna putih. Lapisan ini disebut dengan nata.
Semakin lama lapisan ini akan semakin tebal sehingga ketebalannya
mencapai 1,5 cm. Starter yang telah berumur 9 hari (dihitung setelah
diinokulasi dengan biakan murni) tidak dianjurkan digunakan lagi karena kondisi
fisiologis mikroba tidak optimum bagi fermentasi, dan tingkat kontaminasi
mungkin sudah cukup tinggi. Volume starter disesuaikan dengan volume media
fermentasi yang akan disiapkan. Dianjurkan volume starter tidak kurang dari 5%
volume media yang akan difermentasi menjadi nata. Pemakaian starter yang
terlalu banyak tidak dianjurkan karenatidak ekonomis.
3.
Fermentasi.
Fermentasi dilakukan pada media cair yang telah diinokulasi dengan starter.
Fermentasi berlangsung pada kondisi aerob (membutuhkan oksigen). Mikroba tumbuh terutama pada permukaan media. Fermentasi dilangsungkan sampai nata yang terbentuk cukup tebal (1,0 – 1,5 cm). Biasanya ukuran tersebut tercapai setelah 10 hari (semenjak diinokulasi dengan starter), dan fermentasi diakhiri pada hari ke 15. Jika fermentasi tetap diteruskan, kemungkinan permukaan nata mengalami kerusakan oleh mikroba pencemar. Nata berupa lapisan putih seperti agar. Lapisan ini adalah massa mikroba berkapsul dari selulosa. Lapisan nata mengandung sisa media yang sangat masam. Rasa dan bau masam tersebut dapat dihilangkan dengan perendaman dan perebusan dengan air bersih.
Fermentasi dilakukan pada media cair yang telah diinokulasi dengan starter.
Fermentasi berlangsung pada kondisi aerob (membutuhkan oksigen). Mikroba tumbuh terutama pada permukaan media. Fermentasi dilangsungkan sampai nata yang terbentuk cukup tebal (1,0 – 1,5 cm). Biasanya ukuran tersebut tercapai setelah 10 hari (semenjak diinokulasi dengan starter), dan fermentasi diakhiri pada hari ke 15. Jika fermentasi tetap diteruskan, kemungkinan permukaan nata mengalami kerusakan oleh mikroba pencemar. Nata berupa lapisan putih seperti agar. Lapisan ini adalah massa mikroba berkapsul dari selulosa. Lapisan nata mengandung sisa media yang sangat masam. Rasa dan bau masam tersebut dapat dihilangkan dengan perendaman dan perebusan dengan air bersih.
4.
Bahan
a.
Penyiapan
biakan murni.
- Biakan murni A.xylinum
- Glukosa (100 gram)
- Ekstrak khamir (5 gram
- K2HPO4 (5gram)
- (NH4)2SO4 (0,6 gram)
- MgSO4 (0,2 gram)
- Agar (18 gram)
- Air kelapa (1 liter)
- Asam Asetat 25 % untuk mengatur pH menjadi 3-4
- Biakan murni A.xylinum
- Glukosa (100 gram)
- Ekstrak khamir (5 gram
- K2HPO4 (5gram)
- (NH4)2SO4 (0,6 gram)
- MgSO4 (0,2 gram)
- Agar (18 gram)
- Air kelapa (1 liter)
- Asam Asetat 25 % untuk mengatur pH menjadi 3-4
b.
Pembuatan
Starter
- Biakan murni A.xylinum
- Gulkosa 100 gram
- Urea 5 gram
- Air kelapa 1 liter
- Asam Asetat 25 % untuk 25% untuk mengatur pH menjadi 3-4
- Biakan murni A.xylinum
- Gulkosa 100 gram
- Urea 5 gram
- Air kelapa 1 liter
- Asam Asetat 25 % untuk 25% untuk mengatur pH menjadi 3-4
c.
Fermentasi
Nata.
- Starter
- Glukosa
- Urea
- Limbah cair tahu (whey tahu)
- Starter
- Glukosa
- Urea
- Limbah cair tahu (whey tahu)
5.
Peralatan
a.
Alat untuk
Penyiapan Biakan Murni
- Alat pensteril
- Tabung reaksi dan kapas.
- Jarum ose
- Kotak inokulasi
- Lampu spritus
- Gelas piala
- Kompor
- Kotak inkubasi
- Lemari pendingin (kulkas)
- Timbangan
- pH meter
- Alat pensteril
- Tabung reaksi dan kapas.
- Jarum ose
- Kotak inokulasi
- Lampu spritus
- Gelas piala
- Kompor
- Kotak inkubasi
- Lemari pendingin (kulkas)
- Timbangan
- pH meter
b.
Pembuatan
Starter.
- Botol bermulut lebar
- Kertas.
- Ruang inkubasi
- Wadah perebus media
- Timbangan
- pH meter.
- Botol bermulut lebar
- Kertas.
- Ruang inkubasi
- Wadah perebus media
- Timbangan
- pH meter.
c.
Fermentasi
- Wadah fermentasi
- Wadah perebus media
- Ruang fermentasi
- Timbangan
- Kompor
- pH meter.
- Wadah fermentasi
- Wadah perebus media
- Ruang fermentasi
- Timbangan
- Kompor
- pH meter.
d.
Pemanenan
Hasil
- Wadah perendam dan perebus
- Pemotong nata.
- Wadah perendam dan perebus
- Pemotong nata.
6.
Cara
Pembuatan
1.
Penyiapan
biakan murni.
a.
Agar (15-18
gram) dimasukkan ke dalam 500 ml air kelapa, kemudian dipanaskan sampai larut. Setelah itu tambahkan ekstrak ragi (5 gram) dan diaduk sampai larut (larutan a)
b.
Gula (75
gram) dan asam asetat (15 ml) dimasukkan ke dalam 500 ml air kelapa segar yang lain dan diaduk sampai gula larut (larutan b)
c.
Larutan (a)
sebanyak 3-4 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian tutup dengan kapas. Larutan (b) 3-4 ml juga dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang lain, kemudian ditutup dengan kapas. Masing- masing disterilkan pada suhu 121°C selama 20 menit.
d.
Setelah
selesai sterilisasi dan larutan tidak terlalu panas lagi, larutan (a) dituangkan ke larutan (b) secara aseptis. Setelah itu 1 tabung berisi larutan b diletakkan secara miring utnuk membuat agar miring dan ditunggu sampai agar mengeras.
e.
Inokulum
Acetobacter xylinum diinokulasikan pada agar miring diatas. Kemudian diinkubasikan pada suhu kamar atau pada suhu 30°C sampai tampak pertumbuhan bakteri serupa keloid mengkilat dan bening pada permukaan agar miring.
2.
Pembuatan
Starter.
a.
Air kelapa
diendapkan, kemudian disaring dengan beberapa lapis kain kassa, kemudian dipanaskan sampai mendidih dengan api besar sambil diaduk-aduk. Setelah mendidih, ditambahkan (a) asam asetat glasial (10- 20 ml asam asetat untuk setiap 1 liter air kelapa), dan gula (75-100,0 gram gula untuk tiap 1 liter air kelapa) campuran ini diaduk sampai gula larut.
b.
Urea
(sebanyak 3 gram urea untuk setiap 1 liter air kelapa asam bergula yang disiapkan pada no.1 diatas) dilarutkan di dalam sedikit air kelapa (Setiap 1 gram urea membutuhkan 20 ml air kelapa). Larutan ini dididihkan, kemudian dituangkan ke dalam air kelapa asam bergula.
c.
Ketika
masih panas, media dipindahkan ke dalam beberapa botol bermulut lebar, masing-masing sebanyak 200 ml. Botol ditutup dengan kapas steril. Setelah dingin, ditambahkan 4 ml suspensi mikroba. Setelah itu, media diinkubasi pada suhu kamar selama 6-8 hari (sampai terbentuk lapisan putih pada permukaan media).
3. Fermentasi Nata
a.
Whey tahu
yang masih segar diendapkan, dan disaring dengan beberapa lapis kain kassa,
kemudian dipanaskan sampai mendidih dengan api besar sambil diaduk-aduk.
Setelah mendidih, ditambahkan (a) asam asetat glasial (10 ml asam asetat untuk
setiap 1 liter whey), dan (2) gula (80 gram gula untuk setiap liter whey). Campuran
ini diaduk sampai gula larut. Larutan ini disebut dengan Whey asam bergula.
b.
Urea
(sebanyak 5 gram urea untuk setiap 1 liter whey aam berula yang disiapkan pada no. 1 diatas) dilarutkan di dalam sedikit whey yang telah dimasak (setiap 1 gram urea membutuhkan 20 ml whey). Larutan ini dididihkan, kemudian dituangkan ke dalam whey asam bergula. Laruatn yang diperoleh disebut sebagai media nata. Larutan ini didinginkan sampai suam-suam kuku.
c.
Media nata
ditambah dengan starter (setiap 1 liter media nata membutuhkan 50-100 ml starter), kemudian dipindahkan ke dalam wadah- wadah fermentasi dengan ketinggian media 4 cm. Wadah ditutup dengan kertas yang telah dipanaskan di dalam oven pada suhu 140°C selama 2 jam. Wadah berisi media ini disimpan di raung fermentasi selama 12-15 hari sampai terbentuk lapisan nata yang cukup tebal (1,5 – 2,0 cm).
d.
Panen dan
Pencucian. Lapisan nata diangkat, kemudian dicuci dengan air bersih. Setelah
itu nata direndam di dalam air mengalir atau air yang diganti ganti denan air
segar selama 3 hari. Setelah itu nata dipotong-potong dengan panjang 1,5 dan lebar
1,5 cm. Potongan nata direbus 5-10 menit, kemudian dicuci dan direbus lagi
selama 10 menit. Hal ini diulangi sampai nata tidak berbau dan berasa asam
lagi.
e.
Pembotolan
· Pembuatan sirup. Gula yang putih bersih dilarutkan ke dalam air
(setiap 2 kg gula dilarutkan ke dalam 4 liter air bersih), kemudian ditambahkan vanilie (secukupnya) danbenzoat (1 gram untuk setiap liter larutan gula). Larutan sirup ini direbus sampai mendidih selama 30 menit.
· Pengemasan. Nata yang masih panas segera dimasukkan ke dalam
sirup, kemudian didinginkan sampai suam-suam kuku. Setelah itu nata dikemas di dalam kantong plastik rangkap dua, atau di dalam gelas plastik dan kemasan ditutup dengan rapat (kantong plastik diikat dengan karet, dan gelas plastik di seal)
Demikianlah materi tentang Makalah Fermentasi Nata De Coco yang sempat kami berikan. semoga materi yang kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak materi seputar Makalah Endometriosis yang telah kami posting sebelumnya. Semoga dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.
Anda dapat mendownload Makalah diatas dalam Bentuk Document Word (.doc) melalui link berikut.
EmoticonEmoticon