Makalah Cerpen - Jika dalam postingan ini, anda kurang mengerti atau susunanya tidak teratur, anda dapat mendownload versi .doc makalah berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam
pendahuluan ini akan penulis sajikan mengenai (1) latar belakang masalah, (2)
rumusan masalah, (3) tujuan pembuatan makalah, dan (4) manfaat pembuatan
makalah.
1.1 Latar Belakang Masalah
Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan
ide atau pemikiran yang berbentuk pesan ke dalam media tulis. Menuls praktis
menurut KBBI adalaah menulis mudah atau senang melakukannya dengan menentukan
objek dan langsung menuangkan ide. Menulis juga banyak ragamnya. Dalam hal ini
penulis akan membahas mengenai karangan fiksi.
Karangan
fiksi merupakan karangan yang berupa cerita rekaan atau kisah nyata yang
dibungkus dengan imajinasi pengarangnya. Jika dilihat dari bahasa yang
digunakan, karangan fiksi ini menggunakan bahasa konotatif dan bahasa yang
komunikatif dan pragmatis. Komunikatif yang dimaksud, baik dengan pembacanya
maupun dengan situasi yang diungkapkan di dalam karangan tersebut. Jika dilihat
dari tujuannya, karangan fiksi ini bersifat menghiburdan menceritakan suatu peristiwa
atau kisah untuk memperluas pengalaman pembaca baik lahir maupun batin, bahkan
lebih jauh dalam karangan fiksi biasanya terdapat tendensi nilai-nilai yang
ingin diterapkan kepada pembaaca.
Cerpen menurut KBBI adalah karangan
pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen diceritakan sepenggal kehidupan tokoh
yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan, atau menyenangkan
dan mengandung pesan yang tak mudah dilupakan.
Kisah yang diungkapkan dalam cerpen
bisa bertolak pada realita atau rekaan yang dibungkus oleh imajinasi, atau juga
kisah imajinasi yang dihubungkan dengan realita. Dengan itu dapat dipahami oleh
pembaca dan pembacapun memperoleh hiburan batin atau pengalaman batin dalam
menikmati nilai sastra yang terdapat di dalamnya. Sedangkan suatu cerita dapat
diperoleh melalui sesuatu yang dipikirkan, yang disaksikan, atau yang dialami
oleh pengarang sendiri dan kemudian direka-reka menjadi suatu karya yang
bernilai.
Cerpen juga merupakan karya sastra.
Dalam hal ini akan di kaji oleh penulis mengenai menulis teknis atau praktis
cerpen.
Sebagai generasi masa depan, kita
sebagai generasi muda haruslah giat melakukan kegiatan menulis. Supaya kegiatan
menulis tidak hilang dimakan zaman yang semakin modern ini yang penuh dengan
ilmu-ilmu baru, yang bisa mengecoh anak-anak bangsa terhadap masa depan
bangsanya. Selain dari itu kita juga ikut mengembangkan dan melestarikan budaya
menulis agar tetap ada dan bisa menuangkan segala ide dan pemikiran dalam
sebuah media tulis.
1.2 Rumusan Masalah
Setiap
melakukan suatu kajian atau penelitian, haruslah membuat perumusan masalah,
supaya tidak terjadi kerancuan dan penyimpangan pada pembahasan yang akan
dilakuakan. Pada luasnya masalah, penulis membatasi masalah yang akan dikaji,
agar lebih mudah dipahami dan cakupannya lebih jelas.
Dalam hal ini penulis merumuskan
masalah adalah guna untuk mengetahui hal-hal apa saja yang akan dibahas dalam
isi atau pembahasan makalah. Oleh karena itu, rumusan masalah yang dibuat
penulis adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa
yang dimaksud dengan cerpen?
1.2.2 Bagaimana
sejarah cerpen?
1.2.3 Apa
ciri-ciri cerpen?
1.2.4 Unsur-unsur
yang ada dalam cerpen?
1.2.5 Apa
tujuan menulis cerpen?
1.2.6 Apa
manfaat menulis cerpen?
1.2.7 Pembagian
Cerpen?
1.2.8 Cara
atau langkah-langkah menulis cerpen?
1.3 Tujuan Penulisan
makalah
Tujuan dibuatnya makalah ini adalaah
untuk mendeskripsikan dan mengkaji mengenai Menulis Teknis atau Menulis Praktis Cerpen.
Serta untuk mengetahui apa saja yang akan dibahas dalam makalah mengenai
Menulis Teknis atau Menulis Prakltis Cerpen.
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah
Makalah ini memiliki manfaat yang
dapat memberikan cara atau teknik yang lebih dipahami oleh pembaca dalam
mempelajari makalah yang disajikan oleh penulis. Adapun manfaat tersebut ialah:
a. Manfaat
teoretis
Manfaat teoretis ialah merupakan
saalah satu cara dalam mempertahankan khasanah dalam mempertahankan suatu
bangsa. Dengan adanya makalah ini, setidaknya dapat membantu pmebelajaran
mengenai menulis cerpen.
b. Manfaat
praktis
Dengan adanya manfaat praktis,
makalah ini dapat memberikan informasi mengenai Menulis Teknis atau Menulis
Praktis Cerpen.
c. Manfaat
edukatif
Dalam makalah ini dapat dijadikan
modal dalam memberikan informasi kepada pembaca sebagai pembelajaran mengenai
Menulis Teknis atau Menulis Praktis Cerpen. Serta pembaca dapat mengambil dan
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam lingkungan dan sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas mengenai
(2.1) pengertian cerpen?, (2.2) Bagaimana sejarah cerpen? (2.3) Apa ciri-ciri
cerpen? (2.4) Unsur-unsur yang ada dalam cerpen? (2.5) Pembagian Cerpen (2.6)
Apa tujuan pengarang menulis cerpen? (2.7) Manfaat menulis cerpen
(2.8) Cara atau Langkah-langkah menulis cerpen?
2.1 Pengertian Cerpen
Cerita pendek merupakan satu karya
sastra yang sering kita jumpai di berbagai media massa. Namun demikian apa
sebenarnya dan bagaimana ciri-ciri cerita pendek itu, banyak yang masih
memahaminya. Kita juga harus mengetahui apa itu cerpen, supaya kita bisa
memahami dan mengamalkan penulisan cerpen dalam kehidupan kita sehari-hari.
Menurut
Suroto (1989:18), cerpen ialah suatu karangan prosa yang berisi cerita sebuah
peristiwa kehidupan manusia pelaku/tokoh dalam cerita tersebut. Dalam karangan
tersebut dapat pula peristiwa lain tetapi peristiwa tersebut tidak dikembangkan
sehingga kehadirannya hanya sekedar sebagai pendukung peristiwa pokok agar
cerita tampak wajar. Ini berarti cerita hanya dikonsentrasikan pada satu
peristiwa yang menjadi pokok cerita.
Dari
pendapat Suroto di atas, penulis dapat memberi ulasan mengenai pendapatnya
tersebut, bahwa cerpen adalah karangan prosa yang berisi sebuah cerita kehidupan
manusia, dan manusia itulah yang menjadi pelaku atau tokohnya. Dalam cerpen,
terdapat satu peristiwa saja. Namun biasanya ada peristiwa lain yang akan
menjadi pendukung dari peristiwa pokoknya, sehingga peristiwa-peristiwa lain
tersebut tidak dikembangkan atau diceritakan secara mendalam. Jadi, hanya satu
peristiwa yang penjadi pokok suatu cerita.
Tidak
jauh berbeda dengan pengertian tersebut, berikut ada pengertian lain menurut
ahli mengenai pengertian cerpen.
Cerita pendek apabila diuraikan
menurut kata yang membentuknya berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
sebagai berikut, cerita artinya tuturan yang membentang bagaimana terjadinya
suatu hal, sedangkan pendek berarti kisah pendek (kurang dari 10.000 kata) yang
memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam
situasi atau suatu ketika ( 1988 : 165 ).
Dari pengertian cerpen menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia di atas, penulis dapar mengulas pengertian tersebut
yaitu, cerpen merupakan tuturan yang memaparkan bagaimana terjadinya suatu
peristiwa, yang memiliki kurang dari sepuluh ribu kata dan memberikan sebuah
kesan tunggal di dalamnya yang memusat dalam satu orang tokoh saja.
Tidak jauh berbeda pula dengan
pengertian tersebut, dapat dibandingkan menurut pendapat ahli lain mengenai
pengertian cerpen, yaitu sebagai berikut.
Menurut
Nursito (2000:112), mengatakan cerpen ialah cerita yang hanya menceritakan satu
peristiwa dari seluruh kehidupan pelakunya pendek. Cerita pendek merupakan
cerita yang pendek, namun tidak setiap cerita yang pendek digolongkan ke dalam
cerpen.
Dari
pendapat Nursito di atas, tidak jauh berbeda dengan pendapat menurut Suroto
yang mengatakan bahwa cerpen adalah cerita yang menceritakan satu peristiwa
dari seluruh kehidupan pelakunya yang pendek. Cerita itu pula tidak
menceritakan banyak peristiwa, meskipun kehidupan pelakunya memiliki banyak
peristiwa penting. Karena cerita pendek ini hanya menceritakan satu peristiwa
kehidupan sang pelaku. Namun, menurut Nursito tidak setiap cerita yang pendek
dapat digolongkan ke dalam cerpen. Hal itu dikarenakan tidak semua cerita yang
pendek menceritakan sebuah peristiwa seorang tokoh. Melainkan dapat berupa
sebuah cerita curahan, prosa, dll.
Dari
pendapat Nursito di atas, berikut ada pendapat lain mengenai pengertian cerpen,
yaitu menurut Surana.
Menurut
Surana (2001:68), cerita pendek menceritakan pokok persoalan yang sama dengan
roman, yaitu perikehidupan manusia. Hanya dalam cerpen tidak terdapat uraian
yang panjang lebar. Yang diceritakan adalah sejumput dari kehidupan yang
menimbulkan pertikaian yang harus diselesaikan.
Dari
pendapat Surana di atas, tidak jauh berbeda pula dengan pendapat-pendapat ahli
lainnya, yaitu cerpen adalah menceritakan pokok persoalan, yang meurutnya sama
dengan roman yang sama-sama menceritakan kehidupan manusia. Hanya saja, Surana
mengatakan bahwa dalam cerpen tidak terdapat uraian-uraian yang panjang seperti
halnya dalam roman yang bercerita panjang lebar tentang tokoh dalam cerita.
Cerpen ini hanya menceritakan sejumput atau sebuah kehidupan pelaku yang
menimbulkan pertikaian dan pertikaian tersebut harus diselesaikan.
Dai
pendapat di atas, dapat dibandingkan pengertian cerpen menurut ahli lain, yaitu
pengertian menurut Lailasari dan Nurlaila.
Menurut
Lailasari dan Nurlaila (2006:62), cerita pendek adalah suatu karangan pendek
yang berbentuk karangan naratif atau cerita prosa yang mengisahkan kehidupan
manusia yang penuh perselisihan, mengharukan, atau menggembirakan, dan
mengandung kesan yang sulit dilupakan.
Dari
pendapat ahli di atas, penulis dapat mengulas pendapatnya mengenai cerpen.
Cerpen dalam pendapatnya ialah karangan pendek yang berbentuk karangan naratif
atau cerita prosa yang mengisahkan kehidupan manusia yang penuh perselisihan,
memberikan cerita yang mengharukan, atau cerita yang menggembirakan, dan bagi
pembaca akan menimbulkan kesan-kesan yang sulit dilupakan. Setelah pembaca
membaca cerpen, maka akan menyisakan kesan yang akan selalu diingat, sebagai
pembelajaran dan pengalaman dalam hidupnya.
Dari
penjelasan pengertian cerpen di atas, dapat kita lihat pengertian menurut
pendapat ahli lain mengenai cerpen, sebagai berikut.
Menurut
H.B Jassin dalam Suroto (1989:18), sebuah cerita yang memakan seratus halaman
tentu bukan sebuah cerpen. Ukuran yang digunakan dalam sebuah cerpen adalah
kesingkatan dan kepadatannya. Dengan kata lain, apa yang hendak disampaikan
pengarang lewat cerpennya benar-benar terasa.
Dari
pendapat di atas, penulis dapat mengulas pendapatnya mengenai cerpen, yaitu
cerpen tidak memiliki halaman seratus atau lebih. Jika pada cerita terdapat
halaman seratus atau lebih, maka tidak termasuk cerpen. Melainkan ukuran cerpen
yang digunakan ialah kesingkatan dan kepadatannya. Sehingga tidak bertele-tele
dalam penyampaian cerita, dan kesan yang akan didapat oleh pembaca akan lebih
terasa dan mudah dipahami.
Dapat
kita bandingkan dengan pendapat ahli lain mengenai pengertian cerpen, yaitu
sebagai berikut.
Cerpen menurut http://bayu-xp.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-ciri-ciri-cerpen.html Kepanjangan
cerpen adalah cerita pendek. Cerpen adalah suatu cerita naratif fiktif yang
dikarang oleh sseorang. Cerpen bisa terinspirasi dari kisah nyata, atau bahkan
hanya bayangan pengarang atau fiksi. Atau mungkin hanya alur imajinasi dari
pengarangnya.
Dari pengertian cerpen di atas,
penulis dapat mengulas pendapat tersebut bahwa cerpen adalah cerita naratif
yang dikarang oleh seseorang yang terinspirasi dari kisah nyata atau khayalan
dari pengarangnya.
Tidak jauh berbeda pula dari
pendapat ahli di atas dengan pendapat ahli berikut ini:
Menurut
Kosasi, dkk (2004:431), cerpen adalah karangan yang berbentuk prosa. Dalam
cerpen diceritakan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa
yang mengharukan, atau menyenangkan dan mengandung kesan yang tidak mudah
dilupakan.
Dari
pendapat ahli di atas, hampir sama dengan pendapat menurut Lailasari dan
Nurlaila. Yang menurutnya cerpen merupakan karangan yang berbentuk prosa, yang
menceritakan sepenggal atau sekelumit kehidupan tokoh yang mengandung pertikaian,
peristiwa yang mengharukan, peristiwa yang menyenangkan dan kesan-kesan yang
terkandung tidak mudah dilupakan oleh pembaca.
Dari
pendapat Kosasi di atas, tidak jauh berbeda dengan pengertian cerpen menurut
ahli di bawah ini.
Menurut
Susanto dalam Tarigan (1984 : 176), cerita pendek adalah cerita yang panjangnya
sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat
dan lengkap pada dirinya sendiri.
Dari
pendapat di atas, penulis dapat menjelaskan bahwa cerpen adalah sebuah cerita
yang panjangnya memiliki lima ribu kata dan kira-kira 17 halaman dalam
menceritakan kisah tersebut, dengan menggunakan kertas kuarto berspasi rangkap.
Dapat
kita lihat pengertian cerpen di bawah ini sebagai pengetahuan mengenai cerpen.
Sementara itu, Sumardjo dan Saini
(1997 : 37) mengatakan bahwa cerita pendek adalah cerita atau parasi (bukan
analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi tetapi dapat
terjadi dimana saja dan kapan saja, serta relatif pendek).
Dari
pendapat ahli di atas, penulis dapat mengulas pendapat Sumardjo dan Saini
mengenai pengertian cerpen, yaitu cerpen merupakan cerita atau parasi, yang
bukan merupakan analisis argumentatif. Tetapi cerpen merupakan cerita fiktif
yang tidak benar-benar ada dan terjadi, namun bisa terjadi di mana saja dan
cerita itu sangat pendek.
Setelah
kita mengetahui pengertian cerpen menurut ahli di atas, tidak ada salah jika
kita membuat kesimpulan dari pengertian-pengertian tersebut guna untuk menambah
pengetahuan kita.
Jadi,
dari beberapa pendapat ahli di atas penulis dapat menyimpulkan pengertian dari
cerpen. Para ahli telah mengemukakan pendapatnya masing-masing mengenai
pengertian cerpen. Dengan hal itu pula, penulis memiliki kesimpulan tersendiri
dari pengertian cerpen tersebut, yaitu cerpen merupakan suatu karangan pendek,
yang pada dasarnya hanya memiliki satu peristiwa, pertikaian serta
penyelesaiannya. Dalam cerpen juga hanya menceritakan satu orang tokoh saja,
yaitu yang dinamaakan dengan tokoh utama.
2.2 Sejarah Cerpen
Cerita pendek bermula pada tradisi
penceritaan yang menghasilkan kisah-kisah terkenal, misalnya Iliad dan Odyssey
karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama,
dan irama yang berfungsi sebagai alat untuk mendorong orang utnuk mengingat
ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada
naratif-naratif individu yang dapat disampaikan pada satu kesempatan pendek.
Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita tersebut
telah disampaikan.
Cerita-cerita pendek modern sebagai
genrenya sendiri pada awal abad ke-19. Contoh awal dari kumpulan cerita pendek
termasuk dongeng-dongeng Grimm Bersaudara (1824-1826), Evenings on a Farm Near
Dikanka (1831-1832) karya Nikolai Gogol, Tales of the Grotesque and Arabesque
(1836), karya Edgar Allan Poe dan Twice Told Tales (1842) karya Nathaniel
Hawthome.
Penerbitan
cerpen di Malaysia sebagaimana yang dikatakan oleh Othman Puteh lebih banyak
terdapat dalam surat kabar dan majalah. Oleh karena itu, wajarlah jika
dikatakan sebagai sastra kesuratkabaran bahwa majalah dan surat kabar punya
andilbesar dalam mempublikasikan cerpenhal itu tidak terlepas dari peranan yang
dimainkan sastrawan Asas 50.
Peta
cerpen Malaysia tahun 1950-an ditandai dengan miskinnya penerbitan antologi
cerpen. Safian Husain, dkk, mencatat bahwa antolopgi cerpen yang terbit pada
dasawarsa itu berjumlah sembilan buah. Tujuh di antaranya terbit selepas 1955.
Jadi, sebelum tahun 1955 antologi cerpen hanya terbit dua buku, itupun berisi
cerpen-cerpen hasil lombayaitu cerpen pemenang Peraduan Pengarang cerita yang
diselenggarakan Jabatan Pelajaran persekutuan masalah Melayu pada 1953 dan
1951. Kesemarakan cerpen Malaysia masa itu justru terjadi diberbagai
majalah dan surat kabar. Keadaan itou tak dapat dilepaskan dari turadisi yang
melatarbelakangi penulisan cerpen. Otman Puiteh mengatakan “Cerpen-cerpen
melayu selepas perang Dunia II masih tetap dan terus populer hingga saat ini
sebagai sastera persuratkabaran”.
Tahap-tahap
perkembangan itu mulai diperkenalkan pada tahun 1920, dan tumbuh dengan pesat
hingga tahun 1941. Agak tercatat perkembangannya sewaktu perkembangan fasis
Jepang di Semenangjung Tanah Melayu dari tahun 1942-1945. Kembali berkembang
setelah perang Dunia II pada tahun 1949 dan dari tahun 1950 hingga ke
pertengahan tahun 1955 mulai mendapat defenisi bentuk yang agak jelas dan
konkrit. Cerpen juga digemari dan dimantapkan pada tahun-tahun sebelum dan
sesudah kemerdekaan malaysia 1955-1959.
2.3 Ciri-ciri Cerpen
Menurut
Surana (2001:45), ciri-ciri cerpen ialah sebagai berikut:
1. Pada
umumnya cerita itu pendek
2. Yang
ditampilkan dalam cerpen hanya hal-hal yang penting benar dan berarti
3. Isinya
singkat lagi padat
4. Menggambarkan
tokoh cerita menghadapi suatu pertikaian (konflik) dan untuk menyelesaikannya
5. Sanggup
meninggalkan suatu kesan dalam hati pembaca
Dari ciri-ciri yang sebutkan oleh Surana
di atas, penulis dapat mengulas pendapatnya mengenai ciri-ciri cerpen bahwa
cerpen pada umumnya memiliki cerita yang pendek yaitu cerita yang tidak
bertele-tele atau cerita yang terlalu banyak penjabaran yang tidak penting
untuk dituliskan. Cerpen menampilkan hal-hal yag sangat penting dan ada
artinya, tidak terbuat dari kalimat-kalimat yang tidak menimbulkan kesan pada
pembaca. Isi dari cerpen pun singkat dan paadat. Dalam cerpen hanya
menggambarkan tokoh cerita yang menghaadapi peristiwa pertikaian dan di sanalah
tokoh berusaha menyelesaikan pertikaiannya. Cerpen juga mampu meninggalkan
kesan yang mendalam pada hati pembacanya.
Tidak jauh berbeda halnya dengan
ciri-ciri cerpen menurut tokoh dibawah ini.
Ciri-ciri cerpen menurut Lubis
(dalam Tarigan, 1985:177), diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Cerita
pendek harus berisi interpretasip pengarang tentang konsepsinya mengenai
kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung
2. Dalam
sebuah cerpen, seorang insiden harus menguasai jalan cerita
3. Cerpen
harus memiliki seorang yang harus menjadi pelaku atau tokoh utama
4. Cerpen
harus mempunyai satu efek atauu kesan yang menarik
Dari pendapat Lubis di atas, tidak
terdapat perbedaan yang mendalam terhadap pendapat Suroto. Dengan hal ini
penulis dapat mengulas pendapat Lubis mengenai ciri-ciri cerpen bahwa dalam
sebuah cerpen harus berisi interpretasi tentang konsepsinya mengenai kehidupan
cecara langsung atau tidak langsung. Di sini pengarang dapat menuliskan
pengalamannya menjadi sebuag cerpen, baik yang pernah ia lihat, yang ia alami,
dan yang ia angankan atau khayalkan. Dalam sebuah cerpen pengarang juga harus
menguasai jalan cerita. Karena jika tidak, maka karya yang ia ciptakan
kuranglah baik dan tidak tersusun sesuai dengan alurnya. Cerpen juga harus
memiliki tokoh untuk pelaku utamanya, yang akan menjadi orang akan selalu
diceritakan dalam cerita, serta cerpen harus memiliki kesan pada pembacanya.
Hampir sama dengan pendapat ahli di
atas, dapat dibandingkan mengenai ciri-ciri cerpen di bawah ini.
Menurut pendapat Sumarjo dan Saini
(1997 : 36) ciri-ciri cerpen adalah sebagai berikut.
· Ceritanya
pendek ;
· Bersifat
rekaan (fiction) ;
· Bersifat
naratif ; dan
· Memiliki
kesan tunggal.
Dari pendapat ahli di atas,
dijelaskan bahwa siri-ciri cerita pendek ialah memiliki cerita yang pendek,
memiliki sifat rekaan atau tidak benar-benar ada, memiliki sifat naratif dan
memiliki kesan yang tunggal.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat
ahli di bawah ini. Hanya saja menurut Morris lebih di paparkan.
Menurut Morris dalam Tarigan (1985 :
177), ciri-ciri cerita pendek adalah sebagai berikut.
1. Ciri-ciri
utama cerita pendek adalah singkat, padu, dan intensif (brevity, unity, and
intensity).
2.
Unsur-unsur cerita pendeknya adalah adegan, toko, dan gerak
(scena, character, and action).
3.
Bahasa cerita pendek harus tajam, sugestif, dan menarik
perhatian (incicive, suggestive, and alert).
Dari ciri-ciri cerpen menurut Morris
di atas, penulis dapat mengulas mengenai ciri-ciri cerpen yaitu, pada cerpen
memiliki cerita yang singkat, padu atau berkesinambungan, dan intensif atau
secara terus-menerus. Pada cerpen memiliki sebuah adegan, tokoh dan gerak dari
pada sebuah ceritanya tersebut. Dalam cerpen juga memiliki bahasa yang tajam
dan menarik perhatian para pembacanya. Hingga pembaca tertarik membaca hingga
selesai.
Jadi, dari beberapa pendapaat ahli
di atas, penulis dapat menyimpulkan ciri-ciri cerpen yaitu:
1. Pada
cerpen terdapat cerita yang benar-benar pendek
2. Hal-hal
yang disampaikan pengarang singkat dan padat.
3. Terdapat
tokoh yang menjadi pelaku utama
4. Mampu
menciptakan kesan yang mendalam bagi pembaca
2.4 Unsur-unsur dalam Cerpen
Cerita fiksi seperti cerpen dan
novel dapat kita analisis dengan dua segi, yaitu unsur yang meleklat paada
tubuh karya sastra itu sendiri (unsur intrinsik) dan unsur yang ada di luar
tubuh sastra itu sendiri (unsur ekstrinsik).
Unsur insur intrinsik sebuah cerita
fiksi mencakup tema, latar, cara bercerita, alur, penokohan, suasana, dan gaya
bahasa. Sedangkan unsur ekstrinsik yaitu nilai-nilai yang terdapat dalam cerita
itu sendiri.
2.4.1 Unsur
intrinsik cerpen
2.4.1.1 Tema
Pengertisn tema menuruthttp://duniabaca.com/pengertian-menulis-menurut-para-ahli.html ialah
permasalahan sebuah cerita yang terus menerus dibicarakan sepanjang cerita.
Seorang pengarang tidak menyebutkan apa yang menjadi tema dalam cerita, tapi
hal itu dapat kita ketahui setelah membaca cerita itu secara keseluruan.
Dengaan kata lain, tema sebuah cerita biasanya merupakan sesuatu yang tersirat
bukan tersurat, yaitu tema dalam cerpen tidak dituliskan namun hanya tersirat
oleh pengarang dan kemusia dipahami oleh pembaca setelah membaca cerita
tersebut.
Dari
pernyataan di atas, penulis dapat mengulas pernyataan tersebut yang membahas
tentang tema, yaitu tem merupakan sebuah cerita yang dibicarakan secara terus
menerus. Namun dalam tema tidak tidak dituliskan secara langsung apa yang
menjadi tema pada cerpen tersebut, melainkan tema hanya dapat diketahui setelah
pembaca membaca secara keseluruhan isi ceritanya.
Tidak
jauh berbeda dengan pendapat menurut ahli lain seperti berikut.
Tema adalah gagasan pertama atau
pikiran pokok. Tema suatu karya imajinatif merupakan sebuah pikiran yang akan
ditemui oleh setiap pembaca karya sastra tersebut. Tema juga biasanya merupakan
komentar mengenai kehidupan atau orang-orang (H.G. Tarigan, 1982:160).
Dari pernyataan Tarigan di atas,
penulis dapat mengulas mengenai pernyataan tentang tema, yaitu tema merupakan
sebuah karya imajinatif yang akan ditemui oleh pembaca dalam membaca karya
sastra, yang biasanya berupa komentar mengenai suatu kehidupan atau orang yang
menjadi tokohnya.
Sedikit berbeda dengan pendapat
menurut ahli sebagai berikut.
Menurut Sumardjo dan Saini K.M
(1991:57), dalam cerpen yang berhasil, tema justru tersamar dalam seluruh
elemen. Pengarang memakai dialog para tokohnya, jalan pikirannya, perasaan,
kejadian, setting cerita utnuk mempertegas atau menyamarkan isi temanya.
Pengarang biasanya menyatakan tema secara senbunyi-sembunyi dalam suatu
potongan dialogtokohnya atau dalam suatu adegan cerita.
Dari pernyatan ahli di atas, penulis
dapat mengulas pendapat tersebut bahwa, tema dalam cerpen sengaja untuk
disamarkan. Pengarang dapat menjelaskan tema hanya melalui dialog tokohnya,
jalan pikirannya, perasaan, kejadian, setting cerita untuk mempertegas atau
menyamarkan isi temanya.
Jadi, dari beberapa pendapat
mengenai tema penulis dapat membuat kesimpulan mengenai tema, yaitu tema
merupakan suatu yang menjadi ide pokok dalam suatu cerita. Namun, tema tidak
dituliskan secara jelas dan terang-terangan, melainkan tema hanya bisa
diketahui setelah pembaca membaca keseluruhan isi ceritanya.
2.4.1.2 Latar/setting
Latar atau setting adalah tempat dan
waktu serta keadaan yang menimbulkan suatu peristiwa dalam sebuah cerita.
Sebuah cerita itu harus jelas di mana berlangsungnya dan kapan peristiwa itu
terjadi. Guna untuk memperjelas jalan cerita.
1. Latar
Tempat.
Latar tempat merujuk pada lokasi
terjadinya peristiwa. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa
tempat-tempat dengan nama tertentu.
2. Latar
Waktu
Latar waktu berhubungan dengan
"kapan" terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
3. Latar
suasana
Latar suasana adalah
salah satu unsur intrinsik yang berkaitan dengan keadaan psikologis yang timbul
dengan sendirinya bersamaan dengan jalan cerita. Suatu cerita menjadi menarik
karena berlangsung dalam suasana tertentu.
Dari pernyataan di atas, penulis
dapat mengulas, bahwa latar atau setting meupakan tempat dan waktu serta
keadaan yang ada dalam sebuah cerita. Dengan adanya latar atau setting akan
mempermudah pembaca memahami cerita tersebut.
Sedangkan latar atau setting menurut
pendapat ahli lain adalah sebagai berikut.
Saat membicarakan latar, perlu
diketahui bahwa latar dapat dibedakan atas dua bagian, latar sosial dan latar
fisik. Latar sosial dapat dinyatakan meliputi penggambaran, cara hidup, bahsa,
dll yang melatari peristiwa-peristiwa tersebut.dan latar fisik merupakan
ltempat di dalam wujud fisiknya, sperti bangunan daerah dan sebagainya (Hudson
dalam Sudjiman, 1991:44).
Dari pendapat di atas dapat diulas,
bahwa latar hanya dibedakan menjaadi dua macam yaitu latar sosial dan latar
fisik. Dalam di dalam kedua letar tersebut terbagi lagi menjadi beberapa latar.
Di antaranya meliputi penggambaran, cara hidup, dll.
2.4.1.3 Alut atau plot
Alpur atau plot adalah susunan
peristiwa-peristiwa yang telah membentuk sebuah cerita. Alur cerita sangatlah
penting bagi sebuah cerpen dan merupakan sebuah kerangka karangan. Secara
sederhana plot terdiri atas tiga tahap yaitu thap perkenalan, tahap pertikaian
dan tahap penyelesaian.
Menurut O. Setiawan Djuharie dan
Suherli (2005:64), alur yang terdapaat dalam cerpen atau fiksi ialah sebagai
berikut:
· Alur
maju
Alur maju adalah jalan cerita yang
mengungkapkan peristiwa dari awal hungga akhir secara berurutan.
· Alur
mundur
Alur mundur adalah jalan cerita dari
bagian akhir peristiwa kebagian awalnya.
· Alur
keras
Alur keras adalah jalan cerita pada
akhir dari akhir bagian peristiwa mengejutkan pembacanya atau melenceng dari
tebakan pembaca.
· Alur
lembut
Alur lembut adalah alur cerita yang
pada begian akhirnya mengecoh pembaca secara perlahan.
· Alut
terbuka
Alur terbuka adalah jalan cerita
yang menuntut pembaca ultnuk memngembangkan atau meneruskan cerita berikutnya.
· Alur
tertutup
Alur tertutup adalah jalan cerita
yang tidak menuntut pembaca untuk tidak melanjutkan dalam cerita yang
dikisahkan oleh pengarang.
Dari pendapat pakar mengenai
macam-macam alur di atar, penulis dapat mngulas pendapatnya mengenai hal
tersebut, bahwa alur yang ada dalam cerpen atau cerita fiksi ialah ada enam
macam, yaitu alur maju, alur mundur, alur keras, alur lembut, alur terbuka, dan
alur tertutup. Namun yang lebih terkenal dan lebih dipakai oleh kebanyakan
orang, tentang alur ini hanya dua bentuk alur yaitu alur maju dan alur mundur.
Juga tidak sedikit pula ada yang mengatakan selain dua bentuk tersebut, yang
ketiganya adalah alur campuran atau alur yang di dalamnya terdapat dua bentuk
yaitu alur maju dan alur mundur.
Alur dalm cerpen meliputi hal-hal
berikut:
v Pengantar: bagian
cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita.
v Penampilan masalah:
bagian yang menceritakan maslah yang dihadapi pelaku cerita.
v Puncak ketegangan /
klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak.
v Ketegangan menurun /
antiklimaks : masalah telah berangsur–angsur dapat diatasi dan
kekhawatiran mulai hilang.
v Penyelesaian /
resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.
Dari alur dalam cerpen di atas,
dapat diulas bahwa dalam alur meliputi adanya pengantar atau perkenalan para
tkoh yang ada dalam cerita, mulai munculnya suatu masalah yang dihadapi oleh
pelaku dalam cerita, puncak dari masalah yang ada dalam cerita, dan adanya
ketegangan atau permasalahan yang mulai menurun serta adanya penyelesaian dalam
permasalah yang di alami oleh pelaku.
2.4.1.4 Sudut pandang
Sudut pandang terdiri dari dua macam
yaitu:
1. Sudut
pandang orang pertama yaitu pengarang memakai istilah aku dan saya dalam
bercerita.
2. Sudut
pandang orag ketiga, yaitu pengarang biasanya menggunakan istilah dia atau
memakai nama orang. Dalam hal ini pengarang seolah-olah menjadi dalang dalam
ceritanya.
Dari kedua sudut pandang di atas,
dapat diulas bahwa sudut pandang yang dipakai dalam membuat karangan cerpen
atau karya fiksi itu memakai sudut pandang orang pertama, yang biasanya tampak
seperti pengarang menjadikan pembaca sebagai tokoh yang ada di dalam ceritanya,
dan sudut pandang orang ketiga, dan pada sudut pandang tersebut tampak pula pengarang
sedang menceritakan seseorang kepada pembaca.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat
ahli berikut yang mengemukakan mengenai sudut pandang.
Sudut pandang adalah cara pengarang
menempatkan dirinya dalam cerita. Sudut pandang dalam karya fiksi mempersoalkan
siapa-siapa yang menceritakan atau dari posisi mana peristiwa itu dilihat
(Nurgiyanto, 1995:249).
Dari pendapat menurut Nurgiyanto di
atas, dapat penulis ulas, bahwa sudut pandang merupakan suatu cara pengrang
menempatkan dirinya dalam suatu cerita, yang juga merupakan karya fiksi yang
membahas maslah siapa yang menceritakan peristiwa tersebut.
2.4.1.5 Penokohan dan
karakteristik
Penokohan menurut Djuharie
(2005:65), ialah para pelaku yang terlibat di dalam cerita. Penokohan berhasil
jika tokoh-tokoh yang diketengahkan jelas dan tidak menyulitkan pembaca untuk
mengingat karena terlalu banyak yang ditonjolkan. Selain jelas penokohan juga
harus menarik bagi pembaca.
Dari pengertian penokohan yang
paparkan oleh Djuharie di atas, penulis dapat mengulas, bahwa penokohan ialah
semua pelaku yang ada di dalam cerita. Dalam pembentukan tokoh, haruslah jelas
dan tidak menyulitkan pembaca dalam memahami ceritanya. Maksudnya, dalam
pemaparan tokoh haruslah jelas, tokoh utama akan sering dibicarakan atau
dipaparkan bagaimana kehidupan dan pertikaian yang di alaminya. Namun, jika
tokoh lain hanya disebut atau diceritakan hanya sekilas, tidak terus-terusan
seperti tokoh utama, yang dibicarakan dari awal cerita hingga berakhirnya
cerita.
Menurut Wiyatmi (2009:30) tokoh
adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah cerita fiksi.
Menurut Wiyatmi di atas, tokoh
adalah pelaku yang memainkan suatu peran dalam sebuah cerita fiksi. Sedikit
berbeda halnya dengan pendapat ahli di bawah ini.
Aminudin (2009:79) berpendapat bahwa
tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga
peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
diulas bahwa tokoh adalah individu rekaan pengarang yang bersifat fiktif yang
mengemban peristiwa dalam cerita. Sehubungan dengan hal itu, dalam menulis
cerita pendek tokoh merupakan unsur yang penting karena tanpa adanya tokoh
tidak akan terjalin sebuah cerita.
Jadi, penulis dapat menyimpulkan
bahwa tokoh atau penokohan adalah individuyang merupakan rekaan pengarang yang
bersifat fiktif atau tidak dijamin ada dan keberadaannya
Jenis-jenis tokoh dalamhttp://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/29adalah
sebagai berikut:
a. Tokoh
protagonis : mendukung cerita
b. Tokoh
antagonis : penentang cerita
c. Tokoh
tritagonis : tokoh pembantu, baik protagonis/antagonis
Dari jenis-jenis tokoh di atas,
dapat diulas bahwa dalam penokohan suatu cerita pendek terdapat tokoh
ptotagonis sebagai tokoh utama atau tokoh putih, tokoh antagonis sebagai tokoh
penentang atau sering disebut dengan tokoh hitam, dan ada pula tokoh tritagonis
sebagai tokoh pembantu dari tokoh hitam atau tokoh putih.
Pada dasarnya sifat tokoh ada dua
macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat batin (watak, karakter). Dan sifat
tokoh ini bisa diungkapkan dengan berbagai cara, diantaranya melalui:
a. Tindakan,
ucapan dan pikirannya
b. Tempat
tokoh tersebut berada
c. Benda-benda
di sekitar tokoh
d. Kesan
tokoh lain terhadap dirinya
e. Deskripsi
langsung secara naratif oleh pengarang
Cara pengarang menampilkan
perwatakan tokoh dalamhttp://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/29adalah sebagai
berikut:
1. ciri-ciri
fisik tokoh
2. Percakapan
antarpelaku
3. Lingkungan
sosial
4. Gambar
tempat tinggal tokoh
5. Pemaparan
sifat tokoh
Dari hal-hal di atas, dapat diulas
mengenai car pengarang menampilkan perwatakan tokoh, yaitu pengarang memaparkan
ciri-ciri fisik tokoh, atau dengan percakapan yang dilakukan oleh tokoh, atau
juga dalam lingkungan sosial. Serta pengarang juga dapat menjelaskan melalui
pemaparan gambaran tempat tinggal tokoh dan langsung pada sifat tokohnya.
Karakteristik menurut Djuharie
(2005:65), ialah watak atau sikap setiap tokoh di dalam karangan tersebut.
Perwatakan ini dapat diungkapkan secara eksplisit oleh pengarang melalui
pendeskripsian setiap tokohnya, namun dapat juga diungkapkan secara implisit,
melalui sikap tokoh-tokohnya terhadap suatu konsep atau pandangan yang terdapat
dalam suatu cerita. Sikap tokohnya ditampil’kan dalam dialog-dialog atau melaui
tindakannya.
Dari pemaparan pakar di atas, dapat
penulis ulas, bahwa karakteristik ialah sikap atau tingkah laku setiap tokoh
yang terlibat di dalam cerita dan biasanya dinamakan sebagai perwatakan tokoh.
Dalam perwatakan ini, pengarang dapat menguraikan watak tokoh dengan cara
implisit atau eksplisit. Implisit yaitu pengarang tidak memaparkan watak tokoh
secara jelas atau secara langsung, melainkan dengan cara yang tersimpul dan
halus. Sedangkan eksplisit yaitu pengarang memaparkan watak tokohnya secara
langsung, tegas dan tidak berbelit-belit.
Ada dua macam cara untuk
memperkenalkan tokoh dan karakteristik tokoh dalam fiksi, yaitu sebagai
berikut:
a) Secara
analitik (langsung)
Pengarang langsung memaparkan
tentang watak atau karakter tokoh, pengarang menyebutkan bahwa seorang tokoh
keras hati, keras kepala, penyayang, dan sebagainya.
b) Secara
dramatik (tidak langsung)
Penggambaran perwatakan yang tidak
diceritakan langsung, tetapi disampaikan melalui; pilihan nama tokoh,
penggambaran fisik atau postur tubuh, cara berpakaian, tingkah laku tokoh,
keadaan lingkungannya, dialog tokohdengan dirinya atau dengan tokoh lainnya,
dan pola pikir saat menghadapi masalah.
Ditinjau dari cara dan hasil
penggambarannya, ada empat macam perwatakan, yaitu sebagai berikut:
§ Perwatakan statis,
yaitu pelukisan watak sang tokoh tetap tidak berubah-ubah dari awal sampai
akhir cerita.
§ Perwatakan dinamis,
yaitu watak snag tokoh berubah atau berkembang dari waktu ke waktu dan dari
tempat ke tempat sesuai dengan situasi yang dimasukinya.
§ Perwatakan datar, yaitu
watak sang tokoh disoroti hanya dari satu unsure atau satu dimensi saja.
§ Perwatakan bulat, yaitu
watak sang tokoh dilukiskan dari segala aspek dan meliputi semua dimensi, yaitu
dimensi fisiologis, psikologis, dan sosial seperti yang terdapat pada tokoh
nyata dalam hidup sehari-hari.
Keempat perwatakan di atas, dapat
diulas bahwa macam-maca perwatakan itu terdiri dari empat macam, yaitu
perwatakan yang statis, dinamis, dan bulat.
2.4.1.6 Gaya bahasa
Gaya bahasa menciptakan suatu nada
atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan
hubungan dan interaksi antara sesama tokoh. Gaya bahasa yang cermat dapat
menciptakan suasana yang berterus terang atau satiris, simpatik, menjengkelkan
atau emosional. Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan seram,
adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain. Bahasanya segar, komunikatif,
mudah dipahami atau tidak berbelit-belit.
Seorang pengarang biasaya mempunyai
gaya bahasa yang khas sehingga menghasilkan karyakarya yang khas pula. Artinya,
bagaimana cara seorang pengarang memilih tema, persoalan dan menceritakanya
dalam sebuah cerpen (Sudjiman dan Saini, 1991:92)
Dari pendapat ahli di atas dapat
diulan, bahwa gaya bahasa merupakan cara pengarang memaparkan suatu tema dalam
cerita, yang dapat menghasilkan karya yang khas.
2.4.2
Unsur ekstrinsik cerpen
Unsur ekstrinsik cerpen merupakan
unsur yang melatarbelakangi diluar cerita misalnya yaitu yang berhubungan
dengan Unsur-Unsur Kehidupan. Misalnya Unsur Sosial, dimana unsur
sosial melatar belakangi cerita tersebut dimana dapat dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari misalnya kerjasama. Unsur-unsur tersebut bisa anda
tuliskan setelah anda membaca cerita tersebut. Tidak hanya unsur sosial tetapi
ada juga unsur agama, atau yang melatar belakangi kehidupan pengarang sehingga
ia ceritakan lewat sebuah tulisan.
Unsur ekstrinsik Cerpen adalah
unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung
mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik
meliputi:
Nilai-nilai ekstrinsik dalam cerita
yaitu (agama, budaya, sosial, moral)
2.4.2.1 Nilai Agama
Nilai agama yaitu nilai-nilai dalam
cerita yang berkaitan dengan aturan/ajaran yang bersumber dari agama tertentu.
Sastra pada umumnya bertalian dengan
religiusitas manusia dan humanisme. Manusia alam dan religiusitas membentuk
sistem kehidupan. Dalam teori klasik, alamlah yang memberikan inspirasi menggerakkan
hati dan tangan manusia dalam penciptaan sesuatu seperti halnya menciptakan
suatu karya yang bisa disebut karya sastra (Jarkasi, 2002:1).
Dari pengertian di atas dapat
penulis ulas, bahwa nilai religius itu tidak pernah terlepas dari manusia dan
masyarakat yang membentuk seuatu kehidupan. Juga yang berisi inspirasi
menggerakkan hati dan tangan manusia utnuk menciptakan sesuatu jalan yang lebih
baik.
2.4.2.2 Nilai Moral
Nilai moral yaitu nilai-nilai
dalam cerita yang berkaitan dengan akhlak/perangai atau etika. Nilai moral
dalam cerita bisa jadi nilai moral yang baik, bisa pula nilai moral yang
buruk/jelek.
Wujud moral dalam karya fiksi dapat
berupa hal-hal berikut:
1. hubungan manusia dengan dirinya
sendiri;
2. hubungan manusia dengan manusia lain
dalam lingkup sosial.
3. hubungan manusia dengan
lingkungan alam sekitarnya;
4. hubungan manusia dengan Tuhannya.
Pesan moral yang sampai kepada
pembaca dapat ditafsirkan berbeda- beda oleh pembaca. Hal ini berhubungan
dengan cara pembaca mengapresiasi isi cerita. Pesan moral tersebut dapat berupa
cinta kasih, persahabatan, kesetiakawanan sosial, sampai rasa takjub kepada
Tuhan. Untuk melatih Anda mengenal unsur moral dalam cerita fiksi,
2.4.2.3 Nilai Budaya
Nilai budaya adalah nilai-nilai yang
berkenaan dengan kebiasaan/tradisi/adat-istiadat yang berlaku pada suatu
daerah.
Dari pengertian di atas, penulis
dapat mengulas bahwa nilai budaya itu merupakan nilai kebiasaan, tradisi atau
adat istiadat yang ada dalam suatu masyarakat.
2.4.2.4 Nilai Sosial
Nilai sosial yaitu nilai-nilai yang
berkenaan dengan tata pergaulan antara individu dalam masyarakat. Latar
belakang kehidupan pengarang dan situasi sosial ketika cerita itu diciptakan.
Dari pengertian di atas, penulis
dapat mengulas bahwa nilai sosial adalah nilai-nilai yang berhubungan dalam
kehidupan bermasyarakat atau sebuah latar belakang pengarang ketika cerita itu
diciptakan.
2.5 Pembagian Cerpen
2.5.1 Pembagian
cerpen menurut jumlah kata
Berdasarkan jumlah katanya, cerpen
dipatok sebagai karya sastra berbentuk prosa fiksi dengan jumlah kata berkisar
antara 750-10.000 kata. Berdasarkan jumlah katanya, cerpen dapat
dibedakan menjadi 3 tipe, yakni.
1. Cerpen
mini (flash), cerpen dengan jumlah kata antara 750-1.000 buah.
2. Cerpen
yang ideal, cerpen dengan jumlah kata antara 3.000-4000 buah.
3. Cerpen
panjang, cerpen yang jumlah katanya mencapai angka 10.000 buah. Cerpen. Jenis
ini banyak ditulis oleh cerpenis Amerika Serikat, Amerika Latin, dan Eropa pada
kurun waktu 1940-1960 (Pranoto, 2007:13-14).
2.5.2 Cerpen Menurut Teknik
Mengarangnya
1.
Cerpen sempurna (well made short-story).
Cerpen yang terfokus pada satu tema
dengan plot yang sangat jelas, dan ending yang mudah dipahami. Cerpen jenis ini
pada umumnya bersifat konvensional dan berdasar pada realitas (fakta). Cerpen
jenis ini biasanya enak dibaca dan mudah dipahami isinya. Pembaca awam bisa
membacanya dalam tempo kurang dari satu jam.
2. Cerpen
tak utuh (slice of life short-story).
Cerpen yang tidak terfokus pada satu
tema (temanya terpencar-pencar), plot (alurnya) tidak terstruktur, dan
kadang-kadang dibuat mengambang oleh cerpenisnya. Cerpen jenis ini pada umumnya
bersifat kontemporer, dan ditulis berdasarkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang
orisinal, sehingga lajim disebut sebagai cerpen ide (cerpen gagasan). Cerpen
jenis ini sulit sekali dipahami oleh para pembaca awam sastra, harus dibaca
berulang kali baru dapat dipahami sebagaimana mestinya. Para pembaca awam sastra
menyebutnya cerpen kental atau cerpen berat.
2.5.3 Cerpen Menurut Tahap
Penulisannya
Tahap penulisan cerpen menurut
Sumardjo (2001:70), adalah sebagai berikut.
1. Tahap
persiapan
2. Tahap
inskubasi
3. Tahap
inspirasi
4. Tahap
penulisan
Dari pendapat ahli di atas, penulis
dapat mengulas bahwa dalam tahap penulisan cerpen seorang harus mematuhi
tahap-tahap yang telah disediakan yaitu persiapan, tahap inkubasi, tahap
enspirasi dan selanjutnya tahap penulisan. Dilakuknnya tahapan-tahapan ini
supaya pengarang mudah dalam melakukan penulisan.
2.6 Tujuan Menulis Cerpen
Tujuan
menulis cerpen menurut seorang ahli adalah sebagai berikut:
Ø Memberikan informasi
Ø Mencerahkan jiwa
Ø Ekspresi diri
Ø Mengedepankan idealisme
Ø Mengemukakan opini
Ø Menghibur
Dari tujuan menulis cerpen di atas,
dapat penulis ulas bahwa tujuan menulis cerpen adalah untuk memberikan iformasi
kepada pembaca, mencerahkan jiwa pengarang dan pembacanya, mengekspresikan diri
pengarang, mengedepankan idealisme pengarang, mengemukakan opini, dan menghibur
pengarang atau menghibut pembaca.
2.7 Manfaat Menulis
Cerpen
Beberapa manfaat menulis cerpen
secara umum yaitu sebagai berikut:
1. Melatih
kita berani mengekspresikan diri melalui kata-kata tanpa harus ada partner
bicara secara langsung.
2. Menuntun
kita memasuki dunia seni yang menjanjikan keindahan yang melebihi logika dan
kata.
3. Memampukan
kita â€saying one thing and meaning another thingâ€, dapat
menyampaikan makna ganda yakni yang tersurat dan tersirat.
Manfaat menulis cerpen menurut Yunus
(2002:4) dalam Nugroho (2009), adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan
kecerdasan
2. Meningkatkan
daya inisiatif dan kreatif
3. Menumbuhkan
keberanian
4. Mendorong
kemauan
Dari manfaat menulis di atas,
penulis dapat mengulas bahwa manfaat dari menulis adalah untuk meningkatkan
kecerdasan, meningkatkan kemampuan dalam berkarya, menumbuhkan kebernian untuk
mengeluarkan ekspresi dirinya, dan juga dapat mendorong kemauan seseorang utnuk
melakuan penulisan.
Lain halnya dengan pendapat ahli di
bawah ini yang menyatakan bahwa manfaat menulis cerpen yaitu,
Nuryatin (2008), dalam Konferensi
Internasional Kesusastraan XIX/HISKI dalamhttp://clubbing.kapanlagi.com/threads/116410 mengatakan
bahwa keterampilan menulis karya sastra akan dapat dijadikan bekal Life
Skill bagi para siswa yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai satu
mata pencaharian.
Dari pernyataan di atas, penulis
dapat mengulas bahwa manfaat menulis cerpen dalam pandangan Nuryatin adalah
untuk mengembangkan kemampuan para siswa dalam berkarya, dan suatu saat dengan
karya tulisnya itu dapat menjadikan sebuah mata pencaharian.
Jadi, dari beberapa pendapat
mengenai manfaat menulis cerpen, penulis dapat menyimpulkan manfaat penulisan
cerpen itu ialah sebagai berikut:
a. Menambah
wawasan
b. Menambah
daya kreatifitas
c. Menambah
keberanian dalam mengekspresikan ide
d. Mendorong
kemauan berkarya
2.8 Cara atau
Langkah-langkah Membuat Cerpen
Berikut ini adalah tahap-tahap
penulisan cerpen:
1. Menentukan
tema cerpen.
Tema merupakan permasalahan dasar
yang menjadi pusat perhatian dan akan diuraikan agar menjadi jelas. Tema sangat
berkaitan dengan amanat/ pesan/ tujuan yang hendak disampaikan kepada diri
pembaca.
2. Mengumpulkan
data-data.
Mencari keterangan, informasi,
dokumen yang terkait dengan peristiwa/ pengalaman yang menjadi sumber inspirasi
cerita.
3. Menentukan
garis besar alur atau plot cerita.
Secara bersamaan dengan tahap ini,
menciptakan tokoh dan menentukan latar cerita.
4. Menetapkan
titik pusat kisahan atau sudut pandang pengarang.
5. Mengembangkan
garis besar cerita menjadi cerita utuh.
6. Memeriksa
ejaan, diksi, dan unsur-unsur kebahsaan lain serta memperbaikinya jika terdapat
kekeliruan.
Dari uraian mengenai tahap-tahap
menulis cerpen di atas dapat diulas bahwa, menulis cerpen dapat dilakukan
dengan yang bertahap-tahap tautu dengan menentukan temanya dahulu, kemudian
mencari data serta membuat garis besar alur atau plot cerita, menetapkan sudut
pandang yang akan dipakai dalam cerita, mengembangkan garis besar cerita yang
telah tersusun, serta menyusun diksi dan kebahasaan yang dipakai dalam cerita.
Tidak jauh beda halnya dengan cara
atau langkah-langkah lain dalam membuat cerpen dari pernyataan di bawah ini.
Cara lain dalam menulis cerpen
adalah sebagai berikut:
i. Menentukan
judul yang menarik
ii. Keaslian
ide
iii. Materi
yang kuat
iv. Opini
yang oke
v. Karakterisasi
vi. Narasi
vii. Ending
yang menawan
viii. Mematuhi
EYD
ix. Ikuti
aturan
Dari
hal-hal di atas, dapat diulas bahwa cara membuat cerpen adalah harus memenuhi
ketentuan yang ada, yaitu menentukan judul terlebih dahulu, ide yang dituangkan
merupakan ide kita sendiri,memiliki materi yang kuat untuk mendukung jalannya
ceriya, terdapat opini, perwatakan, membuat ending yang baik dan menarik
sehingga pembaca tidak cepat lupa terhadap yang telah dituliskn oleh pengarang.
Dala membuat cerpen juga harus menuruti dan mematuhi EYD yang berlaku.
Sedikit berbeda dengan pendapat ahli
berikut yang memaparkan mengenai cara atau langkah-langkah menulis cerpen.
Menurut http://www.google.co.id/search?qlangkah-langkah
dalam menulis cerpen adalah sebagai berikut:
1. Mencari
ide atau gagasan atau inspirasi.
2. Membuat
kerangka karangan
3. Menulis
karangan
4. Mengoreksi
5. Mngirim
ke media masa
Jadi,
dari kedua langkah-langkah membuat cerpen di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa dalam membuat cerpen adalah sebagai beriikut:
1. Menentukan
tema
2. Membuat
satu peristiwa penting
3. Menentukan
tokoh dan karakter tokoh
4. Membuat
ending yang baik
5. Tidak
terlepas dari aturan EYD
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
Dalam
bab ini akan di sajikan mengenai simpulan dan saran penulis bagi pembaca,
yaitu: (1) Simpulan, (2) Saran.
3.1 Simpulan
Cerpen atau Cerita
Pendek sering sekali kita temukan diberbagai media massa bahkan dipelajaran
sekolah, bener nggak sobat terpopuler? Walaupun sudah sering sekali mendengar
kata Cerpen atau Cerita Pendek namun ternyata masih banyak juga yang belum
terlalu memahami apa itu Pengertian Cerpen dan apa saja ciri-ciri cerpen. Oleh
karena itu, kali ini ayo kita sama-sama membahas tentang Pengertian Cerpen dan
ciri-ciri cerpen serta tidak lupa Unsur Intrinsik Cerpen dan Unsur Ekstrinsik
Cerpen.
Cerita pendek atau sering
disingkat sebagai cerpen adalah salah satu
bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan
langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang,
seperti novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses
mengandalkan teknik-teknik
sastra, seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insightsecara
lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang.
Sedangkan Menurut Sumardjo dan Saini Cerpen atau cerita pendek
adalah cerita atau parasi fiktif yang dibuat relatif singkat atau
pendek.
3.2 Saran
Berdasarkan
simpulan di atas, ada beberapa saran antara lain:
1. Penulis
berharap para pembaca tidak hanya membaca makalah ini dengan iseng-iseng,
tetapi pembaca mau mempelajari isi dari makalan ini untuk pengetahuan atau
penngamalan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam pendidikan.
2. Pembaca
diharapkan untuk dapat mengambil kebaikan-kebaikan yang terdapat dalam makalah
ini, serta bisa mengamalkannya dalam kehidupan.
3. Pembaca
juga diharapkan untuk dapat memberikan pengarahan apabila dalam makalah ini
masih terdapat kekurangn atau kesalahan, guna untuk memberikan motifasi kepada
penulis untuk lebih baik lagi dalam menyusun malakah.
DAFTAR PUSTAKA
Djuri, O. Setawan. 2005. Panduan
Membuat Karya Tulis. Bandung: Yrama Widya.
Adul, J. S. 1985. Bahasa
Indonesia Baku. Jakarta: PT Gramedia.
Nafiah, A. Hadi. 1981. Anda
Ingin Jadi Pengarang. Surabaya: Usaha Nasional.
Tarigan, Djago. 1981. Membina
Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung: Angasa.
http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/29/unsur-unsur-intrinsik-dalam-prosa/
http://www.moondancefilmfestival.com/
http://duniabaca.com/pengertian-menulis-menurut-para-ahli.html
http://www.google.co.id/search?q=manfaat+menulis+cerpen&ie=utf-8&oe=utf- 8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a
http://www.google.co.id/search?q=nilai+moral+dalam+cerpen&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a
Demikianlah materi tentang Makalah Cerpen yang sempat kami berikan. semoga materi yang kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak materi seputar Makalah Geografi yang telah kami posting sebelumnya. semoga materi yang kami berikan dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih. Semoga dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.
Anda dapat mendownload Makalah diatas dalam Bentuk Document Word (.doc) melalui link berikut.
EmoticonEmoticon