Makalah Hepatitis - Jika dalam postingan ini, anda kurang mengerti atau susunanya tidak teratur, anda dapat mendownload versi .doc makalah berikut :
Makalah Hepatitis
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
Tuhan segenap alam, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada klien Hepatitis”.
Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Sistem Pencernaan. Makalah ini
berisi tentang Pengertian, Etiologi dan Epidemologi, Tanda dan Gejala,
Patologi, Manifestasi dan Gambaran Kliis, Patofisiologi, Komplikasi,
Pengobatan, Pencegahan dan asuhan keperawatan pada klien dengan Hepatitis. Pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
- Ns. Dwi
Agustina, S.Kep. selaku dosen mata kuliah system pencernaan
- Semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Demikian semoga makalah ini bisa menjadi tambahan
referensi untuk mahasiswa keperawatan. Kami sadar bahwa makalah masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun khususnya dari dosen penanggung jawab mata kuliah agar dalam
pembuatan makalah berikutnya bisa lebih sempurna.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi banyak orang. Terima
kasih.
Jakarta,
Januari, 2011
Tim Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Hepatitis
virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi
pada sel- sel hati yang menghasilakan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta
seluler yang khas. Sampai saat ini telah teridentifikasi lima tipe hepatitis
virus yang pasti: hepatitis A, B, C, D, E. Hepatitis A dan E mempunyai cara
penularan yang serupa ( jalur fekal – oral ) sedangkan hepatitis B, C, dan D
memilki banyak karateristik yang sama.
Hepatitis kemungkinan terjadi
sebagai infeksi sekunder selama perjalanan infeksi dengan virus-virus lainnya,
seperti :
- Cytomegalovirus
- Virus Epstein-Barr
- Virus Herpes simplex
- Virus Varicella-zoster
Klien biasanya sembuh secara total
dari hepatitis, tetapi kemungkinan mempunyai penyakit liver residu. Meskipun
angka kematian hepatitis relatif lama, pada hepatitis virus akut bisa berakhir
dengan kematian.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui masalah tentang hepatitis dan
asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis.
1.2.2 Tujuan Khusus
Secara khusus “ Hepatitis “ ini
disusun supaya:
- Mahasiswa dapat mengetahui
tentang pengertian, etiologi, klasifikasi, manisfestasi
klinis,patofisiologi, pemeriksaan penunjang,penatalaksanaan, serta proses
keperawatan.
- Mahasiswa dapat
mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis.
- Mahasiswa dapat
mengidentifikasi pendidikan kesehatan yang diperlukan pada pasien yang
dirawat dengan keluhan hepatitis.
- Agar makalah ini dapat menjadi
bahan ajar bagi mahasiswa lainnya tentang berbagai hal yang berhubungan
dengan hepatitis.
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Definisi
Hepatitis adalah penyakit
peradangan hati yang dapat disebabkan oleh berbagai kausa, termasuk infeksi
virus atau pajana ke bahan – bahan toksik. Pada hepatitis virus, Peradangan
hati yang berkepanjangan atau berulang, yang biasanya berkaitan dengan
alkoholisme kronik, dapat menyebabkab sirosis, suatu keadaan berupa penggantian
hepatosit yang rusak secara permanen oleh jaringan ikat. Jaringan hati memiliki
kemampuan mengalami regenerasi, dan dalam keadaan normal mengalami pertukaran
sel yang bertahap. Apabila sebagian jaringan hati rusak, jaringan yang rusak
tersebut dapat diganti melalui peningkatan kecepatan pembelahan sel – sel yang
sehat. Tampaknya terdapat suatu faktor dalam darah yang bertanggung jawab
mengatur proliferasi sel hati, walaupun sifat dan mekanisme factor pengatur ini
masih merupakan misteri. Namun, seberapa cepat hepatosit dapat diganti memiliki
batas. Selain hepatosit, di antara lempeng – lempeng hati juga ditemukan
beberapa fibroblast ( sel jaringan ikat ) yang membentuk jaringan penunjang
bagi hati. Bila hati berulang – ulang terpajan ke bahan – bahan toksik,
misalnya alcohol, sedemikian seringnya, sehingga hepatosit baru tidak dapat
beregenerasi cukup cepat untuk mengganti sel – sel yang rusak, fibroblast yang
kuat akan memanfaatkan situasi dan melakukan proliferasi berlebihan. Tambahan
jaringan ikat ini menyebabkan ruang untuk pertumbuhan kembali hepatosit
berkurang.
Hepatitis adalah suatu proses
peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan
oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi,
1999). Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas/
menyebar , hepatitis virus merupakan jenis yang paling dominan. Luka pada organ
liver dengan peradangan bisa berkembang setelah pembukaan untuk sejumlah
farmakologi dan bahan kimia dari inhalasi, ingesti, atau pemberian obat secara
parenteral (IV) . Toxin dan Drug induced Hepatitis merupakan hasil dari
pembukaan atau terbukanya hepatotoxin, seperti : industri toxins, alkohol dan
pengobatan yang digunakan dalam terapi medik.
Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis
peradangan pada hati (liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari
virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis
juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G.
Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut ( hepatitis A ) dapat
pula hepatitis kronik (hepatitis B,C) dan adapula yang kemudian menjadi kanker
hati ( hepatitis B dan C ). hepatitis yang biasanya disebabkan
oleh obat-obatan, alkohol (hepatitis alkoholik), dan obesitas serta
gangguan metabolisme yang menimbulkan nonalkoholik
steatohepatitis (NASH) disebut Hepatitis Nonvirus.
2.2 Epidemologi
Insiden hepatitis virus yang terus meningkat semakin
menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit tersebut penting karena mudah
ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen
dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60% sampai 90% kasus–kasus
hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan
kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus–kasus yang
ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan
yang kurang dari keadaan sebenarnya. Meskipun kurang lebih 50% orang dewasa di
Amerika Serikat telah memilki antibodi terhadap virus hepatitis A, banyak orang
tidak mengingat kembali episode atau kejadian sebelumnya yang memperlihatkan
gejala hepatitis
2.3 etiologi
1. Virus
hepatitis A, B, C, D, E dan G yang masing-masing menyebabkan tipe hepatitis
yang berbeda.
2. Alkohol
3. Keracunan Obat-obatan
2.4 Klasifikasi
- Virus Hepatitis yang Ditularkan
secara Parenteral dan Seksual
Hepatitis B
Hepatitis
B adalah virus yang sering dipelajari karena dapat diuji, prevalensi dari
penyakit. Morbiditas dan mortalitas berhubungan dengan penyakit.
Infeksi hepatitis B terdapat
diseluruh dunia, menyebabkan 250.000 kematian per tahun. Sejak 1982, vaksin
efektif dari hepatitis B tersedia dan adanya kampanye penurunan penyakit akan
memungkinkan penurunan dampak penyakit ini di masa depan.
Penularan. Daerah dimana penyakit ini endemik
( Kutub, Afrika, Cina, Asia Selatan dan Amazon ), bentuk penularan yang sering
adalah secara perinatal dari ibu terinfeksi pada bayinya. Di Negara berkembang
dengan prevalensi penyakit lebih rendah, rute utama penularan adalah seksual
dan parenteral. Di Amerika Serikat, populasi risiko tinggi meliputi laki – laki
homoseksual, pengguna obat intravena, petugas perawatan kesehatan dan mereka
yang mendapat transfusi darah.
Patofisiologi. Virus harus dapat masuk ke aliran
darah dengan inokulasi langsung, melalui mebran mukosa atau merusak kulit untuk
mencapai hati. Di hati, replikasi perlu inkubasi 6 minggu sampai 6 bulan
sebelum penjamu mengalami gejala. Beberapa infeksi tidak terlihat untukmereka
yang mengalami gejala, tingkat kerusakan hati, dan hubungannya dengan demam
yang diikuti ruam, kekuningan, arthritis, nyari perut, dan mual. Pada kasus
yang ekstrem, dapat terjadi kegagalan hati yang diikuti dengan ensefalopati.
Mortalitas dikaitkan dengan keparahan mendekati 50%.
Infeksi
primer atau tidak primer tampak secara klinis, sembuh sendiri dalam 1 sampai 2
minggu untuk kebanyakan pasien. Kurang dari 10% kasus, infeksi dapat menetap
selama beberapa dekade. Hepatitis B dipertimbangkan sebagai infeksi kronik pada
saat pasien mengalami infeksi sisa pada akhir 6 bulan. Komplikasi berhubungan
dengan hepatitis kronik dapat menjadi parah, dengan kanker hati, sirosis dan
asites terjadi dalam beberapa tahun sampai dengan puluhan tahun setelah infeksi
awal.
Diagnosis. Tes serologik untuk hepatitis akan
member informasi diagnostik dan informasi tentang tingkat penularandan
kemungkinan tahap penyakit. Tes dilakukan langsung berhubungan dengan virus dan
antibodi yang dihasilkan penjamu dalam merespons protein tersebut. Virus
mempunyai inti dan bagian luar sebagai pelindung. Protein behubungan dengan
bagian antigen inti dan antigen permukaan. Tes laboratorium untuk antigen inti
tidak tersedia, tetapi antigen permukaan sering menunjukan HBsag, yang dapat
didetekasi, dalam beberapa minggu awal infeksi. Peningkatan titer selama
beberapa minggu dan juga terjadi penurunan pada tingkat yang tidak dapat
dideteksi. Adanya HBsag menadakan infeksi saat itu dan tingkat penularan
relative tinggi. Antigen lain yang merupakan bagian dari virus disebut e
antigen ( HBeag ). HBeag adalah penanda ketajaman yang sangat sensitive
karena dapat dideteksi dalam perkiraan terdekat pada waktu penyakit klinis dan
pada saat di mana tampak risiko menjadi lebih besar untuk menular.
Vaksin. Vaksin hepatiis B dihasilkan dengan
menggunakan antigen hepatitis B untuk menstimulasi produksi antibodi dan untuk
memberikan perlindungan terhadap infeksi, keamanan, dan keefektifannya
mendekati 90% dari vaksinasi. Karena virus hepatitis B mudah ditularkan dengan jarum
suntik di area perawatan kesehatan. Penurunan infeksi perinatal dan risiko
penularan terjadi setelah kelahiran, vaksin hepatitis B diberikan secara rutin
pada bayi setelah lahir. Vaksinasi individual ( yang sebelumnya tidak
terinfeksi ) akan memiliki serologi hepetitis B yang positif hanya pada HBsab.
Ini menjamin kekebalan yang dihasilkan olah vaksin yang dapat dibedakan dari
produksi alami, saat inti antbodi juga ada.
Hepatitis C
Sampai
saat ini, hepatitis Non- A, Non- B menunjukan gambaran virus hepatitis yang
bukan hepatitis A, B atau agens penyebab lain. Banyak dari
hepatitis Non- A, Non- B ditularkan melalui parenteral. Hal ini sebelumnya
tidak diketahui dan virus ini juga tidak diketahui dan sekarang
teridentifikasidan disebut hepatitis C. Kemudian, tes antibodi untuk
memeriksa pasien terhadap agens ini telah tersedia.
Patofisiologi. Hepatitis C sekarang diperkirakan dapat
menginfeksi sekitar 150.000 orang per tahun di Amerika Serikat. Hal ini
dianggap menjadi penyakit yang ditularkan hampir selalu melalui transfusi
darah. Namun, ada bukti bahwa virus ditularkan melalui cara perenteral lain (
menggunakan bersama jarun yang terkontaminasi oleh pengguna obat intravena dan
tusukan jarum yang tidak disengaja dan cedera lain pada petugas kesehatan ). Terdapat
bukti lanjut dimana virus ditularkan melalui kontak seksual.
Diagnosis. Tes serologik saat bisa dilakukan untuk mendeteksi virus
hepatitis C dengan antibodi yang diinterpretasi secara terbatas. Banyak pasien
yang memiliki gejala klinik dari virus hepatitis perlu dilakukan tes.
Tes fungsi hati digunakan untuk mendapat status hepatitis.
Penyakit ini tidak terlalu dipahami pada saat ini, tapi peningakatan dan
biasanya ditemukan penurunan berulang enzim hati. Dengan informasi ini dan
tanda klinis lain, dipercaya bahwa sebanyak separuh dari semua pasien mengalami
infeksi hepatitis C yang berkembang menjadi infeksi kronik. Hal ini telah
menunjukan penyebab utama penyakit hati kronik dan sirosis di Amerika Serikat.
Penatalaksanaan. Saat ini, tidak
diketahui terapi, vaksin atau agens profilaktik pasca pemajananyang diakui
untuk hepatitis C. Petugas perawatan kesehatan harus mengikuti prinsip
kewaspadaan umum untuk meminimalkan risiko penularan karena pekerjaan. Prinsip
ini didasarkan pada pemahaman bahwa populasi yang terinfeksi adalah carrier penyakit
ini. Perhatian terhadap jarum dan kewaspadaan yang tepat harus digunakan pada
semua pasien.
Hepatitis D
Hepatitis D adalah virus yang bergantung pada virus
hepatitis B yang lebih kompleks untuk bertahan. Hepatitis D hanya merupakan
risiko untuk mereka yang mempunyai antigen permukaan hepatitis B positif
Hepatitis D dicurigai ketika pasien sakit akut dengan
gejala baru atau berulang dan sebelumnya telah mengalami hepatitis B atau
sebagai carrier hepatitis B.
Tidak ada tindakan spesifik untuk hepatitis. Pencegahan
untuk virus ini dicapai sebagai keuntungan sekunder dari vaksin hepatitis B.
Perilaku preventif terhadap virus darah ini ( tidak menggunakan jarum
bergantian dan menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual ) harus
ditekankan pada orang yang terinfeksi hepatitis B yang tidak terinfeksi
hepatitis D.
- Virus
hepatitis yang Ditularkan melalui Rute Fekal – Oral
Hepatitis A
Hepatitis A adalah virus yang hampir selalu ditularkan
melalui rute fekal – oral. Virus ini menimbulkan hepatitis akut tanpa keadaan
kronik atau menetap seperti yang ditunjukan oleh virus hepatitis darah.
Pada
anak,penyakit ini sering tidak dikenali atau tampak dengan keluhan tidak parah.
Gejala lebih terlihat pada orang dewasa dan dapat berupa kelemahan sampai
dengan demam, ikterik, mual dan muntah. Penyakit ini baisanya berlangung 1
sampai 3 minggu. Pasien jarang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan pada
saat gejala timbul, sangat kecil kemungkinan menular pada orang lain.
Karena dapat ditularkan dengan makanan dan air yang
terkontaminasi, hepatitis A dapat menjadi potensi epidemic di Negara dengan
penanganan yang buruk. Petugas penyiapan makanan yang terinfeksi mempunyai
potensi penularan penyakit pada orang lain jika kebersihan diri tidak dilakukan
dengan baik.
Tes antibodi
hepatitis A yang tersedia mendeteksi IgM yang menunjukan infeksi akut atau yang
baru terjadi.atau IgG yang menunjukan infeksi yang sudah sembuh.
Hepatitis E
Hepatitis E adalah infeksi virus yang menyebar melalui
kontaminasi makanan dan air melalui jalur fekal – oral. Sampai dengan saat ini,
infeksi disebut dengan hepatitis enteric Non- A Non- B. Diagnosa dibuat dengan
menyingkirkan hepatitis A, B, dan C dan menentukan yang paling mungkin dari
sumber makanan atau air yang terkontaminasi. Sekarang tes untuk antibodi untuk
hepatitis E telah tersedia, studi epidemologi akan sangat terfasilitasi
Hepatitis
E telah jarang ditemukan di Amerika Serikat, tetapi berhubungan dengan epidemic
dari air yang terkontaminasi di Asia, Afrika, dan Republik Soviet. Di Amerika
Serikat, hepatitis E harus dipertimbangkan pada beberapa orang yang telah
melakukan perjalanan keluar negeri dan mempunyai gejala virus hepatitis tetapi
serologic negative untuk virus hepatitis lain.
- Gambaran klinis
Gambaran
klinis hepatitis virus dapat berkisar dari asimtomatik sampai penyakit
mencolok, kegagalan hati dan kematian. Terdapat tiga stadium pada semua jenis
hepatitis: stadium prodromal, stadium ikterus, dan periode kovalensasi
(pemulihan)
- Stadium prodromal, disebut
periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas virus selesai dan
pasien mulai memperlhatkan tanda-tanda penyakit. Stadium
ini disebut praikterus karena ikterus belum muncul. Individu akan sangat
infeksius pada stadium ini. Antibody terhadap virus biasanya belum
dijumpai. Stadium ini berlangsung 1-2 minggu ditandai oleh :
- Malese umum
- Rasa lelah
- Gejala-gejala
infeksi saluran napas atas
- Mialgia (nyeri otot)
- Keengganan terhadap sebagian
besar makanan
- Stadium ikterus adalah stadium
kedua hepatitis virus, dan dapat berlangsung 2-3 minggu atau lebih. Pada
sebagian besar orang, stadium ini ditandai oleh, seperti diisyaratkan oleh
namanya, timbulnya ikterus. Manifestasi lain adalah :
- Memburuknya semua gejala yang
ada pada stadium prodormal
- Pembesaran dan nyeri hati
- Splenimogali
- Mungkin
gatal (pruritus) di kulit
- Stadium pemulihan dalah stadium
ketiga hepatitis virus dan biasanya timbul dalam4 bulan untuk hepatitis B
dan C dan dalan 2-3 bulan untuk hepatitis A. Selama periode ini :
- Gejala-gejala mereda, termasuk
ikterus
- Nafsu makan pulih
2.6
Patofisiologi
Virus
hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada
hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan
nekrosis sel perenchyn hati.
Respon
peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati, sehingga
terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary)
dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus,
sehingga meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai
urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan
timbunya sakit dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara
komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan
kematian. Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya
gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier
penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker
hati.
- Pemeriksaan
Diagnostik
- Tes fungsi hati : abnormal
(4-10 kali dari normal). Catatan : merupakan batasan nilai untuk
membedakan hepatitis virus dengan nonvirus
- AST(SGOT atau ALT(SGPT) : awalnya meningkat. Dapat meningkat satu
sampai dua minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun
- Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM
(gangguan enzim hati atau mengakibatkan perdarahan)
- Leucopenia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
- Diferensial darah lengkap : lekositosis, monositosis, limfosit
atipikal, dan sel plasma
- Alkali fosfatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
- Fesses : warna tanak liat,
steatorea (penurunan fungsi hati)
- Albumin serum : menurun
- Gula darah : hiperglikemia
transien/hipoglikemia (gangguan fusngsi hati)
- Anti-HAV IGM : Positif pada
tipe A
- HBSAG : dapat positif (tipe B)
atau negative (tipe A). catatan : merupakan diagnostic sebelum terjadi
gejala kinik
- Massa protrombin : mungkin memanjang (disfungsi hati)
- Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100mm (bila diatas 200mg/mm, prognosis
buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
- Tes eksresi BSP : kadar darah meningkat
- Biaosi hati : menentukan diagnosis dan luasnya nekrosis
- Scan hati : membantu dalam perkiraan beratnya ketrusakan parenkim
- Urinalisa : peninggian kadar
bilirubin;protein/hematuria dapat terjadi
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan
hepatitis virus terutama bersifat suportif dan mencangkup :
- Istirahat sesuai keperluan
- Pendidikan mengenai menghindari
pemakaian alcohol atau obat lain
- Pendidikan
mengenai cara penularan kepada mitra seksual dan anggota keluarga
- Keluarga
dan pasien hepatitis ditawarkan untuk menerima gama globulin murni yang
spesifik terhadap HAV atau HBV yang dapat memberikan imunitas pasif
terhadap infeksi. Imunitas
ini bersifet sementara
- Baru-baru ini FDA memberikan
izin untuk penberian vaksin hepatitis A. vaksin ini dibuat dari virus
hepatitis inaktif. Penelitian-penelitian menunjukan bahwa vaksin ini 96%
efektif setelah pemberian satu dosis.
- Tersedia vaksin untuk HBV,
Karena sifat virus yang sangat menular dan berpotensi menyebabkan
kematian, maka sangat dianjurkan bahwa semua individu yang termasuk
dikelompoknya beresiko tinggi, termasuk para tenaga keshatan atau
orang-orang yang terpajan ke produk darah, vaksinasi. Yang juga dianjurkan
untuk divaksinasi dalah orang-orang yang beresiko terhadap virus, termasuk
kaum homoseksual atau heteroseksual yang aktif secara seksual, pecandu
oabat bius, dan bayi.
- Vaksinasi terhadap HBV
dihasilkan melalui penyuntikan intramuskulus DNA rekombinaan sebanyak tiga
kali pada interval –interval yang telah ditentukan. Dosis pertama dan
kedua diberikan terpisah satu bulan, dan dosis ketiga diberikan 6 bulan
setelah dosis ke dua. Vaksinasi ini 85% efektif dalam membentuk kekebalan.
2.9 Komplikasi
Komplikasi
hepatitis adalah timbulnya hepatitis kronik yang terjadi apabila individu terus
memperlihatkan gejala dan antigen virus menetapkan lebih dari 6 bulan. Gambaran
klinis hepatitis aktif kronik atau fulminan mungkin mencengkup gambaran
kegagalan hati diatas, dengan kematian timbul dalam 1 minggu sampai beberapa
tahun kemudian.
2.10 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HEPATITIS
- Pengkajian
1. Keluhan Utama
- Penderita
datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan, malaise,
demam (lebih sering
pada HVA). Rasa pegal linu dan sakit kepala pada HVB, dan hilang daya rasa
lokal untuk perokok.
2. Pengkajian Kesehatan
a.
Aktivitas
- Kelemahan
- Kelelahan
- Malaise
b.
Sirkulasi
- Bradikardi (hiperbilirubin
berat)
- Ikterik
pada sklera kulit, membran mukosa
c.
Eliminasi
- Urine gelap
- Diare feses warna tanah liat
d.
Makanan dan Cairan
- Anoreksia
- Berat badan menurun
- Mual dan muntah
- Peningkatan oedema
- Asites
e.
Neurosensori
- Peka terhadap rangsang
- Cenderung tidur
- Letargi
- Asteriksis
f. Nyeri
/ Kenyamanan
- Kram abdomen
- Nyeri tekan pada kuadran kanan
- Mialgia
- Atralgia
- Sakit kepala
- Gatal (pruritus)
g.
Keamanan
- Demam
- Urtikaria
- Lesi makulopopuler
- Eritema
- Splenomegali
- Pembesaran nodus servikal
posterior
h.
Seksualitas
- Pola hidup
/ perilaku meningkat resiko terpajan
Diagnosa
Keperawatan
- Perubahan nutrisi: kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolik: anoreksia, mual/muntah dan gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan: penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu
tertahan.
- Gangguan rasa nyaman (nyeri)
berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan
bendungan vena porta.
- Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan
ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Intervensi
Keperawatan
- Diagnosa Keperawatan 1 :
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan
masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia, mual/muntah dan
gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan: penurunan
peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.
Kriteria
Hasil :
- Pasien akan menunjukkan
perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/mempertahankan berat
badan yang sesuai.
- Pasien
akan menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.
Intervensi
:
- Awasi
pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan
tawarkan makan pagi paling besar.
- Berikan
perawatan mulut sebelum makan.
- Anjurkan
makan pada posisi duduk tegak.
- Dorong
pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat sepanjang hari.
- Konsultasikan
pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai
kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi.
- Awasi glukosa darah.
- Berikan obat sesuai
indikasi
- Berikan tambahan makanan/nutrisi
dukungan total bila dibutuhkan.
- Diagnosa Keperawatan 2 :
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Kriteria
Hasil :
- Menunjukkan tanda-tanda nyeri
fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis
intensitas dan lokasinya)
Intervensi
:
- Kolaborasi dengan individu
untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri.
- Tunjukkan pada klien penerimaan
tentang respon klien terhadap nyeri
- Berikan informasi akurat dan
jelaskan penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui.
- Bahas
dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi.
- Diagnosa Keperawatan 3 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Kriteria
Hasil :
- Pola nafas adekuat
Intervensi
:
- Awasi
frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
- Auskultasi bunyi nafas tambahan
- Berikan posisi semi fowler
- Berikan
latihan nafas dalam dan batuk efektif
- Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
BAB II
KASUS
Tn.A 32 tahun,
datng ke UGD Rs SEJAHTERA dengan keluhan rasa ngilu seluruh badan, demam,
lemas, mual, muntah, TD 120/80, HR 80x/menit, RR 20x/menit, suhu 39c. riwayat
minum alcohol + selam 7 tahun lalu, riwayat merokok +, ikterik +, hasil lab HB
10,5, HT 32, leukosit 14800, trombosit 213000, bilirubin direct 6,5 , bilirubin
indirect 5,3 , bilirubin total 8,5
Tugas :
- Buat data tambahan
- Analisa data
- Buat 3 dx keperawatan
berdasrkan prioritas
- Buat intervensi dan rasional
pada masing2 dx minimal 5
- Buat evaluasi tiap dx
JAWAB:
- Data tambahan
- Warna urin gelap
- Warna feses seperti dempul
- Anoreksia
- Asites
- Gatal seluruh badan (pruritus)
- Albumin 29 g/l
- Nyeri tekan pada kuadran kanan atas
- Analisa Data
Ds :
- Klien mengatakan nyeri seluruh
badan
- Klien mengatakan demam
- Klien mengatakan mual, muntah
- Riwayat minum alcohol selama 7
tahun
- Riwayat merokok
- Riwayat ikterik
Do :
TTV :
- TD = 120/80
- HR = 80x/menit
- RR = 20 x/menit
- S = 39 0C
Hasil Lab :
- Hb = 10,5
- Ht = 32
- Leukosit = 14800
- Trombosit = 21300
- Bilirubin direk = 6,5
- Bilirubin indirect = 5,3
- Bilirubin total = 8,5
No
|
DS +DO
|
Masalah
|
Etiologi
|
1
|
DS :
DO : -
DT :
|
Intoleransi Aktivitas
|
Kelemahan Fisik
|
2
|
DS :
DO :
DT :
|
Resiko
Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
|
Kegagalan
masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik
|
3
|
DS :
DO :
DT :
|
Resiko Infeksi
|
Pertahanan primer tidak adekuat
|
- Diagnosa Keperawatan
- Resiko nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic
- Intoleransi aktivitas b.d
Kelemahan fisik
- Resiko
Infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat
- Intervensi dan Rasional
- Resiko
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolic
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Selma 7 x 24 jam, masalah nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh teratasi.
Kriteria Hasil :
- Klien tidak mengatakan mual
muntah
- Bilirubin direk
- Bilirubin indirect
- Bilirubin total 0,25 – 1 mg/dl
- Warna urin kuning jernih
- Warna feses kuning kecoklatan
- Anoreksia teratasi
Intervensi
- Awasi
pemasukan diet / jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam
frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling banyak
Rasional : makan
banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksi. Anoreksi juga paling buruk selama
siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari
- Kolaborasi :
Konsul pada ahli diet, dukung tim
nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan
protein sesuai toleransi
Rasional : bila
toleran, masukan normal atau lebih protein akan membantu regenerasi hati.
Pembatasan protein diindikasikan pada penyakit berat( contoh hepatitis kronis)
karena akumulasi pada produk akhir metabolism protein dapat mencetuskan hepatic
ensefalopati.
- Berikan obat terapi steroid,
contoh prednisone (deltasone) tunggal atau kombinasi dengan azatioprin
(imuran).
Rasional : Steroid dapat menurunkan
aminotransferase serum dan kadar bilirubin, tetapi tidak mempengaruhi nekrosis
hati atau regenerasi. Kombinasi terapi mempunyai efek samping lebih sedikit.
- Berikan obat antimetik, contoh
metalopramide (raglan): trimetobenzamit (tigan).
Rasional : diberikan setengah jam
sebelum makan, dapat menurunkan mual dan meningkatkan toleransi pada makanan.
- Berikan tambahan makanan /
nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.
Rasional : mungkin perlu untuk
memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan terjadi/ gejala memanjang
- Intoleransi aktivitas b.d
Kelemahan fisik
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 x 24 jam masalah intoleransi
aktivitas teratasi
Kriteria Hasil :
- Klien tidak mengatakan lemas
- Klien
tidak mengatakan ngilu seluruh badan
- Asites teratasi
- Nyeri
tekan pada kuadran kanan atas teratasi
Intervensi
- Tingkatkan tirah baring/ duduk.
Berikan lingkungan tenang: batasi pengunjung sesuai keperluan
Rasional : Meningkatkan istirahat
dan ketenangan. Menyediakan energy yang digunakan untuk penyembuhan.
- Ubah posisi dengan sering
Rasional :
Meminimalkan tekanan pada area tertentu
- Lakukan tugas dengan cepat dan
sesuai toleransi
Rasional : Memungkinkan periode
tambahan istirahat tanpa gangguan
- Awasi
terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati
Rasional : Memerlukan istirahat
lanjut, mengganti program terapi
- Kolaborasi :
Berikan antidote/ bantu dalam
procedure sesuai indikasi (contoh lavase, katersis, hiperventilasi) tergantung
pada pemajanan
Rasional :
Membuang agen pada hepatitis toksik dapat membatasi derajat kerusakan jaringan
- Resiko
Infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3x24 jam, masalah infeksi teratasi
Kriteria Hasil :
- Demam teratasi
- Suhu 36-370C
- Leukosit 6000-9000
Intervensi
- Lakukan teknik isolasi untuk
infeksi enteric dan pernafasan sesuai kebijakan rumah sakit: termasuk cuci
tangan efektif
Rasional : mencegah transmisi
penyakit virus ke orang lain. Melalui cuci tangan efektif dalam mencegah
transmisi virus.
- Membatasi pengunjung sesuai
indikasi
Rasional : Pasien terpajan terhadap
proses infeksi (khususnya respiratorius) potensial resiko komplikasi sekunder.
- Jelaskan
prosedur isolasi kepada pasien/ orang terdekat
Rasional :
pemahaman alas an untuk perlindungan diri mereka sendiri dan orang lain dapat
mengurangi perasaan isolasi dan stigma. Isolasi dapat berakhir 2-3 minggu dari
timbulnya penyakit, tergantung pada tipe atau lamanya gejala
- Berikan
informasi tentang adanya gamma globulin, ISG, HBig, Vaksin hepatitis B
(recombivax HB, engerix-B) melalui departemen kesehatan atau dokter
keluarga.
Rasional :
efektif dalam mencegah hepatitis virus pada orang yang terpajan tergantung tipe
hepatitis da periode inkubasi
- Berikan
obat sesuai indikasi antibiotic tepat untuk agen pencegahan (contoh gram
negative, bakteri anaerob) atau proses sekunder.
Rasional : pengobatan hepatitis
bacterial atau untuk mencegah/ membatasi infeksi sekunder
5. Evaluasi
Dx1:Resik Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic
- Klien tidak mengatakan mual
muntah
- Bilirubin direk
- Bilirubin indirect
- Bilirubin total 0,25 – 1 mg/dl
- Warna urin kuning jernih
- Warna feses kuning kecoklatan
- Anoreksia teratasi
S: - Klien
mengatakan mual muntah tidak ada
O: - bilirubin direk=
- Bilirubin indirek=
- Bilirubin total=0,25-1 mg/dl
- Klien
menghabiskan porsi makan yang diberikan
- Warna fesses kuning kecoklatan
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
Dx2: Intoleransi aktivitas b.d
Kelemahan fisik
S: -
klien mengatakan keadaannya mulai membaik
- Klien mengatakan ngilu diseluruh badab
sudah hilang
- Klien
mengatakan nyeri tekan pada kuadran kanan atas = 0
O: -
klien tampak segar
- Asites (-)
A:
masalah teratasi
P: Hentikan
intervensi
Dx3: resiko
Infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat
Kriteria Hasil :
- Demam teratasi
- Suhu 36-370C
- Leukosit 6000-9000
S: -
O: - suhu= 36-370c
-leukosit=6000-9000
-tidak ada tanda-tanda infeksi
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
BAB
IV
PEMBAHASAN
Pada teori dan kasus di atas, tidak
terdapat banyak perbedaan yang ditimbulkn dari gejala klinis, patofisiologis
dan lain-lain. Pada kasus didapatkan data klien dengan keluhan
rasa ngilu seluruh badan, demam, lemas, mual, muntah, hal ini serupa dengan
gejala klinis yang mungkin timbul pada teori hepatitis. Ngilu, nyeri pada
kuadran kanan atas, anoreksia dan mual muntah merupakan bentuk ketidak yamanan
dari manifestasi akibat inflamasi hepar yang menyebabkan peregangan hati.ketidak
nyamanan di atas juga mempengaruhi denyut nadi klien yang menjadi meningkat.
Demam merupakan salah satu bentuk manifestasi dari proses inflamasi hepar.
lemas, merupakan manifestasi dari peoses penyakit akibat terjadinya inflamasi
pada hepar yang menimbulkan gangguan suplai darah normal ke sel-sel hepar yang
mengakibatkan kerusakan parenkim, sel hati, dan duktuli empedu inhaperatik yang
akan mengganggu metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehingga timbul
kelemahan/keletihan. Bentuk respon lain dari proses inflamasi pada hepar yang
timbul pada kasus antara lain, adanya demam, peningkatan suhu, dan peningkatan
leukosit. Gangguan metabolisme pada klien ditandai dengan ikterik, dan berbagai
pemeriksaan bilirubin yang dilakukan. Pada kasus dapat disimpulkan bahwa klien
bukan mengalami hepatitis virus melainkan hepatitis non virus yang dibuktikan
dengan adanya riwayat mengkonsumsi alkohol lenih dari 7 tahun dan merokok.
Berdasarkan
data-data di atas kelompok sepakat mengambil diagnosa utama yaitu resiko
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan karena .nutrisi merupakan hal
terpenting dalam tubuh manusia, gangguan nutrisi sangat berpengaruh terhadap
kerja metabolism tubuh hal ini akan memperparah keadaan apabila tidak segera
diatasi. Diagnosa selanjutnya yang kelompok ambil adalah intoleransi aktivitas
b.d kelemahan fisik karena apabila klien mengalami intoleransi aktivitas
otomatis klien tidak dapat melakukan aktivitas yang biasa dia lakukan untuk
memenuhi kebutuhan maka dari itu kami mengangkat diagnose ini sebagai diagnose
ke dua. Dan diagnosa ketiga yang dapat ditarik yaitu resiko infeksi b.d
pertahana primer tidak adekuat karena data-data tnda infeksi belum kita temukan
secara lengkap oleh sebab itu kelompok meletakkan diagnose itu sebagai diagnose
ketiga
Untuk
intervensi pada diagnosa pertama, kelompok sepakat untuk melakukan tindakan
yang menetapkan prinsip menjaga keseimbangan nutrisi klien untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi kilen, dan pada diagnosa kedua perinsip intervensi yang harus
dilakukan adalah memberikan latihan fisik untuk mencegah terjadinya atropi pada
otot, dan memberikan latihan mandiri klien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Pada diagnosa
ketiga, kita dapat
mencagah timbulnya tanda-tanda infeksi lebih lanjut dan memberikan kolaborasi
obat antibiotik untuk dapat menanganni masalah di atas.
BAB
V
KESIMPULAN
dan SARAN
- Kesimpulan.
Hepatitis
merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang perlu segera ditanggulangi,
mengingat prevalensi yang tinggi dan akibat yang ditimbulkan hepatitis. Penularan
hepatitis terjadi melalui kontak dengan darah / produk darah, saliva, semen,
alat-alat yang tercemar hepatitis dan inokulasi perkutan dan subkutan secara
tidak sengaja. Penularan secara parenteral dan non parenteral serta
vertikal dan horizontal dalam keluarga atau lingkungan. Resiko untuk terkena
hepatitis di masyarakat berkaitan dengan kebiasaan hidup yang meliputi
aktivitas seksual, gaya hidup bebas, serta pekerjaan yang memungkinkan kontak
dengan darah dan material penderita. Pengendalian penyakit ini lebih
dimungkinkan melalui pencegahan dibandingkan pengobatan yang masih dalam
penelitian. Pencegahan dilakukan meliputi pencegahan penularan penyakit dengan
kegiatan Health Promotion dan Spesifik Protection, maupun pencegahan penyakit
dengan imunisasi aktif dan pasif.
Setelah hepatitis virus akut, sejumlah kecil pasien akan
mengalami hepatitis agresif atau kronik aktif dimana terjadi kerusaklaan hati
seperti digerogoti ( piece meal ) dan berkembang sirosis. Kondisi ini dibedakan
dari hepatitis kronik persisten dengan biopsy hati. Terapi kortikosteroid dapat
memperlambat perluasan cedera hati, namun prognosis tetap buruk. Kematian
biasanya terjadid alam 5 tahun akibat gagal ginjal atau komplikasi sirosis.
Hepatitis kronik aktif dapat berkembang pada hampir 50 % pasien dengan HCV;
sedangkan troporsinya pada penderita HBV jauh lebih kecil ( sekitar 1 – 3 %).
Sebaiknya hepatitis kronik umumnya tidak menjadi komplikasi dari HAV atau HEV.
Tidak semua kasus hepatitis kronik aktif terjadi menyusul hepatitis virus akut.
Obat-obatan yang dapat terlibat dalam patogenesis kelainan ini termasuk
alfametildopa ( aldomet, isoniazid, sulfonamide dan aspirin).
- Saran
Untuk
menghadapi penyakit yang belum ditemukan obatnya seperti hepatitis ini,
tindakan pencegahan adalah pilihan utama kita. Setelah membaca dan mengetahui
cara penularanya, sebetulnya kita semua sudah mengerti apa yang harus kita
kerjakan supaya terhindar dari penyakit menahun ini. Karena jalur penularan
terutama lewat suntikan, maka setiap kali disuntik harus yakin bahwa jarumnya
steril. Yang praktis adalah penggunakan jarum baru atau disposibel ( sekali
pakai buang). Dan yang paling penting adalah melakukan vaksinasi, vaksin
merupakan suatu zat ( antigen) yang jika disuntikan ke dalam tubuh kita dapat
merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan zat anti ( antibody)
terhadap antigen tersebut.
Sebaiknya bagi penderita hepatitis segera mendapatkan
perawatan secepatnya agar tidak bertambah parah hingga menyebabkan kanker hati.
Dan perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga
klien yang belum megetahui bahaya dan cara pencegahan hepatitis sedini mungkin.
Daftar
Pustaka
Daft Chandrasoma, parakrama. 2006.
Patologi Anatomi. Jakarta:Buku Kedokteran
EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
Sherwood,
Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Smeltzer, suzzane C. 2002.
Keperawatan Medikal Bedah vol 2 Jakarta:Buku
Kedokteran EGC.
http://dilihatya.com/207/ini-dia-contoh-makalah-hepatitis
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
penulis mengucapkan puji dan syukur yang
sebesar-besarnya kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya yang
berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini.
Adapun judul dari Makalaah ini “ jenis jenis dan cara pencegahan penyakit
hepatitis“. Penyusunan Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk
melengkapi tugas bahasa indonesia dan untuk salah satu syarat untuk mengikuti
ujian akhir semester mata kuliah Bahasa Indoneia di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Purna bhakti husada batusangkar program studi ilmu
keperawatan.. Dalam menyelesaikan makalah, penulis mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak baik berupa saran, bimbingan dan dukungan moril dan materil
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Untuk itu, izinkanlah penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada
:
1.
bapak Noflismen Anas, M. Pd
selaku dosen bahasa indonesia
2.
teman – teman se angkatan (s1
keperawatan 2010)
Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis
mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua
pihak yang membacanya. Amin.
Batusangkar,
desember 2010
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat
disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada
kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar
oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen
virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus
akut. (Ester Monica, 2002 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati
diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit
hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap
tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang
menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian
besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun
kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain
badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas,
setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata
tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis
biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan.
(http://www2.kompas.com/ver1/Kesehatan/0710/19/o32215.htm )
Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
yang juga ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman,
virus hepatitis menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih
dari 1.300.000 orang meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya.
Prevalensi di Indonesia sekitar 10-15 persen jumlah penduduk atau sekitar 18
juta jiwa. Dari jumlah yang terinfeksi, kurang dari 10 persen yang terdiagnosis
dan diobati. Sebanyak 90 persen lain tidak menimbulkan gejala sehingga tidak
terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan menjadi penting.
(http://www2.kompas.com/ver1/Kesehatan/0710/19/o32215.htm)
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki
morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau
pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus
diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis,
ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan
diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari
keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami
Anoreksia atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi
akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi
produk yang abnormal sehingga klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup
agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak mudah lelah. Secara
khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute parenteral
atau enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau
tidak mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi
enteral lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu
mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena
status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari
saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral. Asam
amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan
melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada
anggota keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan
klien siap menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis beserta
komplikasinya sehingga penderita mampu menyiapkan diri dengan pencegahan dan
pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air bersih yang aman, sistem
pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene secara umum, mencuci tangan,
pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai serta selalu menjaga
kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak dilakukan dengan
benar dan teratur berarti keluarga dan penderita harus siap menerima resiko
komplikasi lainnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang
tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari
seperti memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan
gejala, pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau
pengobatan tidak dilakukan.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas dalam makalah ini penulis mengangkat jenis-jenis
dan cara pencegahan penyakit hepatitis
1.3 Rumusan
Masalah
1. apa itu hepatitis?
2. berapa macam/jenis hepatitis?
3. apa penyebab dan bagaimana
cara penularan penyakit hepatitis itui?
4. Apa tanda dan gejala dari
penyakit hepatitis itu?
5. bagaimana cara pencegahan penyakit hepatitis itu?
1.4 Tujuan
Untuk mengetahui jenis - jenis, cara penularan dan cara pencegahan penyakit
hepatitis
1.5 Manfaat
penelitian
Untuk menambah
pengetahuan tentang jenis - jenis dan cara pencegahan penyakit hepatitis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI HEPATITIS
Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar
terhadap berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol.
(Ester monika,
2002 : 93)
Hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati.
Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh
virus disertai nekrosis dn inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan
kumpulan perubahan klinis, biokomia serta seluler yang khas.
(Brunner & Suddarth, 2002 : 1169)
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis
dalam bahasa awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning.
Padahal definisi lever itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang
berarti organ hati,bukan penyakit hati. Namun banyak asumsi yang berkembang di
masyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang hati. sedangkan istilah
sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan kercunan, karena tidak semua penyakit
kuning disebabkan oleh radang hati, teatapi juga karena adanya peradangan pada
kantung empedu. (M. Sholikul Huda)
Hepatitits adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat di
sebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat – obatan serta
bahan – bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
klinis, biokimia serta seluler yang khas. (Smeltzer, 2001)
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hepatitis adalah
suatu penyakit peradangan pada jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus
yang menyebabkan sel sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
2.2 Jenis-jenis Hepatitis
2.2.1. Hepatitis A
Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui
kontaminasi oral-fekal, HVA terdapat dalam makanan dan air yang terkontaminasi.
Potensi penularan infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran cerna. Umumnya
terjadi didaerah kumuh berupa endemik. Masa inkubasi : 2-6 minggu, kemudian
menunjukkan gejala klinis. Populasi paling sering terinfeksi adalah anak-anak
dan dewasa muda.
2.2.2. Hepatitis B
Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum suntik,
atau hubungan seks. Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering
tranfusi darah, pengguna obat injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan keamanan
masyrakat yang terpajan terhadap darah; klien dan staf institusi untuk
kecatatan perkembangan, pria homoseksual, pria dan wanita dengan pasangan
heteroseksual, anak kecil yang terinfeksi ibunya, resipien produk darah
tertentu dan pasien hemodialisa. Masa inkubasi
mulai 6 minggu sampai dengan 6 bulan sampai timbul gejala klinis.
2.2.3. Hepatitis C
Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering
infeksi hepatitis yang ditularkan
melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan cara yang sama
seperti HBV, tetapi terutama melalui tranfusi darah. Populasi yang paling
sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, individu yang menerima produk
darah, potensial risiko terhadap pekerja perawatan kesehatan dan keamanan masyarakat yang terpajan pada
darah. Masa inkubasinya adalah selama 18-180 hari.
2.2.4. Hepatitis D
Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah
parah. Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individu yang
mengedap infeksi kronik HBV jadi dapat menyebabkan infeksi hanya bila individu telah mempunyai HBV, dan
darah infeksius melalui infeksi HDV. Populasi yang sering terinfeksi adalah
pengguna obat injeksi, hemofili, resipien tranfusi darah multipel (infeksi
hanya individu yang telah mempunyai HBV). Masa inkubasinya belum diketahui
secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan
hati, dan kematian
2.2.5. Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti
air yan tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang
hidup pada atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana
sanitasi buruk, dan paling sering pada dewasa muda hingga pertengahan.
2.2.6. Kemungkinan
hepatitis F dan G
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para
pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
Sedangkan hepatitis G gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan
dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun
hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.
2.3
Penyebab dan Cara Penularan Hepatitis
2.3.1. Hepatitis A
Hepatitis A pada umumnya dapat di tulari melalui mulut, misalnya melalaui
gelas atau sendok bekas yang di pakai penderita hepatitis A. Kadang – kadang
dapat juga melalui keringat penderita atau melalui jarum suntik bekas yang di
pakai pada penderita pengdapa hepatitis A.
2.3.2. hepatitis B
Hampir semua jenis virus hepatitis dapat menyerang
manusia. Pada ibu hamil bila terserang virus ini dapat menularkan pada bayinya
yang ada dalam kandungan atau waktu menyusui bayi itu. Bentuk penularan seperti
inilah yang banyak di jumpai pada
penyakit hepatitis B. Pada saat ini jenis hepatitis yang paling banyak
di pelajari ialah hepatitis B dan telah dapat pula di cegah melalui vaksinasi. Walaupun
infeksi virus ini jarang terjadi pada populasi orang dewasa, kelompok tertentu
dan orang yang memiliki cara hidup tertentu berisiko tinggi. Kelompok ini
mencakup:
- Imigran dari daerah endemis hepatitis b
- pengguna obat IV yang sering bertukar jarum dan
alat suntik
- pelaku hubungan seksual dengan banyak orang atau
dengan orang yang terinfeksi
- pria homoseksual yaang secara seksual aktif
- pasien rumah sakit jiwa
- narapidana pria
- pasien hemodialisis dan penderita hemofilia yang
menerima produk tertenu dari plasma
- kontak serumah denag karier hepatitis
- pekerja sossial di bidang kesehatan, terutama
yang banyak kontak dengan darah
2.3.3. hepatitis C
Penularan hepatitis C
dan Delta pada orang dewasa bisa terjadi melalui kontak seksual dan bisa pula
melalui makanan dan minuman, suntikan ataupun transfusi darah. Virus hepatitis
C juga berbahaya karena sebagian besar penyakit Hepatitis C dapat berkembang
menjadi kronis/menahun dan menjadi pengidap yang selanjutnya akan menjadi
sumber infeksi bagi orang sekitarnya.
2.3.4. Hepatitis
Delta dan hepatitis E
Hepatitis delata dan hepatitis e didduga penularannya melalui mulut, tetapi
belum ada penelitian yang lebih mendalam.
2.4 Tanda dan Gejala
Semua hepatitis Virus mempunyai gejala yang hampir sama, sehingga secara
klinis hampir tidak mungkin dibedakan satu sama lain. Dokter hanya dapat
memperkirakan saja jenis hepatitis apa yang di derita pasiennya dan untuk
membedakannya secara pasyi masih diperlukan bantuan melalui pemeriksaan darah
penderita.gejala penderita hepatitis virus mula mula badanya terasa panas, mual
dan kadang-kadang muntah, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti
teh tua, kemudian matanya terlihat kuning, dan akhirnya seluruh kulit tubuh
menjadi kuning. Pasien hepatitis virus biasnya dapat sembuh setelah satu bulan.
Hampir semua penderita hepatitis A dapat sembuh dengan sempurna, sedangkan
penderita hepatitis C dapat menjadi kronis. Mengenai hepatitis delta dan E
belum dapat di ketahui sevara pasti
bagaimana perjalanan penyakitnya.
Sebagian besar penderita hepatitis B akan sembuh sempurna, tetapi sebagian
kecil (kira-kira 10%) akan mengalami kronis (menahun) atau meninggal.penderita
hepatitis B yang menahun setelah 20-40 tahun kemudian ada kemungkinan hatinya
mengeras(sirosis), dan ada pula yang berubah menjadi kanker hati.
Gambaran klinis hepatitis virus dapat
berkisar dari asimtomatik sampai penyakit yang mencolok, kegagalan hati,
dan kematian. Terdapat tiga stadium pada semua jenis hepatitis yaitu :
a. Stadium
prodromal, disebut periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas virus
selesai dan pasien mulai memperlihatkan tanda-tanda penyakit. Stadium ini
disebut praikterus karena ikterus belu muncul. Antibodi terhadap virus biasanya
belum dijumpai, stdium ini berlangsung 1-2 minggu dan ditandai oleh :
- Malese
umum
- Anoreksia
- Sakit kepala
- Rasa malas
- Rasa lelah
- Gejala-gejala infeksi saluran
nafas atas
-
Mialgia (nyeri otot)
b. Stadium
ikterus. Dapat berlangsung 2-3 minggu atau lebih, pada sebagia besar orang
stadium ini ditandai oleh timbulnya ikterus, manifestasi lainnya adalah:
- Memburuknya
semua gejala yang ada pada stadium prodromal
- Pembesaran dan nyeri hati
- Splenomegali
-
Mungkin gatal ( pruritus )
dikulit
c. Stadium
pemulihan. Biasanya timbul dalam 2-4 bulan, selama periode ini:
- Gejala-gejala
mereda termasuk ikterus
- Nafsu makan pulih
- Apabila tedapat splenomegali, akan segera mengecil
2.5 Pencegahan
Pencegahan terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting karena sampai saat ini belum ada obat yang dapat membunuh virus, sehingga
satu-satunya jalan untuk mencegah
hepatitis virus adalah dengan vaksinasi, tetapi pada saat ini baru ada vaksin
hepatitis B saja, karena memang Hepatitis B sajalah yang paling banyak diselidiki baik mengenai perjalanan penyakitnya maupun
komplikasinya.
Saat ini di seluruh dunia terdapat 200 juta orang pengidap hepatitis B yang
tidak menampakkan gejala, tetapi merupakan sumber penularan bagi manusia sehat.
Agarc tubuh menjadi kebal diperlukan vaksinassi dasar mengenai dasar sebanyak
tiga kali vaksinassi hepatitis B. Mengenai jarak waktu pemberian vaksinasi
dasar tergantung dari jenis vaksinasi yang dipakai.
Ada dua vaksin hepatitis B yaitu vaksin yang dibuat dari darah manusia yang
telah kebal Hepatitis B dan vaksin hepatitis yang dibuat dari perekayasaan sel
ragi. Vaksin hepatitis yang di buat dari darah manusia kebal hepatitis di
suntikkan kepada orang sehat sekali sebulan sebanyak tiga kali, sedangan vaksin
hepatitis b yang di rekayasa dari sel ragi diberi kepada penderita sebulan
sekali sebanyak dua kali, lalu suntikan
ke tiga baru di beri 5 bulan kemudian.
Untuk memperkuat kekbalan yang telah ada, perllu diberi vaksinasi penguat.
Caranya bermacam-macam ada vaksin yang perlu di ulang setahun kemudian satu
kali, lalu 4 tahun kemudian diberi sekali lagi, selanjutnya setiap 5 tahun
sekali. Ada pula jenis vaksin yang perlu diberikan hanya setiap 5 tahun sekali
saja.
Vaksinasi hepatitis B sebaiknya
dilakukan sedini mungkin. Bayi yang lahir dari ibu yang mengidap penyakit
hpatitis B, harus di vaksinasi hepatitis B segera setelah lahir, sedangkan bayi
lainnya boleh diberi setelah berumur sebulan.
Secara keseluruhan tindakan pencegahan terhadap hepatitis adalah dengan
memakai sarung tangan bila berkontak dengan darah /cairan tubuh lainnya, dan
harus hati-hati memasang kembali tutup jarum suntik. Perhatikan cara pembuangan
bahan-bahan terkontaminasi dan pembersihan alat-alat dan permukaan yang terkontaminasi. Bahan
pemeriksaan untuk laboratorium harus diberi label jelas bahwa bahan berasal
dari pasien hepatitis. Perlu juga menjelaskan pentingnya mencuci tangan kepada
pasien, keluarga, dan lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
dan SARAN
KESIMPULAN
1. hepatitis adalah suatu penyakit peradangan
pada jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan sel sel
hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Hepatitis terdiri dari beberap jenis,
yaitu :
* hepatitis A
* hepatitis B
* hepatitis C
* hepatitis D
* hepatitis E
* kemungkinan hepatitis F dan G
3. Virus-virus yang menyebabkan hepatitis
dapat menyebabkan cedera dan kematian hepatosit dengan secara langsung membunuh
sel dan dengan merangsang reaksi peradangan dan imun yang mencederai atau
menghancurkan hepatosit. Reaksi peradangan melibatkan degranulasi sel mast dan
pelepasan histamin, pengaktivan komplemen, lisis sel-sel yang terinfeksi dan
sel-sel di sekitarnya, serta edema dan pembengkakan interstisium. Respon imun
yang timbul kemidian mendukung respon peradangan. Perangsangan komplemen dan
lisis sel serta serangan antibodi langsung terhadap antigen-antigen virus
menyebabkan destruksi sel-sel yang terinfeksi. Hati menjadi edematosa sehingga
kapiler-kapiler kolaps dan aliran darah berkurang yang menyebabkan hipoksia
jaringan, akhirnya terbentuk jaringan ikat dan fibrosis dihati.
4. Semua hepatitis Virus mempunyai gejala
yang hampir sama, sehingga secara klinis hampir tidak mungkin dibedakan satu
sama lain.
5. Terdapat tiga stadium pada semua jenis
hepatitis yaitu :
a.
Stadium prodromal
b. Stadium ikterus
c.
Stadium pemulihan
6. Pencegahan terhadap hepatitis virus ini
adalah sangat penting karena sampai saat
ini belum ada obat yang dapat membunuh
virus, sehingga satu-satunya jalan untuk
mencegah hepatitis virus adalah dengan vaksinasi.
SARAN
1. biasakan untuk selalu hidup bersih dan
sehat
2. selalu periksa kesehatan atau vaksinasi
jika sudah terjangkit penyakit hepatitis
DAFTAR PUSTAKA
Ester, Monica. 2002 . Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika
Oswari, 2006. Penyakit Dan Cara Penanggulangannya. Jakarta: Gaya
Baru
Mansjoer, Arief, Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner
&Suddarth, Edisi 8, Vol 2. Jakarta : EGC
http://pbh-batusangkar.blogspot.co.id/2011/06/makalah-tentang-hepatitis.html
MAKALAH HEPATITIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hepatitis merupakan inflamasi
dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh
toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus adalah
istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus
penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G
terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut. (Ester Monica, 2002 :
93)
Penyakit hepatitis merupakan
urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh dunia. Penyakit ini sangat
berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits ataupun gejala sisanya
bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006
: 429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan
hati bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak
menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah
parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan terasa panas, mual,
muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa hari air
seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan akhirnya
seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam
waktu satu bulan.
(http://www2.kompas.com/ver1/Kesehatan/0710/19/o32215.htm )
Menurut guru besar hepatologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga ketua kelompok kerja
Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman, virus hepatitis menginfeksi
sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari 1.300.000 orang
meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya. Prevalensi di Indonesia
sekitar 10-15 persen jumlah penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari jumlah
yang terinfeksi, kurang dari 10 persen yang terdiagnosis dan diobati. Sebanyak
90 persen lain tidak menimbulkan gejala sehingga tidak terdiagnosis. Karena
itu, pemeriksaan menjadi penting.
(http://www2.kompas.com/ver1/Kesehatan/0710/19/o32215.htm)
Insiden hepatitis yang terus
meningkat semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini menjadi
penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan
menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang
lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa
dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali
kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi
penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth,
2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang
menderita penyakit hepatitis ini mengalami Anoreksia atau penurunan nafsu makan
dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang
rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal sehingga klien ini
haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik
sehingga klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang didesain
dapat diberikan melalui rute parenteral atau enteral bila penggunaan standar
diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak mungkin untuk
mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih ditujukan
pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu mengkonsumsi masukan
nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status perubahan metabolik
atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal
mencegah pemberian makan enteral. Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin
dan elektrolit dapat diinfuskan melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E.
Doengoes, 1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab
hepatitis bagi klien adalah apabila ada anggota keluarga menderita penyakit
yang sama, supaya anggota keluarga dan klien siap menghadapi resiko terburuk
dari penyakit hepatitis beserta komplikasinya sehingga penderita mampu
menyiapkan diri dengan pencegahan dan pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan
air bersih yang aman, sistem pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene
secara umum, mencuci tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali
pakai serta selalu menjaga kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini
tidak dilakukan dengan benar dan teratur berarti keluarga dan penderita harus
siap menerima resiko komplikasi lainnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan
kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang tepat, disamping itu juga
memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti memberi
penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala,
pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak
dilakukan.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas
dalam makalah ini penulis mengangkat jenis-jenis dan cara pencegahan penyakit
hepatitis
1.3 Rumusan Masalah
1. apa itu hepatitis?
2. berapa macam/jenis hepatitis?
3. apa penyebab dan bagaimana cara penularan penyakit hepatitis itui?
4. Apa tanda dan gejala dari penyakit hepatitis itu?
5. bagaimana cara pencegahan
penyakit hepatitis itu?
1.4 Tujuan
Untuk mengetahui jenis -
jenis, cara penularan dan cara pencegahan penyakit hepatitis
1.5 Manfaat penelitian
Untuk menambah pengetahuan tentang jenis - jenis
dan cara pencegahan penyakit hepatitis.
http://ronialbar.blogspot.co.id/2011/01/makalah-hepatitis.html
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Hepatitis
Berikut
merupakan beberapa pengertian dari hepatitis.
1) Hepatitis
adalah istilah umum yang berarti radang hati. “Hepa” berarti kaitan dengan hati, sementara “itis” berarti radang (Seperti di atritis, dermatitis,
dan pankreatitis) (James, 2005: 4).
2) Hepatitis merupakan infeksi pada
hati, baik disebabkan oleh virus atau tidak. Hepatitis yang disebabkan oleh virus ada tiga tipe, yaitu tipe A, tipe
B, dan tipe C. hepatitis yang tidak disebabkan oleh virus biasanya disebabkan
oleh adanya zat-zat kimia atau obat, seperti karbon tetraklorida, jamur racun,
dan vinyl klorida (Asep suryana
abdurahmat, 2010: 153).
3) Hepatitis
adalah peradangan atau inflamasi pada hepar
yang umumnya terjadi akibat infeksi virus, tetapi dapat pula disebabkan oleh
zat-zat toksik. Hepatitis berkaitan dengan sejumlah hepatitis virus dan paling
sering adalah hepatitis virus A,
hepatitis virus B, serta hepatitis
virus C (Sue hanclif,
2000: 105).
4) Hepatitis adalah peradangan hati
yang akut karena suatu infeksi atau keracunan (Clifford
anderson, 2007:,243).
Dari
beberapa pengetian hepatitis di atas pada dasarnya memiliki tujuan yang sama,
yaitu hepatitis merupakan peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus
maupun tidak disebabkan oleh virus.
2.2 Etiologi Hepatitis
Menurut
Price dan Wilson (2005: 485) Secara umum hepatitis disebabkan oleh virus.
Beberapa virus yang telah ditemukan sebagai penyebabnya, berikut ini.
1) Virus hepatitis A (HAV)
2) Virus hepatitis B (HBV)
3) Virus hepatitis C (HCV)
4) Virus hepatitis D (HDV)
5) Virus hepatitis E (HEV)
6) Hepatitis F (HFV)
7) Hepatitis G (HGV)
Namun
dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling dikenal adalah HAV
(hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah tersebut
lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis “infeksiosa” dan hepatitis “serum”,
sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parental dan nonparental
(Price dan Wilson, 2005: 243). Hepatitis pula dapat disebabkan oleh racun,
yaitu suatu keadaan sebagai bentuk respons terhadap reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit sistematik dan
juga bersifat idiopatik (Sue
hincliff, 2000: 205).
2.3 Patofisiologi Hepatitis
Yaitu
perubahan morfologi yang terjadi pada hati, seringkali mirip untuk berbagai
virus yang berlainan. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran basar
dan berwarna normal, namun kadang-kadang agak edema, membesar dan pada palpasi
“terasa nyeri di tepian”. Secara histologi. Terjadi kekacauan susunan hepatoselular, cedera dan nekrosis sel hati dalam berbagai
derajat, dan peradangan periportal.
Perubahan ini bersifat reversibel sempurna, bila fase akut penyakit mereda.
Namun pada beberapa kasus nekrosis, nekrosis submasif atau masif dapat
menyebabkan gagal hati fulminan dan
kematian (Price dan Daniel, 2005: 485).
2.4 Manifestasi Klinis Hepatitis
Menurut Arif
mansjoer (2001: 513) Manifestasi klinis
merupakan suatu gejala klinis tentang suatu penyakit yang diderita oleh pasien.
Berikut adalah gejala klinis dari penyakit hapatitis.
1) Stadium praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien
mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia,
mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan nyeri di perut kanan atas. Urin
menjadi lebih cokelat.
2) Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu.
Ikterus mula-mula terlihat pada sclera,kemudian pada kulit seluruh tubuh.keluhan-keluhan
berkurang, tetapi pasien masih lemah, anoreksia,
dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri
tekan.
3) Stadium
pascaikterik (rekonvalesensi).
Ikterus mereda, warna urin dan tinja
menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang dewasa, yaitu
pada akhir bulan kedua, karena penyebab yang biasanya berbeda.
Menurut Sriana azis (2002: 232)
Gejala-gejala klinis lain yang dapat dilihat, sebagai berikut.
a) Gejala yang
ditimbulkan oleh virus A, B, C, D, E, dan virus lain-lain meliputi letih, lesu,
lemas dan mata menjadi kuning, urin seperti teh, rasa tidak enak di perut dan
punggung, hati bengkak, bangun tidur tetap letih, lesu, dan lain-lain. Bila
sakitnya berkepanjangan dapat berubah menjadi kronis dan berkelanjutan menjadi
kanker.
b) Virus B dan C
cenderung menjadi kronis (menahun atau gejala menjadi tetap ada sampai 6
bulan), bila dibiarkan hati menjadi keriput (sirosis) kemudian menjadi kanker.
Komplikasi sirosis meliputi muntah darah, kanker hati dan koma.
c) Virus C tidak
mempunyai gejala awal langsung akut.
d) Gagal hepatitis
meliputi sindrom kholaemi : tremor, refleks berlebihan, kejang otot, gerakan
khoreiform, kejang-kejang, kemudian meninggal.
2.5 Diagnosis Keperawatan Hepatitis
Menurut
Kathleen speer (2005: 121) Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan tentang
masalah aktual dengan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti yang dialami oleh
pasien.
1) Resiko
kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntah, diare, dan pendarahan.
2) Nyeri yang
berhubungan dengan inflamasi hati.
3) Gangguan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, diare, mual atau muntah.
4) Resiko
intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kelelahan.
5) Resiko infeksi
yang berhubungan dengan penyebaran virus hepatitis melalui kontak dengan
pengunjung dan staf.
6) Isolasi sosial
yang berhubungan dengan status isolasi (jika anak mengidap hepatitis B)
7) Defisit
pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan di rumah, penyakit, dan pencegahan
kekambuhan.
8) Ketidakefektifan
koping keluarga : penurunan yang berhubungan dengan rawat nginap di rumah
sakit.
9) Defisit
pengetahuan yang berhungan dengan perawatan di rumah.
2.6 Penatalaksanaan
Menurut
Arif mansjoer (2001: 515) Dalam penatalaksanaan untuk penderita hepatitis dapat
harus dilakukan sesuai dengan sifat-sifat dari hepatitis.
1) Hepatitis Akut
Terdiri
dari istirahat, diet, dan pengobatan medikamentosa.
a) Istirahat
Pada
periode akut dan keadaan lemah diharuskan untuk istirahat. Istirahat mutlak
tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kekecualian diberikan kepada
mereka dengan umur tua dan keadaan umum yang buruk.
b) Diet
Jika
pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah sebaiknya di berikan infus.
Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori ( 30 – 35
kalori/kg BB ) dengan protein cukup ( 1 gr/kg BB ). Pemberin lemak sebenarnya
tidak perlu dibatasi.
c) Medikalmentosa
Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk
mempercepat penurunan bilirubin darah. Kortikosteroid
dapat digunakan pada kolestatis yang
berkepanjangan, dimana transamenase serum
sudah kembali normal tetapi bilirubin
masih tinggi. Pada keadaan ini dapat diberikan prednisone 3 x 10 mg selama 7 hari kemudian dilakukan tapering off.
(i)
Berikan obat – obat yang bersifat
melindungi hati.
(ii) Antibiotic
tidak jelas kegunaannya.
(iii) Jangan
diberikan antiemetic. Jika perlu
sekali dapat diberikan golongan fenotiazin.
(iv) Vitamin
K diberikan pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. Bila pasien dalam
keadaan prekoma atau koma, penanganan seperti koma hepatik.
2) Hepatitis Kronik
Menurut
Arif Mansjoer (2001: 515) Obat yang dinilai bermanfaat untuk pengobatan hepatitis kronik adalah interferon (IFN). Obat tersebut adalah
suatu protein selular stabil dalam asam yang diproduksi oleh sel tubuh kita
akibat rangsangan virus atau akibat induksi mikroorganisme,
asam nukleat, anti gen, mitogen, dan
polimer sintetik. Interferon mempunyai efek antivirus, imunomodulasi, dan antiproliferatif.
a) Hepatitis B
Pemberian interferon pada penyakit ini
ditujukan untuk menghambat replikasi virus hepatitis B, menghambat nekrosis sel
hati oleh karena reaksi radang, dan mencegah transformasi maigna sel-sel hati.
Di indiksikan untuk pasien berikut ini.
a) Pasien dengan
HbeAG dan HBV-DNA positif
b) Pasien
hepatitis kronik aktif berdasarkan pemeriksaan histopatologi
c) Dapat
dipertimbangkan pemberian interferon pada hepatitis fulminan akut meskipun
belum banyak dilakukan penelitian pada bidang ini.
Menurut Arif
Mansjoer (2001: 515) Diberikan IFN leukosit
pada kasus hepatitis kronik aktif
dengan dosis sedang 5-10 MU/m2/hari selama 3-6 bulan.
Dapat juga pemberian IFN limfoblastoid 10MU/m2 3kali seminggu selama
3 bulan lebih. Sebagian pasien hepatitis
B kronik memberi respon terhadap terapi interferon,
ditandai dengan hilangnya HBV DNA dan serokonversi
HbeAG/Anti Hbe, serokonversi
HbsAG/Anti HBs terjadi pada 7% pasien. Terapi ini harus dilakukan minimal
selama 3 bulan.
b) Hepatitis C
Arif
mansjoer (2001: 516) Pemberian interferon
bertujuan mengurangi gejala, mengusahakan perbaikan parameter kimiawi,
mengurangi peradangan dalam jaringan hati, menghambat progresi histopatologi, menurunkan infektivitas,
menurunkan resiko terjadinya hepatoma,
dan memperbaiki harapan hidup. Respon tergantung dari lamanya penyakit dan
kelainan histologi. Dosis standar yang bisa dipakai adalah interferon α dengan dosis 3 x 3 juta unit/minggu selama 6 bulan.
Masih belum jelas menambah waktu pengobatan di atas 9 bulan dapat meningkatkan
resppon dan menurunkan angka kambuh.
2.7 Pengobatan Penyakit Hepatitis
Tidak
terdapat terapi spesifik untuk hepatitis
virus akut. Tirah baring selama fase akut penting dilakukan dan diet rendah
lemak dan tinggi karbohidrat umumnya merupakan makanan yang paling dapat
dimakan oleh penderita. Pemberian makanan secara intravena mungkin perlu
diberikan selama fase akut bila pasien terus-menerus muntah. Aktivitas fisik
biasanya perlu dibatasi sehingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali
normal (Price dan Wilson, 2005: 492).
Pengobatan
terpilih untuk hepatitis B atau hepatitis C simtomatik adalah terapi antivirus
dengan interferon-α. Terapi antivirus untuk hepatitis D kronis membutuhkan
pasien uji eksperimental. Jenis hepatitis kronis ini memiliki resiko tertinggi
untuk berkembangnya sirosis (Price dan wilson, 2005: 492).
Menurut
Sriana Azis (2002: 233) Obat hepatitis hanya diperoleh dengan resep dokter.
Namun terdapat obat alternatif sebagai tambahan obat yag diberikan dokter.
1) Rebus selama 15
menit seperempat rimpang temulawak, 5 siung bawang putih, 15 biji cengkeh, 3
cabe merah, dan gila merah. Kemudian diminum selama setiap hari selama 6 bulan
atau sampai merasa sehat dan tetap berkonsultasi dengan dokter.
2) Makan rebusan
kerang dan airnya setiap hari selam 6 bulan atau sampai merasa sehat dan
berkonsultasi dengan dokter.
2.8 Pencegahan Penyakit Hepatitis
Pencegahan
adalah cara awal yang dapat dilakukan untuk menghambat suatu penyakit menyerang
tubuh kita. Sama halnya dengan hepatitis dapat dilakukan pencegahan sesuai
dengan jenis virus penyebabnya sebagai berikut.
2.8.1 Terhadap virus hepatitis A
1) Penyebaran
secara fekal-oral, pencegahan masih sulit karena adanya karier dari virus tipe
A yang sulit ditetapkan.
2) Virus ini resisten terhadap
cara-cara sterilisasi biasa, termasuk klorinasi. Sanitasi yang sempurna,
kesehatan umum, dan pembuangan tinja yang baik sangat penting. Tinja, darah,
dan urin pasien harus dianggap infeksius. Virus dikeluarkan di tinja mulai
sekitar 2 minggu sebelum
ikterus.
2.8.2
Terhadap
virus hepatitis B
1) Dapat
ditularkan melalaui darah dan produk darah. Darah tidak dapt disterilkan dari
virus hepatitis. Pasien hepatitis sebaiknya tidak menjadi donor darah.
2) Usaha
pencegahan yang paling efektif adalah imunisasi. Imunisasi hepatitis B
dilakukan terhadap bayi-bayi setelah dilakukan penyaring HBsAg pada ibu-ibu
hamil.
2.8.3
Pencegahan
dengan immunoglobulin
Pemberian immunoglobulin (HBIg) dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh yang baik, sedangkan pada hepatitis serum masih diragukan
kegunaannya. Diberikan dalam dosis 0,02 ml/kg BB im dan ini dapat mencengah
timbulya gejala pada 80-90 %. Diberikan pada mereka yang dicurigai ada kontak
dengan pasien (Arif mansjoer, 2001: 513).
Pengobatan
lebih ditekankan pada pencegahan melalui imunisasi, dikarenakan keterbatasan
pengobatan hepatitis virus. Kini
tersedia imunisasi pasif dan aktif untuk HAV maupun HBV. CDC (2000) telah
menerbitkan rekomendasi untuk praktik penberian imunisasi sebelum dan sesudah
pejanan virus (Price dan Wilson, 2005: 492).
Imunoglobulin (IG) dahulu disebut globulin serum imun,diberikan sebagai
perlindungan sebelum terpajan HAV. Semua sediaan IG mengandung anti HAV. Profilaksis sebelum pejanan dianjurkan
untuk wisatawan manca negara yang akan berkunjung ke negara-negara endemis HAV.
Pemberian IG pasca pajanan bersifat efektif dalam mencegah atau mengurangi
keparahan infeksi HAV. Dosis 0,02 ml/kg diberikan sesegara mungkin atau dalam
waktu dua minggu setelah perjalanan. Inokulasi
dengan IG diindikasikan bagi anggota keluarga yang tinggal serumah, sftaf
pusat penitipan anak, pekerja di panti asuhan, dan wisatawan ke negara
berkembang dan tropis (Price dan wilson, 2005: 492).
HBIG merupakan obat terpilih untuk profilaksis pasca pajanan jangka pendek. Pemberian vaksin HBV dapat
dilakukan bersamaan untuk mendapatkan imunitas jangka panjang, bergantung pada
situasi pajanan. HBIG (0.06 ml/kg) adalah pengobatan terpilih untuk mencegah
infeksi HBV setelah suntikan perkutan (jarum suntik) atau mukosa terpajan darah HbsAg posotif. Vaksin HBV harus segera
diberikan dalam waktiu 7 sampai 14 hari bila individu yang terpajan belum
divaksinasi (Price dan Wilson, 2005: 493).
Petugas yang terlibat dalam kontak risiko tinggi (misal pada hemodialisis,
transfusi tukarm dan terapi parental) perlu sangat berhati-hati dalam menangani
peralatan dan menghindari tusukan jarum. Tindakan dalam masyarakat yang penting
untuk mencegah hepatitis mencakup penyediaan makanan, dan air bersih yang amam
serta sistem pembuangan sampah yang efektif. Penting untuk memperhatikan higiene umum, mencuci tangan, membuang
urin dan feses pasien yang terinfeksi secara aman. Pemakaian kateter, jarum
suntik, dan spuit sekali pakai akan menghilangkan sumber infeksi yang penting.
Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima
menjadi panel donor (Price dan Wilson, 2005: 493).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Hepatitis adalah
istilah umum yang berarti radang hati. “Hepa”
berarti kaitan dengan hati, sementara “itis”
berarti radang (Seperti di atritis, dermatitis, dan pankreatitis) jadi Hepatitis adalah peradangan
atau inflamasi pada hepar yang umumnya terjadi akibat infeksi virus, tetapi
dapat pula disebabkan oleh zat-zat toksik. Hepatitis
berkaitan dengan sejumlah hepatitis virus dan paling sering adalah hepatitis virus A, hepatitis virus B,
serta hepatitis virus C.
Etiologi hepatitis yaitu
disebabkan oleh beberapa virus diantaranya virus
hepatitis A, virus hepatitis B, dan virus
hepatitis C. Hepatitis pula dapat disebabkan oleh racun, yaitu suatu
keadaan sebagai bentuk respons terhadap reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit sistematik dan
juga bersifat idiopatik
Patofisiologi hepatitis yaitu adanya
pembengkakan atau edema hepar yang disebabkan oleh cedera dan nekrosis mengakibatkan gagal hati fulminan
dan kematian. Perubahan ini bersifat reversibel sempurna bila fase akut
penyakit mereda.
Manifestasi klinis hepatitis yaitu ditandai
dengan mual-mual, lemah, lesu, anoreksia. Terjadi selama beberapa hari dan
mulai berkurang pada beberapa minggu. Jika terjdi selama 4-7 hari maka
sesaorang tersebut mengalami stadium
parikterik. Setelah menegalami satidum parikterik
pasien akan mengalami stadium ikterikI yaitu,
berkurangnya rasa mual, muntah, dan lesu.
Diagnosis
keperawatan merupakan pernyataan tentang masalah aktual dengan aktivitas
kehidupan sehari-hari seperti yang dialami oleh pasien. Seperti resiko
kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntah, diare, dan pendarahan,
kemudian Defisit pengetahuan yang berhungan dengan perawatan di rumah.
Penatalaksanaan
hepatitis dapat dilakukan dengan istirahat, diet, dan medikalmentosa. Obat yang dinilai bermanfaat untuk pengobatan hepatitis kronik adalah interferon (IFN). Obat tersebut adalah
suatu protein selular stabil dalam asam yang diproduksi oleh sel tubuh kita.
Tidak
terdapat terapi spesifik untuk hepatitis
virus akut. Tirah baring selama fase akut penting dilakukan dan diet rendah
lemak dan tinggi karbohidrat umumnya merupakan makanan yang paling dapat
dimakan oleh penderita. Pemberian makanan secara intravena mungkin perlu
diberikan selama fase akut bila pasien terus-menerus muntah. Aktivitas fisik
biasanya perlu dibatasi sehingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali
normal. Pengobatan alternatif untuk penyakit hepatitis sangatlah mahal, maka
untuk pengobatan lebih baik menggunakan obat tradisional. Namun pencegahan
hepatitis dapat dilakukan dengan imunisasi, yang dikarenakan adanya
keterbatasan pengobatan untuk penyakit hepatitis virus.
3.2 Saran
1) Adapun yang menjadi saran
penulis kepada teman-teman mahasiswa agar kiranya dapat memahami substansi
dalam penulisan makalah ini serta mengimplementasikan dalam kehidupan
seharí-hari, karena mengingat betapa pentingnya mempelajari penyakit hepatitis.
2) Kepada
teman-teman penderita hepatitis sebaiknya memperhatikan pola makan yang sehat,
menghindari mengkonsumsi minuman keras, serta menjaga sanitasi lingkungan
sekitar.
3) Dan untuk para
teman-teman sebagai calon-calon perawat agar menghindari adanya kontak langsung
dengan alat medis dalam pengobatan pasien di saat turun dinas nanti, serta
memperhatikan sterilnya alat-alat yang digunakan saat praktik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahmat, Asep S. 2010. Anatomi dan Fisiologi Manusia.
Gorontalo: UNG
Anderson, Clifford R.
2007. Petunjuk Modern kepada Kesehatan.
Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Azis, Sriana. 2002. Kembali Sehat dengan Obat.
Jakarta:
Pustaka Populer Obor.
Hincliff, Sue. 2000. Kamus Keperawatan Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. akarta: Media
Aesculapius.
Price &
Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit Jakarta: EGC.
Speer, Kathleen M. 2005. Rencana Asuhan keperawatan Pediatrik.
Jakarta: EGC.
James & Tim
Horn. 2005.hepatitits virus dan HIV. Jakarta:
Sprita
http://makalahhepatitis009.blogspot.co.id/
Demikianlah materi tentang Makalah Hepatitis yang sempat kami berikan. semoga materi yang kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak materi seputar Makalah HIV/AIDS yang telah kami posting sebelumnya. semoga materi yang kami berikan dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih. Semoga dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.
Anda dapat mendownload Makalah diatas dalam Bentuk Document Word (.doc) melalui link berikut.
EmoticonEmoticon