Makalah Kerajaan-Kerajaan Hindu – Budha Di Indonesia - Jika dalam postingan ini, anda kurang mengerti atau susunanya tidak teratur, anda dapat mendownload versi .doc makalah berikut :
Makalah Kerajaan-Kerajaan Hindu – Budha Di Indonesia


1.
Bagaimana sistem pemerintahan kerajaan Holing ?
2.
Apa penyebab kemunduran kerajaan Majapahit ?
3.
Pada masa pemerintahan siapa kerajaan Sriwijaya ?
mengalami masa kejayaannya
4.
Pada masa kerajaan apa candi Borubudor dibangun ?
5.
Berita asing yang mengabarkan dan menemukan bukti
banyak kejayaan Hindu- Budha di Indonesia, bersumber dari negeri mana ?

1.
Untuk mengetahui sistem pemerintahan kerajaan Holing
2.
Untuk mengetahui penyebab kemunduran kerajaan Majapahit
3.
Untuk mengetahui pada masa pemerintahan siapa kerajaan
Sriwijaya mengalami masa kejayaannya
4.
Untuk mengetahui pada masa kerajaan apa candi Borubudor
dibangun
5.
Untuk mengetahui berita asing yang mengabarkan dan
menemukan bukti banyak kejayaan Hindu- Budha di Indonesia, berasal dari negeri
mana
Kesimpulan
Dengan
pembelajaran ini pengetahuan kita tentang sejarah kerajaan-kerajaan Hindu-Budha
semakin bertambah. Kita juga dapat mengetahui bagaimana proses pemerintahan,
perkembangan, bahkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemunduran
hingga keruntuhan kerajaan-kerajaan tersebut.
Semoga hasil makalah kami
bermanfaat bagi kita semua.
Kerajaan-Kerajaan Hindu – Budha Di Indonesia
1. KERAJAAN KUTAI
Kerajaan Kutai terletak di Kalimantan Timur, yaitu di
hulu Sungai Mahakam. Nama kerajaan ini disesuaikan dengan nama daerah tempat
penemuan prasasti, yaitu di daerah Kutai. Hal ini disebabkan, karena setiap
prasasti yang ditemukan tidak ada yang menyebutkan nama dari kerajaan tersebut.
Oleh karena itu, para. Ahli memberi nama kerajaan itu Kutai. Wilayah Kerajaan
Kutai mencakup wilayah yang cukup luas, yaitu hampir menguasai seluruh wilayah Kalimantan
Timur. Bahkan pada masa kejayaannya Kerajaan Kutai memiliki wilayah yang sangat
luas, yaitu hampir sebagian wilayah Kalimantan .
Di Kalimantan Timur telah berdiri dan berkembang kerajaan yang mendapat
pengaruh Hindu (India )
adalah beberapa penemuan peninggalan berupa tulisan (prasasti). Tulisan itu ada
pada tujuh tiang batu yang disebut dengan yupa. Tiang batu atau yupa itu digunakan
untuk mengikat hewan korban. Korban itu merupakan persembahan rakyat Kutai
kepada para dewa yang dipujanya. Tulisan yang terdapat pada yupa itu
menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.
Sejak muncul dan berkembangnya pengaruh Hindu (India )
di Kalimantan Timur, terjadi perubahan dalam tata pemerintahan, yaitu dari pemerintahan
kepala suku menjadi pemerintahan kerajaan denganseorang raja sebagai kepala pemerintah. Raja-raja yang pernah memerintah
Kerajaan Kutai adalah sebagai berikut :

adalah raja pertama yang berkuasa di Kerajaan Kutai. Akan
tetapi, apabila dilihat dari nama raja yang masih meng-gunakan nama lokal, para
ahli berpendapat bahwa pada masa pemerintahan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru
masuk ke wilayahnya. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala
suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahannya
menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya menjadi raja, sehingga pergantian raja dilakukan
secara turun-temurun.

Raja Aswawarman merupakan seorang raja yang cakap dan kuat.
Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kutai diperluas lagi. Hal ini
dibuktikan dengan pelaksanaan upacara Asmawedha. Upacara-upacara ini pernah
dilakukan di India
pada masa pemerintahan Raja Samudragupta ketika ingin memperluas wilayahnya.
Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan
batas kekuasaan Kerajaan Kutai. Dengan kata lain, sampai di mana ditemukan
tapak kaki kuda, maka sampai di situlah batas Kerajaan Kutai. Pelepasan kuda-kuda
itu diikuti oleh prajurit Kerajaan Kutai.

Raja Aswawarman digantikan oleh putranya yang ernama Raja Mulawarman. la adalah raja
terbesar dari Kerajaan Kutai. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Kutai
mengalami masa yang gemilang. Rakyat hidup tenteram dan sejahtera. Dengan
keadaan seperti itulah akhirnya Raja Mulawarman mengadakan upacara kurban emas
yang amat banyak.
2. KERAJAAN TARUMANAGARA
Kerajaan itu adalah di wilayah Jawa Barat, dengan
pusat kerajaan terletak di sekitar daerah Bogor
sekarang. Adapun wilayah kekuasaan Tarumanegara meliputi daerah Banter^ Jakarta , sampai perbatasan Cirebon , sehingga dapat ditafsirkan bahwa
pada masa pemerintahan Raja Purnawarman wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara
hampir menguasai seluruh wilayah Jawa Barat.
sejarah Kerajaan Tarumanegara .berasal dari berita
asing dan prasasti-prasasti (dari dalam negeri). Berita Asing Berita Cina, dari
zaman Dinasti Tang menyebutkan bahwa seorang pendeta yang bernama Fa-Hien
terdampar di pantai utara Pulau Jawa (414M) ketika ia hendak kembali dari India
ke negerinya di Cina. Dalam catatan perjalanannya, ia menye-butkan bahwa di
daerah pantai utara Pulau Jawa bagian barat telah ditemukan masyara-kat yang
mendapat pengaruh Hindu (India ).
Masyarakat yang ditemukan itu diperkirakan menjadi bagian dari masyarakat
Kerajaan Tarumanegara. Prasasti Prasasti-prasasti yang menerangkan keberadaan
Kerajaan Tarumanegara antara lain: Prasasti
Ciaruteun (Ciampea, Bogor), Prasasti Kebon Kopi (Bogor), Prasasti Jambu (Bogor), Prasasti Muara Cianten (Bogor),
Prasasti Tugu (Jakarta Utara), Prasasti Pasir Awi (Leuwiliang), Prasasti Munjul
(Banten)
Prasasti-prasasti tersebut menggunakan bahasa
Sansekerta dan huruf Pallawa. Namun, karena pada prasasti tidak ditemukan angka
tahun, maka untuk menentukan tahun tulisan prasasti itu diadakan perbandingan
melalui huruf-huruf pada prasasti yang ditemukan di India . Dari perbandingan tersebut, prasasti
itu diperkirakan ditulis pada abad ke-5 M.
Raja yang pernah memerintah di Kerajaan Tarumanegara
hanyalah Raja Purnawarman. Bahkan raja siapa yang pernah memerintah sebelum dan
sesudah Raja Purnawarman tidak pernah diketahui. Hal ini disebabkan tidak terdapatnya
data yang menyatakan tentang keberadaan raja-raja yang pernah memerintah
Kerajaan Tarumanegara.
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil
meningkatkan kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti tugu yang menyata-kan
Raja Purnawarman telah memerintah untuk menggali satu saluran air. Penggalian
saluran air ini sangat besar artinya, karena merupakan pem-buatan saluran irigasi
untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.
3. KERAJAAN HOLING
Terdapat beberapa pendapat yang menyatakan letak dari
Kerajaan Holing Menurut Berita Cina
Berita Cina yang berasal dari Dinasti T'ang menyebutkan bahwa letak Kerajaan
Holing berbatasan dengan laut sebelah selatan, Ta-Hen-La (Kamboja) di sebelah
utara, Po-Li (Bali) sebelah timur, dan To-Po-Teng di sebelah barat. Nama lain
dari Holing adalah Cho-Po (Jawa), sehingga berdasarkan berita tersebut dapat
disimpulkan bahwa Kerajaan Holing terletak di Pulau Jawa, khususnya Jawa
Tengah.
Sedangkan Menurut J.L. Moens J.L Moens dalam menentukan
letak Kerajaan Holing meninjau dari segi perekonomian, yaitu pelayaran dan
perdagangan. Menurutnya Kerajaan Holing selayaknya terletak di tepi Selat
Malaka, yaitu Semenanjung Malaka. Alasannya, Selat Malaka merupakan selat yang
sangat ramai dalam aktivitas pelayaran perdagangan saat itu. Pendapat J.L Moens
itu diperkuat dengan ditemukannya suatu daerah di Semenanjung Malaya
lyrnama daerah Keling. Mengenai kehidupan Politik Berdasarkan berita Cina
disebutkan bahwa Kerajaan Holing diperintah oleh seorang raja putri yang
bernama Ratu Sima. Pemerintahan Ratu Sima sangat keras tetapi adil dan bijaksana.
4. KERAJAAN MELAYU
Kerajaan yang bercorak agama Buddha di Sumatera adalah
Kerajaan Melayu. Kerajaan ini dapat digolongkan ke dalam kerajaan tertua di Indonesia .
Alasannya, kerajaan ini menempati kedudukan istimewa di delam perkembangan
sejarah Indonesia .
Kerajaan Melayu merupakan salah satu kerajaan terkemuka di Sumatra
bagian selatan waktu itu. Kerajaan Melayu diperkirakan berpusat di daerah
Jambi, yaitu di tepi kanan-kiri Sungai Batanghari. Pada Sungai Batanghari ini
ditemukan peninggalan-peninggalan purba berupa candi-candi, arca dan lainnya.
Sumber sejarah yang dapat digunakan untuk menyelidiki
Kerajaan Melayu hanyalah berasal dari sumber Cina, sedangkan berita-berita dari
prasasti sama sekali tidak ada. secara politik Kerajaan Melayu dimasukkan ke
dalam Kerajaan Sriwijaya.
5. KERAJAAN SRIWIJAYA
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar
yang bukan saja dikenal di wilayah Indonesia , tetapi dikenal di setiap
bangsa atau negara yang berada jauh di luar Indo¬nesia. Hal ini disebabkan letak
Kerajaan Sriwijaya yang sangat strategis dan dekat dengan Selat Malaka. Telah
kita ketahui, Selat Malaka pada saat itu merupakan jalur perdagangan yang
sangat ramai dan dapat menghubung-kan antara pedagang-pedagang dari Cina dengan
India
maupun Romawi.
Dari tepian Sungai Must di Sumatra Selatan, pengaruh
Kerajaan Sriwijaya terus meluas yang mencakup Selat Malaka, Selat Sunda, Selat
Bangka, Laut Jawa bagian barat, Bangka, Jambi Hulu, dan mungkin juga Jawa Barat
(Tarumanegara), Semenanjung Malaya hingga ke Tanah Genting Kra. Luasnya wilayah
laut yang dikuasai Kerajaan Sriwijaya menjadikan Sriwijaya sebagai kerajaan
maritim yang besar pada zamannya. Sumber-sumber sejarah yang mendukung
keberadaan Kerajaan Sriwijaya berasal dari berita asing dan prasasti-prasasti.
Prasasti tersebut sebagian besar mengguna-kan huruf Pallawa dan bahasa Melayu
Kuno. Prasasti itu antara lain sebagai berikut :
ü
Prasasti Kedukan Bukit Prasasti berangka tahun
684 M
ü
Prasasti Telaga Batu Prasasti
ü
Prasasti Talang Tuwo Prasasti berangka tahun 684
M.
ü
Prasasti Kota Kapur Prasasti berangka tahun 686
M.
ü
Prasasti Karang Berahi Prasasti berangka tahun
686 M.
ü
Prasasti Ligor Prasasti berangka tahun 775 M.
ü
Prasasti Nalanda
Dalam perkembangan sejarahIndonesia, Kerajaan
Sriwijaya yang diperintah oleh raja-raja yang berhasil diketahui, yaitu sebagai
berikut :
ü
Raja Dapunta Hyang
ü
Raja Balaputra Dewa Pada masa pemerintahan
Balaputra Dewa, Kerajaan Sriwijaya mengalami masa kejayaannya.
ü
Raja Sanggrama Wijayatunggawarman.
Pada awal pertumbuhannya, Kerajaan Sriwijaya
mengadakan perluasan wilayah kekuasaan kedaerah-daerah sekitamya. Setelah
berhasil menguasai Palembang , ibukota Kerajaan
Sriwijaya dipindah dari Muara Takus ke Palembang .
Dari Palembang, Kerajaan Sriwijaya dengan mudah dapat menguasai daerah-daerah
di sekitarnya.
Pada akhir abad
ke-8 M, Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai seluruh jalur perdagangan
di Asia Tenggara, baik yang melalui Selat Sunda maupun Selat Malaka, Selat
Karimata, dan Tanah Genting Kra. Dengan wilayah kekuasaan itu, Kerajaan
Sriwijaya menjadi Kerajaan Laut terbesar di Asia Tenggara.
Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan baik dengan
kerajaan- kerajaan di luar Indonesia ,
terutama dengan kerajaan-kerajaan yang berada di India .
Pada akhir abad ke-13 M, Kerajaan Sriwijaya mengalami
kemunduran. Hal ini disebabkan oleh faktor politik dan ekonomi.
ü
Dari segi
faktor Politik Kedudukan Kerajaan Sriwijaya makin terdesak, karena munculnya
kerajaan-kerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalam dunia perdagangan,
seperti Kerajaan Siam
di sebelah utara. Kerajaan Singasari dari daerah timur, Kerajaan Singasari yang
berdta-cita menguasai seluruh wilayah Nusantara mulai mengirim ekspedisi ke
arah barat yang dikenal dengan istilah Ekspedisi Pamalayu. sehingga
mengakibatkan kedudukan Kerajaan Sriwijaya makin terdesak.
ü
Faktor Ekonomi Para pedagang yang melakukan
aktivitas perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang, sejak akhir abad
ke-13 M Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada
daerah Palembang .
Kerajaan Sriwijaya yang kecil dan lemah akhirnya dihancurkan oleh Kerajaan
Majapahit tahun 1377 M.
6. KERAJAAN MATARAM KUNO
Kerajaan Mataram di Jawa Tengah kerajaan mataram
terletak di jawa tengah dengan daerah pusatnya disebut bhumi mataram. Kerajaan
Mataram didirikan pada abad ke VIII (8) di JawaTengah sebelah barat kota Magelang .Pada
awalnya terletak di Jawa Tengah. Daerah Mataram dikelilingi oleh banyak
pegunungan dan di tengahnya banyak mengalir sungai besar diantaranya sungai
Progo, Bogowonto, Elo, dan Bengawan Solo. Keadaan tanahnya subur sehingga
pertumbuhan penduduknya cukup pesat. Mataram Kuno mempunyai dua latar belakang
keagamaan yang berbedaa, yakni agama Hindu dan Buddha. Peninggalan bangunan
suci dari keduanya antara lain ialah Candi
Geding Songo, kompleks Candi Dieng, dan kompleks Candi Prambanan yang
berlatar belakang Hindu. Adapun yang berlatar belakang agama Buddha antara
lain ialah Candi Kalasan, Candi
Borobudur, Candi Mendut, Candi Sewu, dan Candi Plaosan.
Kerajaan Mataram Kuno yang berpusat di Jawa Tengah
terdiri dari dua wangsa (keluarga), yaitu wangsa Sanjaya dan Sailendraa.
Pendiri wangsa Sanjaya adalah Raja Sanjaya. Ia menggantikan raja sebelumnya,
yakni Raja Sanna. Konon, Raja Sanjaya telah menyelamatkan Kerajaan Mataram Kuno
dari kehancuran setelah Raja Sanna wafat. Setelah Raha Sanjaya wafat, kekuasaan
Kerajaan Mataram Kuno dipegang oleh Dapunta Sailendra, pendiri wangsa Sailendra
Para raja keturunan wangsa Sanjaya seperti Sri Maharaja Rakai Panangkaran, Sri
Maharaja Rakai Panunggalan, Sri Maharaja Rakai Warak, dan Sri Maharaja Rakai
Garung merupakan raja bawahan dari wangsa Sailendra. Oleh Karena adanya
perlawanan yang dilakukan oleh keturunan Raja Sanjaya, Samaratungga (raja
wangsa Sailendra) menyerahkan anak perempuannya, Pramodawarddhani, untuk
dikawinkan dengan anak Rakai Patapan, yaitu Rakai Pikatan (wangsa Sanjaya).
sumber sejarah berupa prasasti:
a)Prasasti Kalasan
Ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta
berangka tahun 778 M, ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa
Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh raja Panangkaran atas
permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan
untuk para Sanggha (umat Budha
b)Prasasti Mantyasih
Ditemukan di Mantyasih Kedu, Jateng berangka tahun 907 M yang
menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah
raja-raja Mataram yang mendahului Bality yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran,
Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi,
Rakai Watuhumalang, dan Rakai Watukura Dyah Balitung. Untuk itu prasasti
Mantyasih/Kedu ini juga disebut dengan prasasti Belitung .
c)Prasasti Klurak
ditemukan di desa Prambanan berangka tahun 782 M ditulis dalam
huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta .isinya menceritakan pembuatan arca
Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.
d).Candi Rara
Jonggrang atau Lara
Jonggrang yang terletak di Prambanan adalah kompleks candi
Hindu terbesar di Indonesia.Candi ini dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi
oleh salah seorang dari kedua orang ini, yakni: Rakai Pikatan, raja kedua
dinasti Mataram I atau Balitung Maha Sambu, semasa dinasti Sanjaya.Pada masa
ini, ditulis karya sastra Ramayana dalam Bahasa Kawi.
7. KERAJAAN MEDANG KEMULAN
Kerajaan Medang Kamulan terletak di Jawa Timur, yaitu
di muara sungai Brantas.ibu kotanya bernama Watan Mas. Kerajaan ini didirikan
oleh Mpu Sindok, setelah ia memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah
ke Jawa Timur. Namun, wilayah kekuasaan Kerajaan Medang Kamulan pada masa
pemerintahan Mpu Sindok mencakup daerah Nganjuk disebelah barat, daerah
Pasuruan di sebelah timur, daerah Surabaya di sebelah utara, dan daerah Malang
di sebelah selatan. Dalam perkembangan selanjutnya, wilayah kekuasaan Kerajaan
Medang Kamulan mencakup hampir seluruh wilayah Jawa Timur.
Sumber Sejarah Berita India mengatakan bahwa Kerajaan
Sriwijaya menjalin hubungan persahabatan dengan Kerajaan Chola. Hubungan ini
bertujuan untuk membendung dan menghalangi kemajuan Kerajaan Medang Kamulan
pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa. Berita Cina berasal dari catatan-
catatan yang ditulis pada zaman Dinasti Sung. Catatan-catatan Kerajaan Sung itu
menyatakan bahwa antara kerajaan yang berada di Jawa dan Kerajaan Sriwijaya
sedang terjadi permusuhan dan pertikaian, sehingga ketika Duta Sriwijaya pulang
dari Negeri Cina (tahun 990 M), terpaksa harus tinggal dulu di Campa sampai
peperangan itu reda. Pada tahun 992 M, pasukan dari Jawa telah meninggalkan
Sriwijaya dan pada saat itu Kerajaan Medang Kamulan dapat memajukan pelayaran
dan perdagangan.
Kehidupan Politik Sejak berdiri dan berkembangnya
Kerajaan Medang Kamulan, terdapat beberapa raja yang diketahui memerintah
kerajaan ini.
Raja-raja tersebut adalah sebagai berikut. Raja Mpu
Sindok Raja Mpu Sindok memerintah Kerajaan Medang Kamulan dengan gelar Mpu
Sindok Isyanatunggadewa. Dari gelar Mpu Sindok itulah diambil nama Dinasti
Isyana. Raja Mpu Sindok masih termasuk keturunan dari raja Dinasti Sabjaya
(Mataram) di Jawa Tengah. Karena kondisi di Jawa Tengah tidak memungkinkan
bertahtanya Dinasti Sanjaya akibat desakan Kerajaan Sriwijaya, maka Mpu Sindok
memindahkan pusat pemerintahannya ke Jawa Timur. Bahkan dalam prasasti terakhir
Mpu Sindok (947 M) menyatakan bahwa Raja Mpu sindok adalah peletak dasar dari
Kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur.
Dharmawangsa Raja Dharmawangsa dikenal sebagai salah
seorang raja yang memiliki pandangan politik yang tajam. Semua politiknya
ditujukan untuk mengangkat derajat kerajaan. Kebesaran Raja Dharmawangsa tampak
jelas pada politik luar negerinya. Airlangga Dalam Prasasti Calcuta disebutkan
bahwa Raja Airlangga (Erlangga) masih termasuk keturunan dari Raja Mpu Sindok
dari pihak ibunya. Ibunya bernama Mahendradata (Gunapria Dharmapatni) yang
kawin dengan Raja Udayana dari Bali . 3.
Kehidupan Ekonomi Raja Mpu Sindok mendirikan ibu kota kerajaannya di tepi
Sungai Brantas, dengan tujuan menjadi pusat pelayaran dan perdagangan di daerah
Jawa Timur. Bahkan pada masa pemerintahan Dharmawangsa, aktifitas perdagangan
bukan saja di Jawa Timur, tetapi berkembang ke luar wilayah jawa Timur. Di
bawah pemerintahan Raja Dharmawangsa, Kerajaan Medang Kamulan menjadi pusat
aktifitas pelayaran perdagangan di indonesia Timur. Namun akibat
serangan dari Kerajaan Wurawari, segala perekonomian Kerajaan Medang Kamulan
mengalami kehancuran.
8. KERAJAAN KEDIRI
Pada akhir kekuasaan pemerintahan Airlangga, membagi
wilayah kerajaan menjadi dua, untuk menghindari perang saudara. Maka muncul
kerajaan Kediri dengan ibu kota
Daha, diperintah oleh Jaya Warsa di kerajaan Jenggala dengan ibu kota Kahuripan diperintah
oleh Jayengrana. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya kerajaan Kediri mencapai kemajuan
lebih pesat dari kerajaan Jenggala.
a. Sumber-sumber
ü
Prasasti Sirah Keting (1104 M);
ü
Prasasti Jaring (1181 M);
ü
Prasasti Kamulan (1194 M);
ü
Prasasti Padlegan;
ü
Prasasti Panumbangan;
ü
Prasasti Candi Tuban; Prasasti Tangkulan.
b.
Kehidupan politik
Ditemukan
prasasti-prasasti dari raja-raja yang pernah memerintah. Raja-raja tersebut
antara lain :
Raja Jaya Warsa (1104 M),
Raja Baweswara (1117-1130 M),
Raja Jayabaya (1135-1157 M),
Raja Sarweswara dan Raja Aryeswara,
Raja Gandra,
Raja Kameswara,
Raja Kertajaya.
9. KERAJAAN
SINGASARI
Kerajaan Singasari
atau sering pula ditulis Singasari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur
yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang
diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang.Sejarah Kerajaan Singasari
berawal dari daerah Tumapel, yang dikuasai oleh seorang akuwu (bupati).
Letaknya di daerah pegunungan yang subur di wilayah Malang , dengan pelabuhannya bernama Pasuruan.
Sumber-sumber sejarah Kerajaan Singasari
berasal dari:
- Kitab Pararaton, menceritakan tentang raja-raja
Singasari.
- Kitab Negara Kertagama, berisi silsilah raja-raja
Majapahit yang memiliki hubungan erat dengan raja-raja Singasari.
- Prasasti-prasasti sesudah tahun 1248 M.
- Berita-berita asing (berita Cina),
- menyatakan bahwa Kaisar Khubilai
- Peninggalan-peninggalan purbakala
Terdapat perbedaan antara Pararaton dan
Nagarakretagama dalam menyebutkan urutan raja-raja Singasari . Raja-raja
Tumapel versi Pararaton adalah:
1.
1.Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222 – 1247)
2.
2.Anusapati (1247 – 1249)
3.
Tohjaya (1249 – 1250)
4.
Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 – 1272)
5.
Kertanagara (1272 – 1292)
10. KERAJAAN BALI
Kerajaan Bali terletak di pulau kecil yang tidak jauh
dari Jawa Timur. Sumber-sumber tentang Kerajaan Bali dapat diketahui melalui
beberapa sumber, seperti sumber-sumber berita dari Kerajaan Bali (misalnya
berita dari Jawa) dan bangunan candi diantaranya :
-
Kompleks Candi Gunung Kawi (Tampak Siring)
-
Prasasti Sanur (839 Cl917 M) Prasasti Sanur merupakan
salah satu prasasti yang ditemukan oleh para ahli. Prasasti ini menunjukkan
adanya kekuasaan raja-raja dari Wangsa atau Dinasti Warmadewa.
-
Prasasti Calcuta, India
(1042 M) Dalam prasasti ini disebutkan tentang asal-usul Raja Airlangga, yaitu
dari keturanan raja-raja Bali , Dinasti
Warmadewa.
Raja-raja Bali kuno yang
pernah berkuasa di antaranya:
a.
Raja Sri Kesari Warmadewa adalah raja pertama dan
pendiri Dinasti Warmadewa. yang mempunyai istana di Singhadwala
b.
Raja Ugrasena Raja Ugrasena (915-942 M) pada masa
pemerintahan ia meninggalkan 9 buah prasasti. Prasasti-prasasti itu berisi
tentang pembebasan pajak terhadap daerah-daerah tertentu dan pembangunan
tempat-tempat suci.
c.
Raja Tabanendra Warmadewa Ia memerintah bersama
permaisurinya yang bernama Sang Ratu Luhur Subhadrika Dharadewi.
d.
Raja Jayasingha Warmadewa e.
e.
Raja Jayasadhu Warmadewa
f.
Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi Pada tahun 983 M,
g.
Raja Dharma Udayana Warmadewa (989-1022 M) dan permaisurinya
yang bernama Mahendradata (Gunapria Dharmapatni)
h.
Raja Marakata Dengan meninggalnya Raja Udayana, maka Kerajaan
Bali diperintah oleh putranya yang kedua, yaitu Raja Marakata. Namun ia memerintah
tidak terlalu lama dan tahun 1025 M meninggal dunia.
i.
Raja Anak Wungsu (1049-1077 M) adalah Raja Bali yang berhasil
mempersatukan seluruh wilayah Bali . Pada masa pemerintabannya,
Rakyat hidup dari bercocok tanam dan beternak. Di samping itu sudah terdapat
kelompok-kelompok pekerja diantaranya
-
Pandai besi, emas, dan tembaga. Mereka ini memiliki
keahlian dalam membuat alat-alat rumah tangga, senjata, perhiasan dan lain
sebagainya
-
Tukang kayu, batu, bangunan rumah, dan lain sebagainya.
-
Golongan pedagang dan saudagar. Golongan saudagar
laki-laki disebut wiragrama dan saudagar perempuan disebut wiragrami.
j.
Raja Jaya Sakti
k. Raja Bedahulu 1343 M adalah Sri Astasura Ratna Bhumi
Banten Dalam menjalankan pemerintahannya, Raja Bedahulu dibantu oleh dua orang
patihnya yang bernama Kebo Iwa dan Pasunggrigis
Ketika dilancarkan ekspedisi Majapahit di bawah pimpinan
Gajah Mada ke Bali , Kerajaan Bali tidak dapat
bertahan lagi dan akhirnya menjadi bagian kekuasaan Kerajaan Majapahit.
11. KERAJAAN PAJAJARAN
Setelah runtuhnya Kerajaan Tarumanegara, tidak pernah
diberitakan tentang berdirinya kerajaan di Jawa Barat. Walaupun di Desa
Cangkuang dekat Leles (Garut) ditemukan satu candi, namun tidak dapat
memperjelas keadaan ini. Namun, setelah
ditemukannya berita-berita pendukung, akhirnya diketahui bahwa di Jawa Barat
berdiri dan berkuasa satu kerajaan yang bernama Kerajaan Pajajaran, tetapi
tidak pernah diketahui dengan pasti pusat pemerintahanya.
a. Sumber Sejarah
-
Prasasti Rakryan Juru Pangambat (923 M) Prasasti ini
ditemukan di Bogor
dengan menggunakan bahasa Jawa Kuno bercampur dengan bahasa Melayu.
-
Prasasti Horen (berasal dari Kerajaan Majapahit)
-
Prasasti citasih (1030 M) - Prasasti Astanagede (di
Kawali, Ciamis)
-
Kitab Carita Kidung Sundayana
-
Kitab Cerita Parahyangan
b. Kehidupan Politik
Bentuk dan sistem pemerintahan raja-raja Pajajaran
hanya dapat diketahui dari beberapa orang raja saja. Berikut Raja-raja yang
diketahui pernah memerintah di Kerajaan Pajajaran di antaranya sebagai berikut
:
-
Maharaja Jayabhupati Dalam prasasti ditulis Maharaja
Jayabhupati menyebut dirinya Haji-ri-Sunda.
-
Rahyang Niskala Wastu Kencana
-
Rahyang Dewa Niskala Raja Dewa Niskala atau Rahyang
Ningrat Kencana
-
Sri Baduga Maharaja
-
Hyang Wuni Sora
-
Ratu Samian atau Prabu Surawisesa
-
Prabu Ratu Dewata (1535-1543)
12. KERAJAAN MAJAPAHIT
Dalam sejarah Indonesia Kerajaan Majapahit merupakan
suatu kerajaan yang besar yang disegani oleh banyak bangsa asing. Namun sejarah
Majapahit pada hakikatnya menerima banyak unsur politis, kebudayaan, sosial,
ekonomi dari Kerajaan Singasari sehingga pembahasan Kerajaan Majapahit tidak
dapat dipisahkan dari sejarah Kerajaan Singasari.
Sumber informasi mengenai berdiri dan berkembangnya
Kerajaan Majapahit berasal dari beberapa sumber, yakni:
- Prasasti Butak (1294 M)
- Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama
- Kitab Pararaton
- Kitab Negarakertagama
Sebagaimana telah diuraikan bahwa Raja Kertanegara wafat
pada tahun 1292 M, ketika itu pusat Kerajaan Singasari diserbu secara mendadak
oleh Jayakatwang (keturunan Raja Kediri). Dalam serangan itu Raden Wijaya
(menantu Kertanegara) berhasil meloloskan diri dan lari ke Madura untuk meminta
perlindungan dari Bupati Arya Wiraraja. Atas bantuan dari Arya Wiraraja itu,
Raden Wijaya diterima dan diampuni oleh Jayakatwang dan diberikan sebidang
tanah di Tarik. Daerah itu kemudian dibangun kembali menjadi sebuah
perkampungan dan digunakan oleh Raden Wijaya untuk mempersiapkan diri dan
menyusun kekuatan untuk sewaktu-waktu mengadakan serangan balasan terhadap Kediri .
Kedatangan pasukan China-Mongol yang ingin menaklukkan
Kertanegara, tidak disia-siakan oleh Raden Wijaya untuk menyerang Raja
Jayakatwang (Raja Kediri). Raden Wijaya berhasil menipu pasukan-pasukan China ,
sehingga mereka rela bergabung dengan Raden Wijaya dan menyerang Raja
Jayakatwang hingga akhimya Kerajaan Kediri dapat dihancurkan.
Kemenangan itu membuat tentara China Mongol bergembira.
Saat tentara China Mongol merayakan pesta kemenangan, Raden Wijaya menyerang
mereka. Serangan yang tiba-tiba dan tak diduga yang dilakukan oleh pasukan
Raden Wijaya, membuat tentara China Mongol kalang kabut. Banyak yang terbunuh,
sedangkan yang selamat melarikan diri.
Dengan lenyapnya pasukan China-Mongol, pada tahun 1292 M
Kerajaan Majapahit sudah dianggap berdiri. Walaupun demikian secara resmi
sistem pemerintahan Kerajaan Majapahit baru berjalan setahun kemudian, ketika
Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit yang pertama dengan gelar Sri Kertarajasa
Jayawardhana.

Raden Wijaya memerintah Kerajaan Majapahit dari tahun
1293-1309 M. Raden Wijaya sempat memperistri keempat putri Kertanegara, yaitu
Tribhuwana, Narendraduhita, Prajnaparamita, dan Gayatri. Pada awal
pemerintahannya terjadi pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh
teman-teman seperjuangan Raden Wijaya seperti Sora, Ranggalawe, dan Nambi.
Pemberontakan-pemberontakan itu terjadi karena rasa tidak puas atas
jabatan-jabatan yang diberikan oleh raja. Akan tetapi, pemberontakan-
pemberontakan itu dapatdipadamkan.

Raden Wijaya wafat meninggalkan seorang putra yang
bernama Kala Gemet. Putra ini diangkat menjadi raja Majapahit dengan gelar Sri
Jayanegara (Raja Jayanegara) pada tahun 1309 M. Jayanegara memerintah Majapahit
dari tahun 1309-1328 M. Masa pemerintahan Jayanegara penuh dengan pemberontakan
dan juga dikenal sebagai suatu masa yang suram dalam sejarah Kerajaan
Majapahit.

Ketika raja Jayanegara meninggal dengan tidak
meninggalkan seorang putra mahkota maka tahta Kerajaan Majapahit jatuh ke
tangan Gayatri, putri Raja Kertanegara yang masih hidup. Namun, karena ia sudah
menjadi seorang pertapa, tahta kerajaan diserahkan kepada putrinya yang bernama
Tribhuwanatunggadewi.
Tribhuwanatunggadewi memerintah Kerajaan Majapahit dari
tahun 1328-1350 M. pada masa pemerintahannya, meletus pemberontakan Sadeng
(1331 M). Pimpinan pemberontakan tidak diketahui. Nama Sadeng sendiri adalah
nama daerah yang terletak di Jawa Timur. Pemberontakan Sadeng dapat dipadamkan
oleh Gajah Mada dan Adityawarman. Karena jasa dan kecakapannya, Gajah Mada
diangkat menjadi Patih Amangkubhumi Majapahit menggantikan Arya Tadah. Saat
upacara pelantikan, Gajah Mada mengucapkan sumpahnya yang terkenal dengan nama
Sumpah Palapa (Tan Amukti Palapa) yang menyatakan bahwa Gajah Mada tidak akan
hidup mewah sebelum Nusantara berhasil disatukan di bawah panji Kerajaan
Majapahit. Sejak saat itu, Gajah Mada menjadi pejabat pemerintahan tertinggi sesudah
raja. la mempunyai wewenang untuk menetapkan politik pemerintahan Majapahit.

Raja Hayam Wuruk yang terlahir dari pernikahan
Tribhuwanatunggadewi dengan Cakradara (Kertawardhana) adalah seorang raja yang
mempunyai pandangan luas. Kebijakan politiknya banyak memiliki kesamaan dengan
politik Gajah Mada, yaitu mencita-citakan persatuan Nusantara di bawah panji
Kerajaan Majapahit. Hayam Wuruk memerintah Kerajaan Majapahit dari tahun
1350-1389 M. Pada masa pemerintahannya, Gajah Mada tetap merupakan salah satu
tiang utama Kerajaan Majapahit dalam mencapai kejayaan-nya. Bahkan Kerajaan
Majapahit dapat disebut sebagai kerajaan nasional setelah Kerajaan Sriwijaya.
Selanjutnya, timbul perselisihan paham antara Gajah Mada dan pimpinan laskar Pajajaran.
Ketika Gajah Mada wafat tahun 1364 M, Raja Hayam Wuruk
kehilangan orang yang sangat diandalkan untuk memerintah kerajaan. Setelah
Gajah Mada wafat. Raja Hayam Wuruk mengadakan sidang Dewan Sapta Prabu untuk
memutuskan pengganti Patih Gajah Mada. Namun, tidak ada satu orang pun yang
sanggup menggantikan Patih Gajah Mada. Kemudian diangkatlah empat orang menteri
di bawah pimpinan Punala Tanding. Hal itu tidak berlangsung lama. Keempat orang
menteri tersebut digantikan oleh dua orang menteri, yaitu Gajah Enggon dan Gajah
Manguri. Akhirnya, Hayam Wuruk memutuskan untuk mengangkat Gajah Enggon sebagai
patih mangkubumi menggantikan posisi Gajah Mada. Keadaan Kerajaan Majapahit bertambah
suram dengan wafatnya Tribhuwanatunggadewi (ibunda Raja Hayam Wuruk) tahun 1379
M. Kerajaan Majapahit semakin kehilangan pembantu-pambantu yang cakap.
Kemun-duran Kerajaan Majapahit semakin jelas setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk
tahun 1389 M. Berakhiriah masa kejayaan Majapahit.
Raja Hayam Wuruk digantikan oleh putrinya yang ber-nama
Kusuma Wardhani. Putri ini menikah dengan Wikrama Wardhana (kemenakan Hayam Wuruk).
Wikrama Wardhana memerintah Kerajaan Majapahit dari tahun 1389-1429 M. Tetapi
Hayam Wuruk juga mempunyai seorang putra (yang lahir dari selir) bemama Wirabhumi.
Pada mulanya antara Wikrama Wardhana dan Wirabhumi
terjalin suatu hubungan yang baik. Tetapi pada tahun 1400 M, Kusumawardhani
wafat, sementara Wikrama Wardhana mempunyai maksud untuk menjadi bhiksu. Hal
ini menyebabkan kekosongan dalam pemerintahan Majapahit. Wirabhumi memanfaatkan
kesempatan mi untuk merebut kekuasaan di Majapahit, sehingga menimbulkan Perang
Paregreg antara tahun 1401-1406 M. Dalam perang ini Wirabhumi dapat dibunuh.
Meskipun Perang Paregreg telah berakhir, keadaan Kerajaan Majapahit makin
lemah. Satu persatu daerah kekuasaan Majapahit melepaskan diri dari kekuasaan
pemerintahan pusat. Seiring dengan itu, muncul kekuasaan kerajaan-kerajaan
Islam di pesisir.
Kerajaan Majapahit hancur akibat serangan dari
pasukan-pasukan Islam di bawah pimpinan Raden Patah (Demak). Pada waktu itu disebutkan
bahwa raja yang memerintah di Majapahit adalah Brawijaya V. Brawijaya V
merupakan raja terakhir dari Kerajaan Majapahit, karena setelah wafatnya,
Kerajaan Majapahit mengalami keruntuhan (sekitar awal abad ke-16 M).
Demikianlah materi tentang Makalah Kerajaan-Kerajaan Hindu – Budha Di Indonesia yang sempat kami berikan. semoga materi yang kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak materi seputar Makalah Character Building yang telah kami posting sebelumnya. Semoga dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.
Anda dapat mendownload Makalah diatas dalam Bentuk Document Word (.doc) melalui link berikut.
EmoticonEmoticon