Makalah Budaya Politik - Jika dalam postingan ini, anda kurang mengerti atau susunanya tidak teratur, anda dapat mendownload versi .doc makalah berikut :
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami lantunkan
kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-NYA kepada kita semua
terutama kepada kami karena berkat-NYA sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan dengan tepat waktu.
Kami juga senantiasa mengirimkan
shalawat kepada baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa kita semua dari
zaman kebodohan menuju zaman kecerdasan.
Makalah kami ini menyangkut
tentang Budaya Politik yang berkembang didalam masyarakat dan negara indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, maka kami memohon maaf atas kekurangan kami dan
kami memohon kritikannya menyangkut makalah kami ini
Akhirnya kami ucapakan
terimakasih kepada bapak dosen yang senantiasa membimbing kami, hingga kamipun
dapat menyelesaikan makalah ini.
Samata, Rabu/7 Mei 2014
Penulis
Eko Ruli Pratama
BAB
I
PENDAHULUAN
I.
Pendahuluan
Dalam kehidupan politik
suatu Negara, Negara tidak lepas dari corak budaya yang ada dalam
masyarakatnya. Peran masyarakat dalam kehidupan politik sangat tergantung pada
budaya politik yang berkembang dalam masyarakat.
Tentunya kita pernah
menyaksikan secara langsung maupun tidak langsung melalui televisi dan media
massar lainnya tentang pelaksanaan pemilu, pilkada, demonstrasi, kerusuhan,
kampanye partai politik, dan bahkan penculikan-penculikan politik. Pola-pola
perilaku tersebut menyangkut kehidupan bernegara, pemerintahan, hukum, adat
istiadat dan lainnya yang disebut dengan budaya politik.
Sebagai warga negara
indonesia, kita harus memahami budaya politik yang demokratis berdasarkan
pancasila dan UUD 1945 agar kehidupan berbangsa dan bernegara dapat berjalan
dengan baik. Budaya politik di Indonesia merupakan
sebuah cerminan dari sikap dengan ciri khas warga negara terhadap sebuah sistem
politik. Manusia merupakan makhluk sosial, dan sering berinteraksi terhadap
manusia lainnya sehingga tidak bisa lepas dengan yang namanya komunikasi. Hal
ini dikatakan oleh Edward T. Hall, "bahwa Budaya adalah komunikasi"
dan sebaliknya “Komunikasi adalah budaya”.
Indonesia memiliki anekaragam budaya. Budaya politik adalah
sebuah pola dari sebuah perilaku suatu masyarakat yang ada di dalam kehidupan
benegara, pada penyelenggaraan administrasi negara, sistem politik
pemerintahan, hukum negara, adat istiadat dalam masyarakat, serta kebiasaan
yang di lakukan oleh masyarakat setiap harinya.
II. Rumusan Masalah
A. Bagaimana Budaya Politik yang Berkembang di Masyarakat Indonesia ?
B. Bagaimana Budaya Politik di Indonesia ?
C. Bagaimana Perkembangan Budaya Politik di Indonesia ?
D. Apa Faktor Penyebab Berkembangnya Budaya Politik di Indonesia ?
E. Apa Dampak Perkembangan Budaya Politik ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Budaya Politik Yang Berkembang di Masyarakat Indonesia
Gambaran sementara tentang budaya politik
Indonesia, yang tentunya harus di telaah dan di buktikan lebih lanjut, adalah
pengamatan tentang variabel sebagai berikut :
·
Konfigurasi subkultur di Indonesia masih aneka
ragam, walaupun tidak sekompleks yang dihadapi oleh India misalnya, yang
menghadapi masalah perbedaan bahasa, agama, kelas, kasta yang semuanya relatif
masih rawan/rentan.
·
Budaya politik Indonesia yang bersifat
Parokial-kaula di satu pihak dan budaya politik partisipan di lain pihak, di
satu segi masa masih ketinggalan dalam mempergunakan hak dan dalam memikul
tanggung jawab politiknya yang mungkin di sebabkan oleh isolasi dari kebudayaan
luar, pengaruh penjajahan, feodalisme, bapakisme, dan ikatan primordial.
·
Sikap ikatan primordial yang masih kuat berakar,
yang di kenal melalui indikatornya berupa sentimen kedaerahan, kesukaan,
keagamaan, perbedaan pendekatan terhadap keagamaan tertentu; purutanisme dan
non puritanisme dan lain-lain.
·
kecendrungan budaya politik Indonesia yang masih
mengukuhi sikap paternalisme dan sifat patrimonial; sebagai indikatornya dapat
di sebutkan antara lain bapakisme, sikap asal bapak senang.
·
Dilema interaksi tentang introduksi modernisasi
(dengan segala konsekuensinya) dengan pola-pola yang telah lama berakar sebagai
tradisi dalam masyarakat.
Masyarakat Indonesia sangat heterogen. Heterogenitas
bangsa Indonesia tidak dalam arti budaya saja melainkan membawa pengaruh yang
sangat besar terhadap budaya politik bangsanya. Bentuk budaya politik Indonesia
merupakan subbudaya atau budaya subnasional yang dibawa oleh pelaku-pelaku
politik hingga terjadi Interaksi, kerja sama dan persaingan antar-subbudaya
politik itu. Interaksi dan pertemuan-pertemuan antar subbudaya itu
melatarbelakangi tingkah laku para aktor politik yang terlibat dalam pentas
panggung politik nasional.
Menurut Rusadi, budaya politik Indonesia hingga dewasa
ini belum banyak mengalami perubahann pergeseran dan perpindahan yang berarti.
Walaupun sistem politiknya sudah beberapa kali mengalami perubahan ditinjau
dari pelembagaan formal. Misalnya sistem politik demokrasi liberal ke sistem
politik demokrasi terpimpin dan ke sistem politik demokrasi pancasila. Budaya
politik yang berlaku dalam sistem perpolitikan Indonesia relatif konstan.
Di era reformasi sekarang ini sistem politik Indonesia
mengalami perkembangan yang cukup bagus dan lebih demokratis dalam melibatkan
partisipan dalam berbagai macam kegiatan politik seperti pemilu langsung untuk
memilih wakil rakyat.
Dalam pembentukan budaya politik budaya politik nasional,
terdapat beberapa unsur yang berpengaruh, yaitu sebagai berikut :
a. Unsur subbudaya politik yang berbentuk budaya politik asal.
b. Anaka rupa subbudaya politik yang berasal dari luar lingkungan tempat budaya politik asal itu berada.
c. Budaya Politik Nasional itu sendiri.
Lebih jauh lagi pertumbuhan politik nasional dapat dibagi dalam beberapa
tahap.
a. Berlakunya politik nasional yang sedang berada dalam proses pembentukannya.
b. politik nasional yang tengah mengalami proses pematangan. Pada tahap ini,
budaya politik nasional pada dasarnya sudah ada, akan tetapi masih belum
matang.
c. Budaya politik nasional yang sudah mapan yaitu budaya politik yang telah
diakui keberadaannya secara nasional.
B.
Budaya Politik di Indonesia
· Hirarki
yang Tegar/Ketat
Masyarakat Jawa, dan sebagian besar
masyarakat lain di Indonesia, pada dasarnya bersifat hirarkis. Stratifikasi
sosial yang hirarkis ini tampak dari adanya pemilahan tegas antara penguasa (wong
gedhe) dengan rakyat kebanyakan (wong cilik). Masing-masing terpisah
melalui tatanan hirarkis yang sangat ketat. Alam pikiran dan tatacara sopan
santun diekspresikan sedemikian rupa sesuai dengan asal usul kelas
masing-masing. Penguasa dapat menggunakan bahasa 'kasar' kepada rakyat
kebanyakan. Sebaliknya, rakyat harus mengekspresikan diri kepada penguasa dalam
bahasa 'halus'. Dalam kehidupan politik, pengaruh stratifikasi sosial semacam
itu antara lain tercemin pada cara penguasa memandang diri dan rakyatnya.
·
Kecendrungan Patronage
Pola hubungan Patronage
merupakan salah satu budaya politik yang menonjol di Indonesia.Pola hubungan
ini bersifat individual. Dalam kehidupan politik, tumbuhnya budaya politik
semacam ini tampak misalnya di kalangan pelaku politik. Mereka lebih memilih
mencari dukungan dari atas daripada menggali dukungn dari basisnya.
· Kecendrungan
Neo-patrimonisalistik
Salah
satu kecendrungan dalam kehidupan politik di Indonesia adalah adanya
kecendrungan munculnya budaya politik yang bersifat neo-patrimonisalistik;
artinya meskipun memiliki atribut yang bersifat modern dan rasionalistik
zeperti birokrasi, perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya
politik yang berkarakter patrimonial.
Ciri-ciri birokrasi
modern:
·
Adanya suatu struktur hirarkis yang melibatkan
pendelegasian wewenang dari atas ke bawah dalam organisasi
·
Adanya posisi-posisi atau jabatan-jabatan yang
masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang tegas
·
Adanya aturan-aturan, regulasi-regulasi, dan
standar-standar formalyang mengatur bekerjanya organisasi dan tingkah laku
anggotanya
·
Adanya personel yang secara teknis memenuhi
syarat, yang dipekerjakan atas dasar karier, dengan promosi yang didasarkan
pada kualifikasi dan penampilan.
C.
Perkembangan Budaya Politik Di Indonesia
Budaya
yang berasal dari kata ‘buddhayah’ yang berarti akal, atau dapat juga
didefinisikan secara terpisah yaitu dengan dua buah kata ‘budi’ dan ‘daya’ yang
apabila digabungkan menghasilkan sintesa arti mendayakan budi, atau menggunakan
akal budi tersebut. Bila melihat budaya dalam konteks politik hal ini
menyangkut dengan sistem politik yang dianut suatu negara beserta segala unsur
(pola bersikap & pola bertingkah laku) yang terdapat didalamnya.
Sikap
& tingkah laku politik seseorang menjadi suatu obyek penanda gejala-gejala
politik yang akan terjadi pada orang tersebut dan orang-orang yang berada di
bawah politiknya. Contohnya ialah jikalau seseorang telah terbiasa dengan sikap
dan tingkah laku politik yang hanya tahu menerima, menurut atau memberi
perintah tanpa mempersoalkan atau memberi kesempatan buat mempertanyakan apa
yang terkandung dalan perintah itu. Dapat diperkirakan orang itu akan merasa
aneh, canggung atau frustasi bilamana ia berada dalam lingkungan masyarakatnya
yang kritis, yang sering, kalaulah tidak selalu, mempertanyakan sesuatu
keputusan atau kebijaksanaan politik.
Golongan
elit yang strategis seperti para pemegang kekuasaan biasanya menjadi objek
pengamatan tingkah laku ini, sebab peranan mereka biasanya amat menentukan
walau tindakan politik mereka tidak selalu sejurus dengan iklim politik
lingkungannya. Golongan elit strategis biasanya secara sadar memakai cara-cara
yang tidak demokratis guna menyearahkan masyarakatnya untuk menuju tujuan yang
dianut oleh golongan ini. Kemerosotan demokratisasi biasanya terjadi disini,
walaupun mungkin terjadi kemajuan pada beberapa bidang seperti bidang ekonomi
dan yang lainnya.
Kebudayaan
politik Indonesia pada dasarnya bersumber pada pola sikap dan tingkah laku
politik yang majemuk. Namun dari sinilah masalah-masalah biasanya bersumber.
Mengapa? Dikarenakan oleh karena golongan elite yang mempunyai rasa idealisme
yang tinggi. Akan tetapi kadar idealisme yang tinggi itu sering tidak dilandasi
oleh pengetahuan yang mantap tentang realita hidup masyarakat. Sedangkan
masyarakat yang hidup di dalam realita ini terbentur oleh tembok kenyataan
hidup yang berbeda dengan idealisme yang diterapkan oleh golongan elit
tersebut. Contohnya, seorang kepala pemerintahan yang mencanangkan program
wajib belajar 9 tahun demi meningkatkan mutu pendidikan, namun pada aplikasinya
banyak anak-anak yang pada jenjang pendidikan dasar putus sekolah dengan
berbagai alasan, seperti tidak memiliki biaya. Hal ini berarti idealisme itu
tidak diimplikasikan secara riil dan materiil ke dalam masyarakat yang terlibat
dibawah politiknya.
Idealisme
diakui memanglah penting. Tetapi bersikap berlebihan atas idealisme itu akan
menciptakan suatu ideologi yang sempit yang biasanya akan menciptakan suatu
sikap dan tingkahlaku politik yang egois dan mau menang sendiri. Demokrasi
biasanya mampu menjadi jalan penengah bagi atas polemik ini.
Indonesia
sendiri mulai menganut sistem demokrasi ini sejak awal kemerdeka-annya yang
dicetuskan di dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Demokrasi dianggap
merupakan sistem yang cocok di Indonesia karena kemajemukan masyarakat di
Indonesia. Oleh karena itu Demokrasi yang dilakukan dengan musyawarah mufakat
berusaha untuk mencapai obyektifitas dalam berbagai bidang yang secara khusus
adalah politik. Kondisi obyektif tersebut berperan untuk menciptakan iklim
pemerintahan yang kondusif di Indonesia. Walaupun demikian, perilaku politik
manusia di Indonesia masih memiliki corak-corak yang menjadikannya sulit untuk
menerapkan Demokrasi yang murni
Corak
pertama terdapat pada golongan elite strategis, yakni kecenderungan untuk
memaksakan subyektifisme mereka agar menjadi obyektifisme, sikap seperti ini
biasanya melahirkan sikap mental yang otoriter/totaliter. Corak kedua terdapat
pada anggota masyarakat biasa, corak ini bersifat emosional-primordial. Kedua
cirak ini tersintesa sehingga menciptakan suasana politik yang
otoriter/totaliter.
Sejauh
ini kita sudah mengetahui adanya perbedaan atau kesenjangan antara corak-corak
sikap dan tingkah laku politik yang tampak berlaku dalam masyarakat dengan
corak sikap dan tingkahlaku politik yang dikehendaki oleh Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Kita tahu bahwa manusia Indonesia sekarang ini masih
belum mencerminkan nilai-nilai Pancasila itu dalam sikap dan tingkah lakunya
sehari-hari. Kenyataan tersebutlah yang hendak kita rubah dengan nilai-nilai
idealisme pancasila, untuk mencapai manusia yang paling tidak mendekati
kesempurnaan dalam konteks Pancasila.
Esensi
manusia ideal tersebut harus dikaitkan pada konsep “dinamika dalam kestabilan”.
Arti kata dinamik disini berarti berkembang untuk menjadi lebih baik. Misalkan
kepada suatu generasi diwariskan suatu undang-undang, diharapkan dengan
dinamika yang ada dalam masyarakat tersebut dapat menjadikan Undang-Undang
tersebut bersifat luwes dan fleksibel, sehingga tanpa menghilangkan nilai-nilai
esensi yang ada, generasi tersebut terus berkembang. Dinamika dan kemerdekaan
berpikir tersebut diharapkan mampu untuk memperkokoh persatuan dan memupuk
pertumbuhan.
Yang
menjadi persoalan kini ialah bagaimana dapat menjadikan individu-individu yang
berada di masyarakat Indonesia untuk mempunyai ciri “dinamika dalam kestabilan”
yakni menjadi manusia yang ideal yang diinginkan oleh Pancasila. Maka disini
diperlukanlah suatu proses yang dinamakan sosialisasi, sosialisasi Pancasila.
Sosalisasi ini jikalau berjalan progressif dan berhasil maka kita akan
meimplikasikan nilai-nilai Pancasila kedalam berbagai bidang kehidupan. Dari
penanaman-penanaman nilai ini akan melahirkan kebudayaan-kebudayaan yang
berideologikan Pancasila. Proses kelahiran ini akan memakan waktu yang cukup
lama, jadi kita tidak bisa mengharapkan hasil yang instant terjadinya
pembudayaan.
Dua
faktor yang memungkinkan keberhasilan proses pembudayaan nilai-nilai dalam diri
seseorang yaitu sampai nilai-nilai itu berhasil tertanam di dalam dirinya
dengan baik. Kedua faktor itu adalah:
- Emosional psikologis,
faktor yang berasal dari hatinya
- Rasio, faktor yang
berasal dari otaknya
Jikalau
kedua faktor tersebut dalam diri seseorang kompatibel dengan nilai-nilai
Pancasila maka pada saat itu terjadilah pembudayaan Pancasila itu dengan
sendirinya.
Tentu
saja tidak hanya kedua faktor tersebut. Segi lain pula yang patut diperhaikan
dalam proses pembudayaan adalah masalah waktu. Pembudayaan tidak berlangsung
secara instan dalam diri seseorang namun melalui suatu proses yang tentunya
membutuhkan tahapan-tahapan yang adalah
pengenalan-pemahaman-penilaian-penghayatan-pengamalan. Faktor kronologis ini
berlangsung berbeda untuk setiap kelompok usia.
Melepaskan
kebiasaan yang telah menjadi kebudayaan yang lama merupakan suatu hal yang
berat, namun hal tersebutlah yang diperlukan oleh bangsa Indonesia.
Sekarang ini bangsa kita memerlukan suatu transformasi budaya sehingga
membentuk budaya yang memberikan ciri Ideal kepada setiap Individu yakni
berciri seperti manusia yang lebih Pancasilais. Transformasi iu memerlukan
tahapan-tahapan pemahaman dan penghayatan yang mendalam yang terkandung di
dalam nilai-nilai yang menuntut perubahan atau pembaharuan. Keberhasilan atau
kegagalan pembudayaan dan beserta segala prosesnya akan menentukan jalannya
perkembangan politik yang ditempuh oleh bangsa Indonesia di masa depan.
D.
Faktor Penyebab Berkembangnya
Budaya Politik Di Indonesia
1. Tingkat pendidikan masyarakat
sebagai kunc utama perkembangan budaya politik masyarakat
2. Tingkat ekonomi masyarakat,
semakin tinggi tingkat ekonomi/sejahtera masyarakat maka partisipasi masyarakat
pun semakin besar
3. Reformasi politik/political
will (semangat merevisi dan mengadopsi system politik yang lebih baik)
4. Supremasi hukum (adanya
penegakan hukum yang adil,independen,dan Bebas)
5. Media komunikasi yang
independen (berfungsi sebagai control sosial,bebas,dan mandiri)
E.
Dampak Perkembangan Budaya Politik
Perkembangan budaya politik
yang dialami oleh masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia sejak tahun 1945
sampai sekarang dijumpai berbagai dampak positif maupun negatif.
Dampak Positif Akibat
Perkembangan Budaya Politik
a) Bagi Negara-Pemerintah
·
Semakin
transparan dalam membuat dan melaksanakan kebijakan,
·
Tidak
sewenang-wenang terhadap rakyat,
·
Aspiratif
terhadap kepentingan rakyat,
·
Penataan
kembali suprastruktur politik secara profesional,
·
Memperoleh
berbagai input dari pihak infrastruktur politik.
b) Bagi Masyarakat
·
Merasa
puas dalam menyampaikan input kepada pihak pemerintah,
·
Adanya
jaminan hukum dalam berpolitik,
·
Tumbuh
kesadaran untuk membudayakan politik yang benar,
·
Menambah
wawasan di bidang politik-demokrasi,
·
Meningkatnya
semangat dalam mengekspresikan budaya politik.
Dampak Negatif/Resiko Akibat
Perkembangan Budaya Politik
a) Bagi Negara-Pemerintah
·
Dapat
menggoyahkan pendirian dalam membuat kebijakan,
·
Pelaksanaan
kebijakan politik menjadi telambat/terhambat,
·
Sulitnya
menampung aspirasi rakyat yang sangat kompleks,
·
Beratnya
mengatasi masalah keamanan yang selalu rawan,
·
Sulitnya
anggaran untuk memenuhi seluruh tuntutan rakyat.
b) Bagi Masyarakat
·
Ketidakpuasan
atas sikap pemerintah yang pasif,
·
Banyaknya
pengorbanan dalam upaya pembaharuan budaya politik,
·
Mereka
yang awam semakin sulit menyesuaikan diri,
·
Dapat
mengabaikan dirinya jika terlalu fanatik politik,
·
Dapat
menimbulkan kekacauan jika berpolitik secara emosional
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Budaya
politik memiliki beragam tipe tergantung dari karakteristik masyarakat pada suatu
wilayah atau negara dan budaya politik dapat berkembang tergantung dari
masyarakat dan pemerintahannya yang berkuasa. Budaya politik Indonesia sebagian
besar masih bersifat parokial-kaula yaitu masyarakat masih pasif dalam kegiatan
dan peran serta politik walaupun segelintir pihak sudah bersifat partisipan.
Untuk itu diperlukan adanya suatu perubahan untuk mencapai budaya politik yang
ideal yaitu partisipan.
B.
Saran
Kita harus peka
terhadap setiap budaya politik yang berkembang di indonesia, karena kalau tidak
kita akan sangat mudah larut dalam budaya politik yang bisa jadi budaya itu
buruk bagi kemaslahatan rakyat. Kita sebagai mahasiswa harus berperang penting
dalam perkembangan budaya politik yang ada di indonesia ini.
Demikianlah materi tentang Makalah Budaya Politik yang sempat kami berikan. semoga materi yang kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak materi seputar Makalah BUSINESS PLAN (PERENCANAAN BISNIS) yang telah kami posting sebelumnya. semoga materi yang kami berikan dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih. Semoga dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.
Anda dapat mendownload Makalah diatas dalam Bentuk Document Word (.doc) melalui link berikut.
EmoticonEmoticon