Makalah Diksi - Jika dalam postingan ini, anda kurang mengerti atau susunanya tidak teratur, anda dapat mendownload versi .doc makalah berikut :
Makalah Diksi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ DIKSI
DALAM BAHASA INDONESIA ”.
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami menemukan kesulitan-kesulitan.Hal
ini disebabkan karena kurangnya ilmu pengetahuan kami. Namun berkat bimbingan
dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dalam waktu yang
tepat. Dengan makalah ini kami berharap
dapat memberikan informasi kepada para pembaca mengenai penggunaan diksi yang baik dan benar dalam
berkomunikasi baik lisan maupun tulisan.
Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan bagi pembaca dan bagi yang
masih peduli dengan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah
ini.
Palopo, Oktober
2013
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................... 1
Daftar Isi ..................................................................................................... 2
Bab I Pendahuluan...................................................................................... 3
A.
Latar Belakang............................................................................ 3
B.
Rumusan Masalah....................................................................... 4
C.
Tujuan ........................................................................................ 4
D.
Manfaat ...................................................................................... 4
Bab II Pembahasan...................................................................................... 5
A. Pengertian Dan Fungsi Diksi ..................................................... 5
B. Kosa Kata................................................................................... 6
C. Nilai Kata.................................................................................. 10
D. Pengeseran Dan Tambahan Makna Kata.................................. 14
E. Gaya Bahasa.............................................................................. 18
Bab III Penutup ........................................................................................ 20
A. Kesimpulan .............................................................................. 20
B. Kritik ........................................................................................ 21
C. Saran......................................................................................... 21
Daftar Pustaka........................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bahasa Indonesia dalam perkembangannya memang telah mengalami
pasang surut.Pemakaian kata dan struktur ejaannya sering dikacaukan karena
mengikuti perkembangan zaman.Bahkan atas nama modernisasi,orang
jadi cenderung malu untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sehingga orang
semakin mengesampingkan pentingnya penggunaan bahasa,
terutama dalam tata cara pemilihan kata. Terkadang kita pun tidak mengetahui
pentingnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga ketika
kita berbahasa, baik lisan maupun tulisan, sering mengalami
kesalahan dalam penggunaan kata, frasa, paragraf, dan
wacana.
Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, pemahaman
penggunaan diksi atau pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan
mungkin vital, terutama untuk menghindari
kesalapahaman dalam berkomunikasi. Dengan
demikian, kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi harus dipahami dalam
konteks alinea dan wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat dipergunakan
dengan sewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus digunakan dengan
mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Diksi atau pemilihan kata
merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam berkomunikasi. Diksi bukan hanya soal
pilih-memilih kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut
terhadap makna dan informasi yang ingin disampaikan.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan
dibahas adalah sebagai berikut :
- Pengertian
dan fungsi diksi
- Kosa kata
- Nilai kata
- Pengeseran dan tambahan makna kata
- Gaya bahasa
C.
Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui arti diksi atau
pilihan kata dalam bahasa Indonesia.
Dan mampu menggunakan bahasa
yang tepat dalam berkomunikasi,
sehingga menghasilkan makna yang tepat pada setiap gagasan yang ingin
disampaikan.
D.
Manfaat
Adapun manfaat
dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
- Mahasiswa dapat mengetahui penggunaan diksi yang baik dan benar dalam pengolahan kata.
- Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan
kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah
dimengerti
3. Ketepatan diksi dalam menyampaikan suatu gagasan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Fungsi Diksi
1. Pengertian Diksi
Keterbatasan
kosakata yang dimiliki seseorang dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat
seseorang tersebut mengalami kesulitan mengungkapkan maksudnya kepada orang
lain. Sebaliknya, jika seseorang terlalu berlebihan dalam menggunakan kosa
kata, dapat mempersulit diterima
dan dipahaminya maksud dari isi pesan yang hendak
disampaikan. Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal demikian, seseorang harus
mengetahui dan memahami bagaimana pemakaian kata dalam komunikasi. Salah satu
yang harus dikuasai adalah diksi atau pilihan kata. Menurut Enre (1988: 101)
diksi atau pilihan kata adalah penggunaan kata-kata secara tepat untuk mewakili
pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi
berarti "pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang
diharapkan)”.Pendapat lain dikemukakan oleh Keraf (1996: 24) yang menurunkan tiga
kesimpulan utama mengenai diksi, antara lain sebagai berikut.
· Pilihan kata atau
diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan
gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata yang tepat.
· Pilihan kata atau
diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan
yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai atau cocok
dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
· Pilihan kata yang
tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan sejumlah besar kosa kata atau
perbendaharaan kata bahasa.
Dari beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pemilihan dan pemakaian
kata oleh pengarang dengan mempertimbangkan aspek makna kata yaitu makna
denotatif dan makna konotatif sebab sebuah kata dapat menimbulkan berbagai
pengertian.
2.
Fungsi Diksi
Fungsi diksi ialah sebagai sarana
mengaktifkan kegiatan berbahasa (komunikasi) yang dilakukan seseorang untuk
menyampaikan maksud serta gagasannya kepada orang lain dan membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi,
resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca serta mencegah perbedaan penafsiran agar tercapai
komunikasi yang efektif.
B. Kosa Kata
Menurut kamus, diksi berarti pilihan kata yang tepat dan selaras
(dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu seperti yang diharapkan. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan
oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau pembendaharaan kata bahasa itu.
Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah
keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa
Masalah : Apakah
kata-kata di bawah ini sudah tepat?
01. Mana yang artinya diam? A. Pasien itu tak bergeming. B. Pasien itu bergeming.
Pasien itu diam. Pasien itu tak bergerak sedikit pun.
02. Mana yang baik? A. Kita perlu hidup konsumerisme. B. Kita perlu mencegah konsumerisme.
Kita perlu hidup melindungi konsumen. Kita perlu gaya hidup.
03. Mana yang benar? A. Perilakunya yang baik itu boleh senonoh. B. Perilaku yang baik itu tidak senonoh.
Penjelasan:
1. geming; ge.ming
[Jk] , ber.ge.ming v tidak bergerak sedikit juga; diam
2. konsumerisme; kon.su.mer.is.me
[n] (1) gerakan atau kebijakan untuk melindungi konsumen dengan menata metode dan standar kerja produsen, penjual, dan pengiklan; (2) paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dsb; gaya hidup yang tidak hemat: -- jangan sampai ditumbuhkan dalam masyarakat.
01. Mana yang artinya diam? A. Pasien itu tak bergeming. B. Pasien itu bergeming.
Pasien itu diam. Pasien itu tak bergerak sedikit pun.
02. Mana yang baik? A. Kita perlu hidup konsumerisme. B. Kita perlu mencegah konsumerisme.
Kita perlu hidup melindungi konsumen. Kita perlu gaya hidup.
03. Mana yang benar? A. Perilakunya yang baik itu boleh senonoh. B. Perilaku yang baik itu tidak senonoh.
Penjelasan:
1. geming; ge.ming
[Jk] , ber.ge.ming v tidak bergerak sedikit juga; diam
2. konsumerisme; kon.su.mer.is.me
[n] (1) gerakan atau kebijakan untuk melindungi konsumen dengan menata metode dan standar kerja produsen, penjual, dan pengiklan; (2) paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dsb; gaya hidup yang tidak hemat: -- jangan sampai ditumbuhkan dalam masyarakat.
3. senonoh; se-no-noh. a. tidak ..., kurang ...
tidak patut, tidak sopan, tentang perrkataan, perbuatan, tidak menentu, tidak
manis dipandang.
Kesimpulan yang
benar:
01. Yang artinya diam jawaban B.
A. Pasien itu tak bergeming. B. Pasien itu bergeming.
Pasien itu diam. Pasien itu tak bergerak sedikit pun.
02. Kalimat yang baik B. A. Kita perlu hidup konsumerisme. B. Kita perlu mencegah konsumerisme.
Kita perlu hidup melindungi konsumen. Kita perlu gaya hidup.
03. Jawaban yang benar B. A. Perilakunya yang baik itu boleh senonoh. B. Perilaku yang baik itu tidak boleh senonoh.
Pasien itu diam. Pasien itu tak bergerak sedikit pun.
02. Kalimat yang baik B. A. Kita perlu hidup konsumerisme. B. Kita perlu mencegah konsumerisme.
Kita perlu hidup melindungi konsumen. Kita perlu gaya hidup.
03. Jawaban yang benar B. A. Perilakunya yang baik itu boleh senonoh. B. Perilaku yang baik itu tidak boleh senonoh.
Kata Baku
|
Tidak baku
|
apotek
atlet
bus
cenderamata
konkret
sistem
telepon
pertanggungjawaban
pelanggan
utang
hakikat
kaidah
dipersilakan
anggota
pihak
disahkan
lesung pipi
mengubah
mengesampingkan
kualitas
universitas
teater
struktur
monarki
devaluasi
abstrak
akomodasi
legalisiasi
diagnosis
hipotesis
deputi
kultur
sekuritas
aktivitas
relatif
repertoar
kongres
|
Apotik
atlit
bis
cinderamata
konkrit-kongkrit
sistim
tilpon-telpon
pertanggung jawaban
langganan
hutang
hakekat
kaedah
dipersilahkan
anggauta
fihak
disyahkan
lesung pipit
merubah
mengenyampingkan
kwalitas
university
theatre
structure
monarkhi
defaluasi
abstrac
akomodir
legalisir
diadnosa
hipotesa
culture
deputy
Security
aktifitas
relative
repertoire
konggres
|
C. Nilai Kata
Jika kita
menulis atau berbicara, kita itu selalu menggunakan kata. Kata tersebut
dibentuk menjadi kelompok kata, klausa, kalimat, paragraph dan akhirnya sebuah
wacana.
Di dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan
kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti
pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau
menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa,
ungkapan-ungkapan dan sebagainya
1.
Makna
Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna
wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu
pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna
denotatif disebut makna konseptual. Kata makan misalnya, bermakna memasukkan
sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini
adalah makna denotatif.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai
akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan
pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti
untung atau pukul.
2.
Makna Umum
dan Khusus
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes.
Ikan tidak hanya mujair atau tidak
seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan
mas. Sebaliknya, tawes pasti tergolong jenis ikan demikian juga gurame, lele,
sepat, tuna, dan baronang pasti merupakan jenis ikan. Dalam hal ini kata
acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang
acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes,
dan ikan mas.
3.
Kata abstrak
dan kata konkret.
Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra disebut kata
konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika
acuan sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata
abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk
mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan
yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral
atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan. Karangan tersebut dapat menjadi
samar dan tidak cermat.
4.
Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna
yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya
ada kesamaan atau kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata itu
bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar. Kesinoniman kata masih berhubungan dengan
masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.
5.
Kata Ilmiah dan kata popular
Kata ilmiah
merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar,
terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta
diskusi-diskusi khusus.
Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata
populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat
disimpulkan, kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau
pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah,
laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi.
Agar dapat memahami
perbedaan antara kata ilmiah dan kata populer, berikut daftarnya:
Kata Ilmiah
|
Kata popular
|
Analogi
|
Kiasan
|
Final
|
Akhir
|
Diskriminasi
|
perbedaan perlakuan
|
Prediksi
|
Ramalan
|
Kontradiksi
|
Pertentangan
|
Format
|
Ukuran
|
Anarki
|
Kekacauan
|
Biodata
|
biografi singkat
|
Bibliografi
|
daftar pustaka
|
6.
Kata Serapan
Kata serapan adalah
kata yang di adopsi dari bahasa asing yang sudah sesuai dengan EYD. Kata
serapan merupakan bagian perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia telah
banyak menyerap terutama dalam unsur kosa kata. Bahasa asing yang masuk dan
memberi pengaruh terhadap kosa kata bahasa Indonesia antara lain dari bahasa
Sansekerta, bahasa Belanda, bahasa Arab, bahasa Inggris dan ada juga dari
bahasa Tionghoa. Analogi dan Anomali kata serapan dalam bahasa Indonesia.
Penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia terdapat 2 unsur, yaitu:
- Keteraturan bahasa (analogi) : dikatakan
analogi apabila kata tersebut memiliki bunyi yang sesuai antara ejaan dengan
pelafalannya.
- Penyimpangan atau ketidakteraturan bahasa
(anomali) : dikatakan anomali apabila kata tersebut tidak sesuai antara ejaan
dan pelafalannya.
7.
Analogi
Analogi adalah keteraturan bahasa, tentu saja lebih banyak
berkaitan dengan kaidah-kaidah bahasa, bisa dalam bentuk sistem fonologi,
sistem ejaan atau struktur bahasa. Ada beberapa contoh kata yang sudah sesuai
dengan sistem fonologi, baik melalui proses penyesuaian ataupun tidak, misalnya
:
Menurut taraf
integrasinya unsur pinjaman ke dalam bahasa asing dapat dibagi dua golongan.
Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia.
Unsur seperti ini di pakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi penulisan dan
pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua unsur pinjaman yang pengucapan
dan tulisannya telah di sesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
8.
Anomali
Indonesia
|
Aslinya
|
bank
|
bank
(Inggris)
|
Intern
|
intern
(Inggris)
|
jum’at
|
jum’at
(Arab)
|
Kata-kata di atas
merupakan beberapa contoh kata serapan dengan unsur anomali. Bila kita amati,
maka akan dapat di simpulkan bahwa lafal yang kita keluarkan dari mulut dengan
ejaan yang tertera, tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Hal yang tidak
sesuai adalah : bank=(nk), jum’at=(’).
Kata-kata asing yang
diserap ke dalam bahasa Indonesia secara utuh tanpa mengalami perubahan
penulisan memiliki kemungkinan untuk di baca bagaimana aslinya, sehingga timbul
anomali dalam fonologi. Contoh :
Indonesia
|
Aslinya
|
Expose
|
Expose
|
Export
|
Export
|
exodus
|
Exodus
|
Kata kadang-kadang
tidak hanya terdiri dari satu morfem, ada juga yang terdiri dari dua morfem
atau lebih. Sehingga penyerapannya dilakukan secara utuh. Misalnya :
Indonesia
|
Aslinya
|
Federalisme
|
federalism (Inggris)
|
Bilingual
|
bilingual (Inggris)
|
Dedikasi
|
dedication (Inggris)
|
Edukasi
|
education (Inggris)
|
D. Pengeseran Dan Tambahan Makna Kata
Bahasa berkembang sesuai dengan tuntutan
masyarakat pemakainya. Pengembangan diksi terjadi pada kata. Namun, hal ini
berpengaruh pada penyusunan kalimat, paragraph, dan wacana. Pengembangan
tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi. Komunikasi kreatif
berdampak pada perkembangan diksi, berupa penambahan atau pengurangan kuantitas
maupun kualitasnya. Selain itu, bahasa berkembang sesuai dengan kualitas
pemikiran pemakainya. Perkembangan dapat menimbulkan perubahan yang mencakup
perluasan, penyempitan, pembatasan, pengaburan, dan pergeseran makna.
Faktor penyebab perubahan makna:
1.
Kebahasaan
Perubahan makna yang ditimbulkan oleh factor kebahasaan
meliputi perubahan intonasi, bentuk kata, dan bentuk kalimat.
a. Perubahan
intonasi adalah perubahan makna yang diakibatkan oleh perubahan nada, irama,
dan rekanan. Kalimat berita Ia makan. Makna
berubah jika intonasi kalimat diubah, misalnya: Ia makan? Ia makan? Ia maakaaan. Perbedaan kalimat berikut ini
diakibatkan oleh perubahan intonasi.
Paman teman saya belum menikah.
Paman, teman saya belum menikah.
Paman, teman, saya belum menikah.
Paman, teman, saya, belum menikah.
b. Perubahan
struktur frasa: kaleng susu ( kaleng
bekas tempat susu) susu kaleng (susu
yang dikemas dalam kaleng), dokter anak
(dokter spesialis penyakit anak) anak
dokter (anak yang dilahirkan oleh orang tua yang menjadi dokter)
c. Perubahan bentuk kata adalah
perubahan makna yang ditimbulkan oleh perubahan bentuk.
tua (tidak
muda)jika ditambah awalan ke- menjadi ketua., makna berubah menjadi pemimpin; sayang ( cinta) berbeda dengan penyayang
(orang yang mencintai) memukul (orang
yang memukul) berbeda dengan dipukul (orang yang dikenai pukulan).
d. Kalimat akan berubah
makna jika strukturnya berubah. Perhatikan kalimat berikut ini:
(1) Ibu Rina menyerahkan laporan itu lantas dibacanya.
(2) Karena sudah diketahui sebelumnya, satpam segera dapat
meringkus pencuri itu.
Kalimat pertama: salah bentuk kata sehingga menghasilkan
makna Ibu ratna dibaca setelah
menyerahkan surat. (Aneh bukan?) kesalahan terjadi pada kesejajaran bentuk
kata menyerahkan dan diserahkan, seharusnya menyerahkan dibentuk pasif menjadi diserahkan.
2. Kesejarahan
Kata perempuan
pada zaman penjajahan Jepang digunakan untuk menyebut perempuan penghibur.
Orang menggantinya dengan kata wanita.
Kini setelah orang melupakan peristiwa tersebut menggunakannya kembali, dengan
pertimbangan, kata perempuan lebih
mulia dibanding kata wanita. Perhatikan
penggunaan kata yang bercetak miring pada masa lalu dan bandingkan dengan pemakaian pada masa sekarang.
Prestasi orang itu berbobot.
(sekarang berkualitas)
Prestasi kerjanya mengagumkan. (Sekarang kinerja)
3. Kesosialan
Masalah social berpengaruh terhadap perubahan makna. Kata gerombolan yang pada mulanya bermakna
orang berkumpul atau kerumunan. Kemudian kata itu tiak digunakan karena
berkonotasi dengan pemberontak, perampok, dan sebagainya. Perhatikan
kata-kata berikut:
Petani kaya disebut petani
berdasi
Militer disebut baju hijat
Guru disebut pahlawan
tanpa tanda jasa
4. Kejiwaan
Perubahan makna karena faktor kejiwaan ditimbulkan oleh
pertimbangan:
a. Rasa takut
b.
Kehalusan ekspresi
c. Kesopanan
Misalnya pada masa Orde Baru, orang takut (khawatir) banyak utang (komersial) merupakan
kinerja buruk bagi pemerintah, kata tersebut diganti dengan bantuan atau pinjaman . Padahal, utang
(komersial) dan bantuan berbeda
makna. Demikian pula, kata korupsi
diganti dengan menyalahgunakan jabatan. Perhatikan
contoh berikut:
a. Tabu:
Pelacur disebut tunasusila
atau penjaja seks komersial (PSK)
Germo disebut hidung
belang
b.
Kehalusan (pleonasme)
Bodoh disebut kurang
pandai
Malas disebut kurang rajin
c. Kesopanan
Kekamar mandi disebut ke belakang
Sangat baik disebut tidakburuk
5. Bahasa Asing
Perubahan makna karena faktor bahasa asing, misalnya: tempat orang terhormat diganti dengan
VIP. Perhatikan
cotoh berikut ini:
Jalur kereta
khusus disebut busway
Kereta api satu
rel disebut monorel
6. Kata Baru
Kreativitas pemakai bahsa berkembang terus sesuai dengan
kebutuhannya. Kebutuhan tersebut memerlukan bahasa sebagai alt ekspresidan
komunikasi. Kebutuhan tersebut mendorong untuk menciptakan istilah baru bagi
konsep baru yang ditemukannya, misalnya: chip,
server, download, website, dvd dan, sebagainya
E. Gaya Bahasa
Gaya bahasa ditentukan oleh ketepatan dan
kesesuaian pilihan kata. Kalimat, paragraf, atau wacana menjadi efektif jika
dieksprikan dengan gaya bahasa yang tepat. Gaya bahasa mempengaruhi
terbentuknya suasana, kejujuran, kesopanan, kemenarikan, tingkat keresmian,
atau realita. Gaya resmi misalnya dapat membawa pembaca/ pendengar ke dalam
suasana serius dan penuh perhatian. Suasana tidak
resmi mengarahkan pembaca/ pendengar ke dalam situasi rileks tapi
efektif. Gaya percakapan membawa suasana ke dalam situasi realistis.
Selain itu, pilihan dan kesesuaian kata yang
didukung dengan tanda baca yang tepat dapat menimbulkan nada kebahasaan, yaitu
sugesti yang terekspresi melalui rangkaian kata yang disertai penekanan mampu
menghasilkan daya persuasi yang tinggi. Gaya bahasa berdasarkan nada yang
dihasilkan pilihan kata ini ada tiga macam, yaitu:
1. Gaya
bahasa bernada rendah (gaya sederhana) menghasilkan ekspresi pesan yang mudah
dipahami oleh berbagai lapisan pembaca, misalnya dalam buku-buku pelajaran,
penyajian fakta, dan pembuktian.
2.
Gaya bahasa bernada menengah, rangkaian kata
yang disusun berdasarkan kaidah sintaksis dengan menimbulkan suasana damai dan
kesejukan, misalnya: dalamseminar, kekeluargaan, dan kesopanan.
3.
Gaya bahasa bernada tinggi mengekspresikan
maksud degnan penuh tenaga, menggunakan pilihan kata yang penug vitalitas,
energi, dan kebenaran universal. Gaya ini menggunakan kata-kata yang penuh
keagungan dan kemuliaan yang dapat menghanyutkan emosi pembaca dan
pendengarnya. Gaya ini sering digunakan untuk
menggerakkan massa dalam jumlah yang sangat banyak.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diksi adalah
pemilihan dan pemakaian kata oleh pengarang dengan mempertimbangkan aspek makna
kata yaitu makna denotatif dan makna konotatif sebab sebuah kata dapat
menimbulkan berbagai pengertian.
Fungsi diksi yaitu
untuk mencegah kesalapahaman / perbedaan penafsiran dan membentuk
gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga
menyenangkan pendengar atau pembaca.
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna konotatif adalah makna
asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi,
dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual
Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas
dari kata yang lain. Makna khusus adalah makna yang memiliki
ruang lingkup cakupan yang sempit dari kata yang lain.
Kata konkreat adalah kata
yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra Kata abstrak mampu membedakan
secara halus gagasan yang sifat teknis dan khusus.
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna
yang sama, tetapi bentuknya berlainan.
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Yang
membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata populer
digunakan dalam komunikasi sehari-hari.
Kata serapan adalah
kata yang di adopsi dari bahasa asing yang sudah sesuai dengan EYD. Analogi adalah keteraturan bahasa
Faktor-faktor
penyebab pengeseran dan makna kata yaitu kebahasaan, kesejarahan, kesosialan, kejiwaan, bahasa asing, dan kata baru.
Gaya bahasa ditentukan oleh ketepatan dan kesesuaian
pilihan kata. Gaya bahasa
mempengaruhi terbentuknya suasana, kejujuran, kesopanan, kemenarikan, tingkat
keresmian, atau realita. Gaya resmi misalnya dapat membawa pembaca/ pendengar
ke dalam suasana serius dan penuh perhatian.
B. KRITIK
Di zaman
modern sekarang masyarakat sering terdikte oleh aturan-aturan tata bahasa yang salah sehingga menggunakan kata dengan tidak tepat atau bahkan salah. Dampaknya
ialah komunikasi antara kedua belah pihak terhambat di karenakan kesalahpahaman
penafsiran.
C. SARAN
Dengan berpedoman pada EYD, khususnya cara pelafalan huruf hendaknya
mengikuti aturan yang sudah dibakukan. Masyarakat juga harus mahir dalam
memilah mana kata yang tepat dan tidak tepat dengan mempelajari diksi secara
lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Aziz. 2009. Diksi atau
Pilihan Kata. http://azizturn.wordpress.com/2009/10/18/diksi-atau-pilihan-kata/. diakses pada tanggal 29
September 2013
http://tugasmanajemen.blogspot.com/2011/04/pengertian-fungsi-dan-elemen-elemen.html diakses
pada tanggal 29 September 2013
http://mettamustika.wordpress.com/2010/12/16/diksi/
diakses pada tanggal 29
September 2013
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196711031993032-NOVI_RESMINI/DIKSI_ATAU_PILIHAN_KATA_power_point.pdf diakses
pada tanggal 29 September 2013
http://makulbi.blogspot.com/2012/08/diksi-kosa-kata-bahasa-Indonesia-baku.html
diakses pada tanggal 29
September 2013
http://evimazyulianti.blogspot.com/2013/01/makalah-diksi-dan-gaya-bahasa.html
diakses pada tanggal 29
September 2013
http://susandi.files.wordpress.com/2010/11/kata-dan-diksi.ppt
diakses pada tanggal 29
September 2013
http://joystikrusakbgt.blogspot.com/2011/10/pengertian-diksi-atau-pilihan-kata-gaya.html
diakses pada tanggal 29
September 2013
http://pelitaku.sabda.org/menentukan_pemilihan_kata_diksi
diakses pada tanggal 29
September 2013
http://eprints.uny.ac.id/8251/3/BAB%202-05210144010.pdf
diakses pada tanggal 29
September 2013
Demikianlah materi tentang Makalah Diksi yang sempat kami berikan. semoga materi yang kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak materi seputar Makalah Bahasa Arab yang telah kami posting sebelumnya. semoga materi yang kami berikan dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih. Semoga dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.
Anda dapat mendownload Makalah diatas dalam Bentuk Document Word (.doc) melalui link berikut.
EmoticonEmoticon