Makalah Morfologi - Jika dalam postingan ini, anda kurang mengerti atau susunanya tidak teratur, anda dapat mendownload versi .doc makalah berikut :
Makalah Morfologi
Diajukan Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Prodi
Pengantar Linguistik
Dosen
Pengampu: Drs. Isfajar Ardinugroho,M.Hum.
Disusun
oleh
:
1. Hajar
Krisminia (2311411018)
2. Ummatul
Khoiriyah (2311414008)
3. Luluk
Putri I. (2311414038)
4. Tiara
Stefi M. (2311414046)
JURUSAN BAHASA
DAN SASTRA ASING
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dalam proses pengerjaan makalah ini. Khususnya kedua orang tua,serta
teman – teman, dan Bapak selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengantar
Linguistik.
Dalam proses
pengerjaan makalah ini, penyusun menemukan banyak kekurangan. Dikarenakan
keterbatasan ilmu serta wawasan yang dimiliki penyusun. Dengan semua kekurangan
yang dimiliki oleh penyusun, diharapkan kepada para pembaca ini dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan kita bersama.
Makalah yang berjudul
“Morfologi” ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Linguistik. Penyusun
mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat banyak kesalahan dalam
penulisan kata dan kalimat dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna
bagi seluruh pembaca.
Semarang, 1 Oktober
2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... 1
KATA PENGANTAR..................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah ................................................................. 4
1.2
Rumusan Masalah............................................................................. 4
1.3
Tujuan Penulisan............................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Morfologi............................................................................ 5
2.2 Morfem dan jenis-jenisnya................................................................ 5
2.3 Morf dan Alomorf............................................................................ 8
2.4 Hal-hal yang terkait dengan morfem................................................ 8
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.................................................................................... 14
3.2.
Saran.............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah
Bahasa adalah Asistem lambang bunyi yang bersifat
arbitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi (Abdul Chaer, 1995:
14-18). Sebagai sebuah sistem, bahasa pada dasarnya memberi kendala pada
penuturnya. Dengan demikian, bahasa pada gilirannya pantas diteliti, karena
kendala-kendala yang dihadapi oleh penutur suatu bahasa memerlukaan sebuah
pengkajian.
Salah satu bidang pengkajian bahasa Indonesia yang
cukup menarik adalah bidang tata bentukan atau morfologi. Bidang ini menarik
untuk dikaji karena perkembangan kata-kata baru yang muncul dalam pemakaian
bahasa sering berbenturan dengan kaidah-kaidah yang ada pada bidang tata
bentukan ini. Oleh karena itu perlu dikaji ruang lingkup tata bentukan ini agar
ketidaksesuaian antara kata-kata yang digunakan oleh para pemakai bahasa dengan
kaidah tersebut tidak menimbulkan kesalahan sampai pada tataran makna. Jika
terjadi kesalahan sampai pada tataran makna, hal itu akan mengganggu komunikasi
yang berlangsung. Bila terjadi gangguan pada kegiatan komunikasi maka gugurlah
fungsi utama bahasa yaitu sebagai alat komunikasi. Hal ini tidak boleh terjadi.
Sering timbul pertanyaan dari pemakai bahasa, manakah
bentukan kata yang sesuai dengan kaidah morfologi. Dan, yang menarik adalah
munculnya pendapat yang berbeda dari ahli bahasa yang satu dengan ahli bahasa
yang lain. Fenomena itulah yang menarik bagi kami untuk melakukan pengkajian
dan memaparkan masalah tentang morfologi dalam makalah ini.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam penulisan makalah ini,antara lain:
1. Apa
definisi dari morfologi?
2.
Apa pengertian morfem beserta
jenis-jenisnya?
3.
Apa pengertian morf?
4.
Apa pengertian alomorf?
5.
Apa saja hal-hal yang terkait dengan
morfem?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami pengertian
dari morfologi,morfem beserta jenis-jenisnya,morf,alomorf,dan hal-hal yang
terkait dengan morfem.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Morfologi
Kata
Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa
Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan logos
berarti ilmu.Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata
morfologi berarti ilmu tentang bentuk atau bisa dikatakan bahwa morfologi
adalah ilmu
bahasa
yang
mempelajari
seluk
beluk
kata.
Verhaar
(1984:52)
berpendapat
bahwa
morfologi
adalah
bidang
linguistik
yang
mempelajari
susunan
bagian
kata
secara
gramatikal.Begitu
pula
Kridalaksana
(1984:129)
yang
mengemukakan
bahwa
morfologi,
yaitu
(1)
bidang
linguistik
yang
mempelajari
morfem
dan
kombinasi-kombinasinya; (2) bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yaitu morfem.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara morfem yang satu dengan morfem yang lain untuk membentuk sebuah kata.
2.2. Morfem dan Jenis-Jenisnya
Morfem dari kata morphe dan
ema (sebagai akhiran). Morphe berarti bentuk, sedangkan ema berarti yang
mengandung arti. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa morfem ialah kesatuan
bunyi terkecil yang mengandung arti serta tidak mempunyai bentuk lain sebagai
unsur pembentuknya.
Morfem adalah bentuk bahasa yang terkecil yang tidak dapat lagi dibagi menjadi bagian bagian yang lebih kecil, misalnya, kata putus jika dibagi menjadi pu dan tus, bagian-bagian itu tidak dapat lagi disebut morfem karena tidak mempunyai makna, baik makna leksikal ataupun makna gramatikal. Demikian juga me- dan -kan tidak dapat kita bagi menjadi bagian yang lebih kecil (Badudu,1985:66).
Jadi,
morfem
adalah
satuan
bahasa
yang
paling
kecil
yang
tidak
dapat
dibagi
lagi
dan mempunyai makna gramatikal dan makna leksikal.
Jenis-jenis morfem didasarkan pada kebebasannya, keutuhannya, dan maknanya.
1.
Morfem bebas dan Morfem terikat
Morfem Bebas
adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan.
Sedangkan yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung
dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan.
Berkenaan
dengan morfem terikat ada beberapa hal yang perlu dikemu kakan. Pertama bentuk-bentuk seperti : juang, henti, gaul, dan
, baur termasuk morfem terikat. Sebab meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul
dalam petuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi. Bentuk
tersebut lazim disebut prakategorial. Kedua, bentuk seperti baca, tulis, dan
tendang juga termasuk prakategorial karena bentuk tersebut merupakan pangkal
kata, sehingga baru muncul dalam petuturan sesudah mengalami proses morfologi.
Ketiga bentuk seperti : tua (tua renta), kerontang (kering kerontang), hanya
dapat muncul dalam pasangan tertentu juga, termasuk morfem terikat. Keempat,
bentuk seperti ke, daripada, dan kalau secara morfologis termasuk morfem bebas.
Tetapi secara sintaksis merupakan bentuk terikat. Kelima disebut klitika.
Klitka adalah bentuk singkat, biasanya satu silabel, secara fonologis tidak
mendapat tekanan, kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat tetapi tidak
dipisahkan .
2.
Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
Morfem utuh
adalah morfem dasar, merupakan kesatuan utuh. Morfem terbagi adalah sebuah
morfem yang terdiri dari dua bagian terpisah, catatan perlu diperhatikan dalam
morfem terbagi. Pertama, semua afiks disebut konfiks termasuk morfem
terbagi. Untuk menentukan konfiks atau bukan, harus diperhatikan makna
gramatikal yang disandang. Kedua, ada afiks yang disebut infiks yakni yang
disisipkan di tengah morfem dasar.
3.
Morfem Segmental dan
Suprasegmental
Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem segmental.
Morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur suprasegmental
seperti tekanan, nada, durasi.
Perbedaan
antara morfem segmental dan suprasegmental terletak pada jenis fonem yang
membentuknya. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem
segmental, seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber-}. Jadi, semua
morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental. Sedangkan morfem
suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental,
seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya. Misalnya, dalam bahasa Ngabaka
di Kongo Utara di Benua Afrika, setiap verba selalu disertai dengan penunjuk
kata (tense) yang berupa nada
4.
Morfem beralomorf zero
Morfem
beralomorf zero adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi
segmental maupun berupa prosodi melainkan kekosongan.
Misal :
Bentuk tunggal:
I have a book
Bentuk tunggal:
I have a book
I have a
sheep
Bentuk jamak:
I have two books
I have two sheep
Bentuk jamak:
I have two books
I have two sheep
Kita lihat,
bentuk tunggal untuk book adalah book dan bentuk jamaknya adalah books; bentuk
tunggal untuk sheep adalah sheep dan bentuk jamaknya adalah sheep juga. Karena
bentuk jamak books terdiri dari dua buah morfem, yaitu morfem {book} dan {-s},
maka dapat dipastikan bentuk jamak unutk sheep adalah morfem {sheep} dan morfem
{0}.
5.
Morfem bermakna Leksikal dan Morfem
tidak bermakna Leksikal
Morfem bermakna
leksikal adalah morfem yang secara inheren memiliki makna pada dirinya sendiri
tanpa perlu berproses dengan morfem lain. Sedangkan morfem yang tidak bermakna
leksikal adalah tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri.
Misalnya, dalam
bahasa Indonesia, morfem-morfem seperti {kuda}, {pergi}, {lari}, dan {merah}
adalah morfem bermakna leksikal. Sedangkan morfem tak bermakna leksikal tidak
mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri. Morfem ini baru mempunyai makna
dalam gabungannya dengan morfem lain dalam suatu proses morfologi. Misalnya,
morfem-morfem afiks, seperti {ber-}, {me-}, dan {ter-}.
6.
Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal
(stem), dan Akar(root)
Morfem dasar,
bisa diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi bisa diulang dalam suatu
reduplikasi, bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses komposisi.
Pangkal digunakan untuk menyebut bentuk dasar dari proses infleksi. Akar
digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh.
2.3. Morf dan Alomorf
Morf adalah bentuk terkecil dari morfem yang belum diketahui
statusnya dalam hubungan keanggotaan terhadap suatu morfem. Sedangkan alomorf
adalah bentuk dari morfem yang sudah diketahui statusnya. Misalnya bentuk
{meng-} dalam menggali. Bentuk {meng-} saat belum diketahui status
morfemnya disebut morf, tetapi setelah diketahui statusnya yakni sebagai pendistribusi
terhadap fonem berkonsonan /g/ maka morf ini disebut alomorf.
2.4. Hal-Hal yang Terkait dengan Morfem
Ø Kata
Kata adalah satuan gramatikal bebas yang terkecil. Kata dapat berwujud dasar yaitu terdiri atas satu morfem dan ada kata yang berafiks. Kata secara umum dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu verba, adjektiva, averbia, nomina, dan kata tugas.
Batasan atau konsep dari kata terdiri dari dua hal, yaitu :
a.
Setiap kata
mempunyai
susunan
fonem
yang
urutannya
tetap
dan tidak dapat berubah, serta tidak dapat diselipi atau disela oleh fonem lain misalnya kata sikat, urutan fonemnya adalah /s/, /i/, /k/, /a/, /t/. Urutan itu tidak dapat diubah misalnya menjadi /s/, /k/, /a/, /i/, /t/ atau urutan lainnya. Juga tidak dapat diselipi fonem lain minsalnya, menjadi, /s/, /i/, /u/, /k/, /a/, /t/.
b.
Setiap kata
mempunyai
kebebasan
berpindah
tempat
didalam
kalimat
atau
tempatnya
dapat
diisi
atau
digantikan
oleh
kata
lain,
atau
juga
dapat
dipisahkan
dari
kata
lainnya.
Secara
tradisional
kata-kata
dikelompokkan
berdasarkan
kriteria
semantik
dan kriteria fungsi. Kriteria semantik digunakan untuk mengklasifikasikan
kelas
verba
(V),
kelas
nomina
(N),
dan kelas adjektiva (A). Lalu, kriteria fungsi digunakan untuk menentukan kelas preposisi kelas konjungsi dan lainnya.
Klasifikasi
kata terdiri dari dua macam, yaitu :
A. Kelas
terbuka
Kelas adalah kelas yang keanggotaanya dapat bertambah
atau berkurang sewaku-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang
terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa yang termasuk kelas terbuka adalah kelas verba, kelas
nomina, dan adjektiva.
1. Verba
Ciri
utama verba atau kata kerja dilihat dari adverbia yang mendampinginya. Ciri
utama verba adalah :
a)
Dapat
didampingi oleh adverbia tidak, tanpa, dan bukan. Contoh tidak datang, tanpa
makan, bukan menangis.
b) Dapat didampingi oleh semua adverbia frekuensi,
seperti sering datang, jarang makan, kadang-kadang pulang, dll.
c) Tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan
penggolongannya. Misalnya sebuah menbaca, dua butir menulis, namun dapat
didampingi oleh semua adverbia jumlah seperti, kurang embaca, cukup menarik,
dll.
d)
Tidak dapat
didampingi oleh semua adverbia derajat. Contoh agak pulang, cukup datang, lebih
pergi, kurang pergi, dll.
e) Dapat didampingi oleh semua adverbia kala (tense)
contoh sudah makan, sedang mandi, lagi tidur, akan pulang, hendak pergi mau
menjual,dll.
f) Dapat didampingi oleh semua adverbia keselesaian,
contoh belum mandi, baru datang, sedang makan, sudah pulang, dll.
g) Dapat didampingi oleh semua adverbia keharusan.
Contoh, boleh mandi, harus pulang, wajib datang, dll.
h) Dapat didampingi oleh semua anggota adverbia
kepastian. Contoh pasti datang, tentu pulang, mungkin pergi, barangkali tahu,
dll.
2. Nomina
Ciri
utama nomina atau kata benda dilihat dari adverbia pendampingnya. Ciri utama
dari nomina adalah :
a)
Tidak dapat
didahului oleh adverbia negasi tidak. Jadi, kata-kata kucing, meja, bulan,
rumah, dll. Berikut adalah termasuk nomina karena tidak dapat didahului oleh
adverbia negasi tidak.
b)
Tidak dapat
didahului adverbia derajat agak ( lebih, sangat, dan paling). Contoh
: agak kucing, agak kucing, agak bulan, dll.
c)
Tidak dapat
didahului oleh adverbia keharusan wajib. Contoh : wajib kucing, wajib meja,
wajib bulan, dll.
d)
Dapat
didahului oleh adverbia yang menyatakan jumlah, seperti satu, sebuah, sebatang,
dsb. Misalnya : sebuah meja, seekor kucing, sebatang pensil, dll.
3)
Adjektiva
Ciri utama utama adjektiva atau kata keadaan adalah :
a)
Tidak dapat
didampingi adverbia frekuensi sering, jarang, dan kadang-kadang. Jadi, tidak
mungkin ada. Contoh : sering indah, jarang tinggi, kadang besar, dll.
b)
Tidak dapat
didampingi adverbia jumlah. Contoh : banyak bagus, sedikit baru, sebuah indah,
dll.
c)
Dapat
didampingi oleh semua adverbia derajat. Contoh : agak tinggi, cukup mahal,
lebih bagus, dll.
d)
Dapat
didampingi adverbia kepastian pasti, tentu, mungkin,dan barangkali. Contoh :
pasti indah, tentu baik, buruk, dll.
e)
Tidak dapat
diberi adverbia kala (tenses) hendak dan mau. Jadi bentuk-bentuk tidak
diterima. Contoh : hendak indah, mau tinggi, dll.
Secara morfologi adjektiva yang berupa kata turunan
atau kata bentukan dapat dikenali dari sufiks-sufiks ( yang berasal dari bahasa
asing) yang mengimbuhkannya.
Contoh :
al : faktual, gramatikal, ideal.
il : prisipiil, idiil, materiil, dll.
iah : alamiah, rohaniah, dll.
if : efektif, kualitatif, dll.
is : teknis, kronologis, dll.
istis
: optimistis, egoistis, dll.
i : islami, alami, dll.
wi : duniawi, surgawi, dll.
ni : gerejani
B. Kelas
kata tertutup
Kelas
kata tertutup adalah yang jumlah keanggotaannya terbatas dan tidak tampak
kemungkinan untuk bertambah, atau berkurang. Yang termasuk kelas tertutup
adalah kelas-kelas adverbia, kelas preposisi, kelas konjungsi, kelas artikula,
dan kelas interjeksi.
1)
Adverbia
Adverbia adalah kata ketarangan atau kata ketarangan tambahan.
Fungsinya adalah menerangkan kata kerja, kata sifat, dan jenis kata yang
lainnya. Komponen makna utama yang dimiliki
dari kata-kata berkelas adverbia adalah :
a)
[+negasi], yaitu
kata-kata tidak, bukan, tanpa, dan tiada. Kata tidak digunakan untuk
menegasikan kelas verba dan adjektiva. Kata bukan digunakan untuk menegasikan
kelas nomina. Kata tanpa digunakan untuk menegasikan
kelas nomina dan verba. Kata tiada digunakan untuk menegasikan kelas nomina dan
verba.
b)
[+frekuensi]
yaitu kata-kata sering, jarang, kadang-kadang, biasa, sekali-kali, acap kali,
dan selalu. Adverbia ini hanya dapat digunakan uinruk kelas verba.
c)
[+kuantitas]
atau [+jumlah] yaitu banyak, sedikit, cukup, kurang, semua, seluruh, sebagian,
dan beberapa. Pada umumnya kata-kata adverbia ini dapat mendampingi nomina.
Namun ada juga yang dapat mendampingi verba, contohnya banyak rumah, sedikit
uang, kurang air, semua orang, banyak membaca, banyak bicara, dll.
d) [+kualitas] atau [+derajat] yaitu agak, cukup, lebih,
kurang, sangat, paling, sedikit, dan sekali. Umumnya adverbia ini hanya dapat
mendampingi kata-kata dari kelas adjektiva misalnya, agak baik, cukup baik,
lebih baik, dll.
e)
[+waktu]
atau [+skala] yakni adverbia sudah, sedang, lagi, tengah, akan, hendak, dan
mau. Adverbia ini pada dasarnya dapat mendampingi verba tindakan misalnya sudah
makan, sedang mandi, tengah membaca, hendak pergi, dll.
f) [+keselesaian] yaitu adverbia sudah, belum, baru, dan
sedang. Adverbia ini digunakan untuk mendampingi kelas verba dan adjektiva.
Misalnya sudah mandi, belum mandi, baru mandi, sedang mandi, dll.
g)
[+pembatasan]
yaitu adverbia hanya dan saja. Adverbia ini hanya digunakan untuk kelas verba,
kelas nomina, dan kelas numeralia. Hanya nasi, nasi saja, hanya seribu.
h)
[+keharusan]
yaitu boleh, wajib, harus, dan mesti adverbia ini hanya mendampingi kelas verba
misalnya boleh pergi, wajib pergi, harus pergi, mesti pergi, dll.
i)
[+kepastian]
yaitu adverbia pasti, tentu, mungkin, barang kali. Adverbia ini mendampingi
kata-kata kelas verba. Contoh pasti hadir, tentu datang, mungkin terlambat,
barangkali meninggal.
2) Pronomina
Pronomina adalah kata ganti. Pronomina dibedakan menjadi
4 macam, yaitu:
a)
Kata ganti diri
Kata ganti diri adalah pronomina yang menggantikan
nomina orang atau yang diorangkan, baik berupa nama diri atau bukan nama diri.
Kata ganti biasa dibedakan atas:
(1).
Kata ganti diri orang pertama tunggal yaitu saya dan aku, orang pertama jamak
yaitu, kami dan kita.
(2).
Kata ganti dari orang kedua tunggal yaitu, kamu dan engkau, orang kedua jamak,
yaitu kalian dan kamu sekalian.
(3).
Kata ganti diri orang ketiga tunggal yaitu, ia, dia, dan nya.
b)
Kata ganti penunjuk
Kata ganti penunjuk atau pronomina demontratifa adalah
kata ini dan itu yang digunakan untuk menggantikan
nomina (frase nominal atau lainnya) sekaligus dengan penunjukkan. Kata ganti penunjuk ini digunakan untuk menunjuk sesuatu
yang dekat dari pembicara, sedangkan kata ganti penunjuk itu digunakan untuk
menunjuk sesuatu yang jauh dari pembicara.contoh buku ini adalah buku saya,
itulah buka yang saya cari selam ini.
c)
Kata ganti tanya
Kata ganti tanya atau pronomina introgatifa adalah
kata yang digunakan untuk bertanya atau menanyakan sesuatu nomina atau (
sesuatu yang dianggap konstruksi nomina). Kata ganti tanya itu adalah 5W+1H.
d)
Pronomina tak tentu
Pronomina tak tentu atau kata ganti tak tentu adalah
kata-kata yang digunakan untukmengggantikan nomina yang tidak tentu. Yang
termasuk kata ganti tak tentu adalah seseorang, salah seorang, siapa saja,
setiap orang, masing-masing, suatu, sesuatu, salah satu, beberapa, dan
sewaktu-waktu.
3) Numeralia
a)
Kata bilangan
Numeralia atau kata bilangan adalah kata-kata yang
menyatakan bilangan, jumlah, nomor, urutan, dan himpunan. Menurut bentuk dan
fungsinya biasanya dibicarakan adanya kata bilangan utama, bilangan genap,
bilangan ganjil, bilangan bulat, bilangan tingkat, dan kata bantu bilangan.
Kata bilangan utama adalah kata-kata seperti satu,
dua, tiga, dst. Kata bilangan genap adalah kata bilangan yang habis dibagi dua.
Misalnya dua, empat, enam, delapan, dst. Kata bilangan tingkat digunakan untuk
menyatakan urutan, seperti kata kelima, keenam, dst. Kata bilangan himpunan
adalah kata bilangan yang menyatakan kelompok atau jumlah. Contohnya kedua
rumah itu disita oleh pengadilan, dll.
b)
Kata bantu bilangan
Kata bantu bilangan adalah kata-kata yang digunakan
sebagai tanda pengenal nomina tertentu dan ditempatkan diantara kata bilangan
dengan nominanya. Kata bantu bilangan yang lazin digunakan adalah orang untuk
manusia, ekor untuk binatang, dan buah untuk benda umum. Secara spesifik
digunakan juga kata-kata batang, lembar, helai, butir, biji, dll.
Contohnya, dua orang korea, lima ekor gajah. Kata
bantu bilangan untuk kedua contoh tersebut digunakan untuk nomina terhitung.
Untuk nomina tak terhitung digunakan wadah pengukur nomina itu. Contohnya
secangkir kopi, dua liter minyak, sepotong roti.
4) Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam satu klausa. Misalnya kata di, dan dengan dalam kalimat. Contoh : nenek duduk di kursi, kakek menulis surat dengan pensil.
Secara semantik, preposisi ini menyatakan makna-makna :
a)
Tempat berada, yaitu preposisi di, pada, dalam, atas, dan antara. Contoh-contoh pemakaiannya:
(1).Nenek tinggal di Bogor.
(2) Ibuku bekerja di Jakarta pada Departemen Kesehatan.
(3) Tulisannya dimuat dalam harian Pos Kota.
(4) Terima kasih atas pemberian itu.
(5) Depok terletak antara Jakarta dan bogor.
b)
Arah asal, yaitu preposisi dari. Contoh Dia datang dari Kediri.
c) Arah tujuan, yaitu preposisi ke, kepada, akan, dan terhadap. Contoh pemakaiannya:
(1) Mereka menuju ke utara.
(2) Kami minta tolong kepada polisi.
(3) Dia memang takut akan hantu.
(4) Saya tidak takut terhadap siapa saja.
d) Pelaku yaitu preposisi oleh. Contoh pemakaiannya Jembatan itu dibangun oleh pemerintah pusat.
e) Alat, yaitu preposisi dengan dan berkat. Contoh pemakaiannya :
(1) Kayu itu dibelah dengan kapak.
(2)
Aku berhasil berkat bantuan saudara-saudara sekalian.
f)
Perbandingan, yaitu preposisi daripada. Contohnya kue ini lebih enak daripada kue itu.
g) Hal atau masalah,yaitu preposisi tentang dan mengenai.Contoh pemakaiannya :
(1)
Mereka berbicara tentang gempa bumi.
(2)
Mengenai anak itu biarlah saya yang akan mengurusnya.
h) Akibat, yaitu preposisi hingga, atau sehingga dan sampai. Contoh pemakaiannya :
(1) Tukang copet itu dipukuli orang banyak hingga babak belur.
(2)
Jalan raya itu rusak berat sehingga tidak dapat dilalui kendaraan kecil.
(3)
Dia berjalan kali sejauh itu samapai sepatunya hancur.
Selain itu preposisi hingga dan sampai juga menyatakan batas tempat dan batas waktu. Contoh :
(1)
Mereka berdiskusi hingga /sampai larut malam.
(2) Kami bersepeda hingga/sampai batas kota.
i)
Tujuan, yaitu preposisi untuk buat, guna, dan bagi. Contoh :
(1)
Ibu membeli sepeda baru untuk adik.
(2)
Beliau membawa oleh-oleh buat kami.
(3)
Guna kepentingan umum, kami rela berkorban.
(4)
Bagi saya, uang seribu rupiah besar artinya.
5) Konjungsi
Konjungsi atau kata penghubung adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, atau antar kalimat dengan kalimat.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas tentang pengertian Morfologi dan beserta pokok bahasan lain
yang terkandung dalam pengertian Morfologi,dapat ditarik sedikit kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pengertian Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara morfem yang satu dengan morfem yang lain untuk membentuk sebuah kata.
2. Di dalam ilmu
morfologi kita bisa membahas pengertian morfem dan jenis-jenisnya, morf,
alomorf, serta hal-hal yang terkait dengan morfologi
3.2. Saran
Setiap kajian bahasa perlu adanya peninjauan kembali guna memperoleh
hasil yang optimal sehingga tidak ada lagi kesalahan yang ditimbulkan dalam
kajian morfologi.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul.
2012. Linguistik Umum. Jakarta : RINEKA CIPTA.
Chaer,
Abdul.
2008.
Morfologi
Bahasa Indonesia. Jakarta : RINEKA CIPTA.
Verhaan,
J.w.M.
1983.
Pengantar
Linguistik. Yogyakarta : GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS.
Samsuri.
1985.
Analisis Bahasa.
Jakarta.
ERLANGGA.
Sutawijaya,
Alam,
dkk.
1996. Morfologi
Bahasa Indonesia. Jakarta : DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BAGIAN PROYEK PENATARAN GURU SLTP SETARA TAHUN 1996/1997
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik
Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia
Demikianlah materi tentang Makalah Morfologi yang sempat kami berikan. semoga materi yang kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak materi seputar
yang telah kami posting sebelumnya. Semoga dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.
yang telah kami posting sebelumnya. Semoga dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.
Anda dapat mendownload Makalah diatas dalam Bentuk Document Word (.doc) melalui link berikut.
EmoticonEmoticon