Makalah Kalimat Efektif - Jika dalam postingan ini, anda kurang mengerti atau susunanya tidak teratur, anda dapat mendownload versi .doc makalah berikut :
Makalah Kalimat Efektif
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan
manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu
berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis.
Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar
apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh
pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik
disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat
dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang
disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya,
ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan
atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan
eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh
dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu
dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan
keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Dalam
karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat
sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin
kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele.
Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita
sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah
penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat
efektif?
2. Apa saja unsur-unsur kalimat?
3. Apa ciri-ciri kalimat efektif?
4. Apa syarat yang mendasari kalimat
efektif?
5. Bagaimana struktur kalimat efektif?
6.
Jenis
Kesalahan dalam Menyusun Kalimat Efektif dan Pembetulannya
7.
Hal yang Mengakibatkan Suatu Tuturan Menjadi Kurang
Efektif
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam
penggunakan bahasa Indonesia sehingga menjadi
baik dan benar
2. Mengetahui apa dan bagaimana
penggunaan kalimat efektif dalam berbahasa
3. Menjaga kemurnian bahasa Indonesia
D. MANFAAT
PEMBAHASAN
1. Manfaat untuk diri sendiri: agar
bisa memahami bagaimana yang dikatakan dengan kalimat efektif.
2. Manfaat untuk kelompok: agar kita
bisa menjaga budaya Bahasa Indonesia yang baik dan mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
KALIMAT EFEKTIF
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya
secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula.
Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan
gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara
secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya.
B. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF
Unsur
kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama
lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu
subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni
subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam
suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1. Subjek
(S)
Subjek
(S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu
hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya
diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk
lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a.
Ayahku sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c.
Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.
e.
Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi
oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang
diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa
verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk
pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata
yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat
fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c)
dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang
(benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada
kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak
lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya
ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada
awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain
ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata
tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban
yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya
tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah
contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku
atau bendanya.
a.
Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b.
Di sini melayani obat generic.
c.
Memandikan adik di pagi hari.
Contoh
(a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S.
Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa
yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada
contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
2. Predikat
(P)
Predikat
(P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam
keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat).
Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan
sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam
kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat
dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau
adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan
contoh berikut:
a.
Kuda meringkik.
b.
Ibu sedang tidur siang.
c.
Putrinya cantik jelita.
d.
Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e.
Kucingku belang tiga.
f.
Robby mahasiswa baru.
g.
Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada
kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada
kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat
(c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat
(d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e)
memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f)
memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan
jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata
menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau
bendanya.
a.
Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b.
Kantor kami yang terletak di Jln.
Gatot Subroto.
c.
Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal,
yaitu diawali dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi
sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut
lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa
atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai
kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang
tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c)
tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada
contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok
kata atau frasa.
3. Objek
(O)
Objek
(O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa
verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh
di bawah ini.
a.
Nurul menimang …
b.
Arsitek merancang …
c.
Juru masak menggoreng …
Verba
transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh
tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P
pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika
P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O
dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak,
pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a.
Nenek mandi.
b.
Komputerku rusak.
c.
Tamunya pulang.
Objek
dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan
posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a.
1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk
Basuki (O)
2)
Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina
Hingis.
b.
1) Orang itu menipu adik saya (O)
2)
Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.
4. Pelengkap (pel)
Pelengkap
(P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap
umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh
O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina,
frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan.
Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a.
Ketua MPR membacakan Pancasila.
S
P O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S
P Pel
Kedua
kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila,
jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang
menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif
adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S
P
O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke
depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak
gramatikal.
Pancasila
dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O
adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap
dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.
Di
samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam
kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan
bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap
dalam kalimat.
a.
Sutardji membacakan pengagumnya puisi
kontemporer.
b.
Mayang mendongengkan Rayhan Cerita
si Kancil.
c.
Sekretaris itu mengambilkan
atasannya air minum.
d.
Annisa mengirimi kakeknya kopiah
bludru.
e.
Pamanku membelikan anaknya rumah
mungil.
5. Keterangan
(ket)
Keterangan
(Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian
kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel.
Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat.
Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli
membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti
yang tertera pada tabel di bawah ini.
JENIS
KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No.
|
Jenis
keterangan
|
Posisi/penghubung
|
Contoh
pemakaian
|
1.
|
Tempat
|
Di
Ke
Dari
Pada
|
Di
kamar, di kota
Ke
Surabaya, ke rumahnya
Dari
Manado, dari sawah
Pada
permukaan
|
2.
|
Waktu
|
-
Pada
Dalam
Se-
Sebelum
Sesudah
Selama
sepanjang
|
Sekarang,
kemarin
Pada
pukul 5 hari ini
Dalam
2 hari ini
Sepulang
kantor
Sebelum
mandi
Sesudah
makan
Selama
bekerja
Sepanjang
perjalanan
|
3.
|
Alat
|
dengan
|
Dengan
pisau, dengan mobil
|
4.
|
Tujuan
|
Supaya/agar
Untuk
Bagi
Demi
|
Supaya/agar
kamu faham
Untuk
kemerdekaan
Bagi
masa depan
Demi
orang tuamu
|
5.
|
Cara
|
Secara
Dengan
cara
Dengan
jalan
|
Secara
hati-hati
Dengan
cara damai
Dengan
jalan berunding
|
6.
|
Kesalingan
|
-
|
Satu
sama lain
|
7.
|
Similatif
|
Seperti
Bagaikan
Laksana
|
Seperti
angin
Bagaikan
seorang dewi
Laksana
bintang di langit
|
8.
|
Penyebab
|
Karena
Sebab
|
Karena
perempuan itu
Sebab
kegagalannya
|
9.
|
Penyerta
|
Dengan
Bersama
Beserta
|
Dengan
adiknya
Bersama
orang tuanya
Beserta
saudaranya
|
C. CIRI-CIRI
KALIMAT EFEKTIF
Untuk
dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam
syarat berikut, yaitu adanya:
1) Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan
ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.
Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan
kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
Ketidakjelasan subjek atau predikat
suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek
dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata
depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan
sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini
harus membayar uang kuliah. (Benar)
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya
dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
Contoh:
a.
Kami datang agak terlambat. Sehingga
kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b.
Kakaknya membeli sepeda motor Honda.
Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan
kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat
itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat
menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga
kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu,
kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda,
sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda.
Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
2) Keparalelan
Yang
dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a.
Harga minyak dibekukan atau kenaikan
secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung
itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat
(a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat
terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu
dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau
dinaikkan secara luwes.
Kalimat
(b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat
itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung
itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
3) Ketegasan
Yang
dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada
ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat
itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara
untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta,
tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka
akan kelembutan mereka.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi
rajin dan jujur.
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4) Kehematan
Yang
dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan
kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak
berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.
Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak
diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Perhatikan
contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak
datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai
berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang
ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Perhatikan contoh:
a.
Ia memakai baju warna merah.
b. Di mana engkau menangkap burung pipit
itu?
Kata merah sudah mencakupi kata
warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah
ini.
a.
Dia hanya membawa badannya saja.
b. Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat
ini dapat diperbaiki menjadi
a. Dia
hanya membawa badannya.
b.
Sejak pagi dia bermenung.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk
baku : para tamu, beberapa orang.
5) Kecermatan
Yang
dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a.
Mahasiswa perguruan tinggi yang
terkenal itu menerima hadiah.
b.
Dia menerima uang sebanyak dua puluh
lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda,
yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu
rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
·
Yang diceritakan menceritakan
tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya
karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat
itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja,
para hulubalang, dan para menteri.
6) Kepaduan
Yang
dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat
itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a.
Kalimat yang padu tidak bertele-tele
dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh
karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang
telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar
bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang
adil dan beradab
b.
Kalimat yang padu mempergunakan pola
aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat
yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat
itu saya sudah baca.
Saran
yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan
kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu
berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
c.
Kalimat yang padu tidak perlu
menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek
penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
7) Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah
bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan
ejaan yang berlaku.
D. SYARAT-SYARAT
KALIMAT EFEKTIF
Syarat-syarat
kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran
pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama
tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca
atau penulisnya.
E. STRUKTUR
KALIMAT EFEKTIF
Struktur kalimat efektif
haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab
kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang
strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti.
Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan
kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi,
kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur
yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati
posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan
berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi
bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak
dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya,
Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang
ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1.
Buat Papa menulis surat saya.
2.
Surat saya menulis buat Papa.
3.
Menuis saya surat buat Papa.
4.
Papa saya buat menulis surat.
5.
Saya Papa buat menulis surat.
6.
Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun
kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan
itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas
fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu
juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah
biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural
pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian.
Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati
hokum yag sudah dibiasakan.
F.
Kesalahan
dalam Menyusun Kalimat Efektif dan Pembetulannya
1. Pleonastis
Pleonastis
atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya
tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara
lain:
·
Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
Kalimat ini seharusnya : Banyak
tombol yang dapat Anda gunakan.
·
Kita harus saling tolong-menolong.
Kalimat ini seharusnya : Kita harus
saling menolong, atau Kita seharusnya tolong-menolong.
2. Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada
kalimat berikut ini:
·
Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran
–nya dihilangkan. Sehingga menjadi :
·
Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
3.
Salah pemilihan kata
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat pada
kalimat berikut ini:
·
Saya mengetahui kalau ia kecewa.
Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.
4. Salah nalar
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada kalimat
berikut ini:
·
Bola gagal masuk gawang.
Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.
5. Pengaruh bahasa asing atau daerah
(interferensi)
Bahasa Asing
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing
terlihat pada kalimat berikut:
·
Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan
kalimat berikut:
I live in Semarang where my mother work
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya
kalimat tersebut menjadi:
Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.
Bahasa daerah
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa daerah dapat
kita lihat pada kalimat berikut:
·
Anak-anak sudah pada datang.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya
kalimat tersebut menjadi:
Anak-anak sudah datang.
Contoh lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, juga dapat kita
lihat pada kalimat berikut. Penulis menemukan contoh ini dari sebuah rubrik di
tabloid anak-anak Yunior.
· Masuknya keluar mana? (Jawa: Mlebune
metu endi?)
Kita sebaiknya mengganti kalimat
tersebut dengan: Masuknya lewat mana?
6. Kata depan yang tidak perlu
Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak perlu
seperti pada kalimat berikut:
Contoh :
·
Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga
kalimatnya menjadi:
Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
G. Hal yang Mengakibatkan Suatu Tuturan Menjadi Kurang
Efektif
Ada beberapa hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif,
antara lain
1. Kurang padunya kesatuan gagasan.
Setiap tuturan terdiri atas beberapa
satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan
gramatikalnya harus lengkap dan mendukung satu ide pokoknya. Kita bisa melihat
pada contoh berikut:
Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah
kata. Dengan program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran
seperti mengetik surat atau dokumen. MS Word adalah produk peranti lunak
keluaran Microsoft.
Kalimat-kalimat pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan.
Seharusnya setelah diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada kalimat
pertama, diungkapkan gagasan lain yang saling bertautan.
2. Kurang ekonomis pemakaian kata.
Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan.
Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut
maknanya, misalnya:
·
membicarakan tentang transmigrasi
Seharusnya: membicarakan transmigrasi
·
sudah pada tempatnya apabila
Seharusnya: sudah selayaknya apabila
·
Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah,
tetapi juga dirasakan oleh kelompok elite pribumi.
Seharusnya: Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah dan
kelompok elite.
Atau: Depresi ekonomi dirasakan kaum pribumi di semua lapisan.
3. Kurang logis susunan gagasannya.
Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada contoh
berikut:
Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya
ayam itu sangat bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya
memerlukan zat putih telur, manusia untuk melanjutkan hidupnya perlu akan zat
putih telur.
Kita dapat membuat tulisan itu menjadi efektif seperti
berikut:
Semua makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal
dari telur dan daging ayam. Manusia adalah makhluk hidup. Jadi, manusia
memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam untuk
melanjutkan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa telur dan daging ayam sangat
bermanfaat bagi tubuh.
4. Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.
Pemakaian bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam
bahasa keilmuan.
·
Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Gatot A.S atas
bimbingannya dalam menyelesaikan buku ini.
·
Sehubungan dengan hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal bahasa
Indonesia dapat menjadi bahasa internasional.
Pemakaian kata menghaturkan dan bilang tidak tepat untuk
ragam bahsa keilmuan, sehingga kata-kata tersebut sebaiknya diganti dengan
mengucapkan dan mengatakan.
5. Konstruksi yang bermakna ganda.
Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah, namun
kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga tergolong kalimat
yang kurang efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda dapat kita lihat pada
kalimat-kalimat:
·
Istri kopral yang nakal itu membeli sepatu.
Unsur yang nakal itu menerangkan istri atau kopral ? Jika yang dimaksud nakal
adalah istri, maka kalimat itu seharusnya menjadi:
Istri yang nakal kopral itu membeli sepatu.
·
Penyuluh menerangkan cara beternak ayam baru kepada para petani.
Kata baru pada kalimat itu menerangkan kata ayam atau cara beternak? Jika kata
baru menerangkan cara beternak, kalimat itu menjadi lebih baik seperti kalimat
berikut:
Penyuluh menerangkan cara baru beternak ayam kepada para petani.
6. Penyusunan kalimat yang kurang cermat.
Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung di
dalam kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif.
·
Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah
manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.
Kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut:
Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan
sejumlah manusia, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.
Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah pengelolaan sejumlah manusia. Hal
ini memerlukan keprihatinan dan dedikasi yang tangguh.
7. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.
Dalam kalimat yang berisi perincian,
satuan-satuan dalam perincian itu akan lebih efektif jika diungkapkan dalam
bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat perincian satu diungkapkan dalam
bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat, perincian lainnya juga diungkapkan
dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat juga (sejajar).
Contoh kalimat yang perinciannya tidak sejajar:
· Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan menganalisis data.
Seharusnya:
Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan penganalisisan data.
· Dengan penghayatan yang sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.
Seharusnya:
Dengan menghayati secara sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.
Atau:
Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Ø Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara
secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau
pembicaranya.
Ø Unsur-unsur
dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel),
dan keterangan (Ket).
Ø Ciri-ciri
kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan,
kecermatan, kepaduan, kelogisan.
B.
SARAN
1) Bagi para pendidik
Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan bena
tentang bahasa indnesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses
kegiatan belajar mengajar teradi komunikas yang baik dan tepat penggunaan
bahasanya antara pendidik dengan peserta didik.
2) Bagi calon pendidik
Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari
pengetahuan secara seksama mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat
pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa
terhadap peserta didik dengan pedidik.
3) Bagi lembaga sekolah
Lembaga sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian
penuh terhadap penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang
selaras.
Demikianlah materi tentang Makalah Kalimat Efektif yang sempat kami berikan. semoga materi yang kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak materi seputar Makalah Pramuka yang telah kami posting sebelumnya. Semoga dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.
Anda dapat mendownload Makalah diatas dalam Bentuk Document Word (.doc) melalui link berikut.
1 komentar so far
Saya Rambo Hitam dari Grammy, saya bekerja di Kem Grammy, isteri saya meninggal dunia 6 tahun yang lalu dan sejak saya menjaga anak tunggal saya bernama Clinton, seorang kawan nasihat saya untuk mencari isteri, pada pencarian saya bertemu Jennifer dia dan wanita Inggeris, Saya suka begitu banyak bahawa saya boleh memberikan segala-galanya dia berusia 37 tahun, selepas beberapa waktu bertarikh saya begitu banyak cinta dengannya, kami mempunyai beberapa salah faham, dan dia pecah dengan saya dan saya merayu kepadanya untuk kembali anak saya dipanggil dia berkata Tidak, bahawa dia telah menemui orang lain, dan kita suka antara satu sama lain selepas beberapa hari saya membaca artikel tentang bagaimana Dr Lomi boleh membantu membawa kembali , Saya memutuskan untuk mencuba, saya menghubungi Dr Lomi untuk membantu beliau memberitahu saya apa yang perlu dilakukan untuk membawa balik kekasih saya yang saya lakukan, dia melakukan doa dan Jennifer kembali dia mencintai saya dan menghargai saya lebih sekarang, dan kami mempunyai masa terbaik dalam hidup kita, Dr Lomi juga menyediakan beberapa herba semulajadi yang membuat saya kuat dan sihat lagi sekarang saya merasa seperti seorang pemuda saya berpuas hati dengan seksualnya sangat baik kita berdua gembira, hubungi Dr Lomi pada nombor WhatsApp +2349034287285 atau e-mel kepadanya di lomiultimatetemple@gmail.com HE MEMPUNYAI PENYELESAIAN TERBAIK UNTUK ANDA.
EmoticonEmoticon