Makalah Gunung Merapi (gunung meletus) - Jika dalam postingan ini, anda kurang mengerti atau susunanya tidak teratur, anda dapat mendownload versi .doc makalah berikut :
Makalah Gunung Merapi (gunung meletus)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Gunung
berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam
wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar
10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi,
termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk
sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah
menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau
mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum
berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan
sebenarnya daripada suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada
dalam keadaan istirahat atau telah mati.
Gunung
meletus, terjadi
akibat endapan magma di dalam perut bumi yang
didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti
inilah gunung berapi terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan batu menyembur
dengan keras sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri
daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa
dan harta benda yang besar sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bisa
mempengaruhi putaran iklim di bumi ini.
Magma
adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat
tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar
dari dalam bumi disebut .lava Suhu lava yang
dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa
batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan
lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Tidak semua gunung berapi
sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik Gunung
Meletus di Indonesia?
2. Bagaimana cara penanggulangan Pra
Bencana Gunung Meletus ?
3. Bagaimana cara penanggulangan Intra
Bencana Gunung Meletus ?
4. Bagaimana cara penanggulangan Pasca
Bencana Gunung Meletus ?
5. Bagaimana cara penanganan Gunung
Meletus berdasarkan kasus?
C.
Tujuan
1. Mengetahui karakteristik Gunung
Meletus di Indonesia.
2. Mengetahui cara penanggulangan Pra
Bencana Gunung Meletus.
3. Mengetahui cara penanggulangan Intra
Bencana Gunung Meletus.
4. Mengetahui cara penanggulangan Pasca
Bencana Gunung Meletus.
5. Mengetahui cara penanganan Gunung
Meletus berdasarkan kasus.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Bencana
Gunung Meletus
Indonesia merupakan negara yang jumlah dunung
apinya sangat banyak. Tidak kurang dari 130 gunung api aktif atau 13-17% dari
jumlah seluruh gunung api yang ada di dunia, terdapat di Indonesia.
Karena banyaknya gunung api, maka Indonesia
rawan dari bencana letusan gunung api. Sejak tahun 1.000 tahun tercatat lebih
dari 1.000 letusan dan memakan korban manusia tidak kurang dari 175.000 jiwa.
Letusan gunung Tambora pada tahun 1815 dan gunung Krakatau pada tahun 1883
merupakan dua di antara letusan yang paling hebat yang telah memakan banyak korban.
Sekiranya kepadatan penduduk seperti sekarang, tentulah letusan itu akan
membawa bencana yang lebih besar.
Selain membawa bencana, gunung api merupakan
sumber pembawa kemakmuran. Tanah yang subur selalu menutupi tubuhnya . karena
itu , penduduk selalu tertarik untuk
menetap dan mendekati gunungapi,
walaupun tempat tersebut diketahuinya berbahaya. Di sinilah terletak
permasalahan gunungapi di Indonesia, disatu pihak merupakan sumber bencana,
tapi di lain pihak merupakan sumber kesejahteraan.
Karena kondisi tersebut, maka penanggulangan
bencana gunung api tidak hanya terpusat pada gunung api, tetapi masyarakat
sekitar gunungapi yang kadang tidak mudah untuk dievakuasi. Alasannya selain
karena keterikatan dengan rumah dan lahan pertanian, juga karena adanya
kepercayaan tertentu terhadap gunungapi. Jadi penanngulangannya juga mencakup
aspek social budaya.
Setiap tipe gunung api memiliki karakteristik
letusannya masing-masing yang berbeda antara satu dengan lainnya. Gunung api
juga memiliki ciri atau perilaku yang berbeda antara satu jenis gunungapi
dengan gunung api lainnya. Karena itu, penanganannya juga bervariasi tergantung
pada karakteristik gunung api itu sendiri.
Penanggulangan bencana letusan gunung api
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu persiapan sebelum terjadi letusan, saat
terjadi letusan dan sesudah terjadi bencana.
B. Penanggulangan
Pra Bencana Gunung Meletus
Beberapa persiapan yang harus dilakukan dalam menghadapi
letusan gunung api antara lain :
- Mengenali
tanda-tanda bencana, karakter gunung api dan ancaman- ancamannya;
- Membuat
peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman;
- Membuat
sistem peringatan dini;
- Mengembangkan
Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status gunung api;
- Mencermati
dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang diterbitkan oleh instansi
berwenang;
- Membuat
perencanaan penanganan bencana;
- Mempersiapkan
jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar
(air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika diperlukan;
- Mempersiapkan
kebutuhan dasar dan dokumen penting;
- Memantau
informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api (dikoordinasi oleh
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pos pengamatan
gunung api biasanya mengkomunikasikan perkembangan status gunung api lewat
radio komunikasi.
C. Penanggulangan
Intra Bencana Gunung Meletus
Penanganan
yang harus di lakukan pada saat terjadi gunung meletus atau becana.
a.
Mengetahui
lokasi bencana dari informasi yang di dapat, dan harus memperhatikan hal-hal
berikut.
a)
Lengkapi semua informasi.
Dan klasifikasi kebenaran berita
b)
Bila benar
berita di laporkan sesuai ketentuan (alur pelaporan)
c)
Berita
distribusikan untuk kordinasi dengan unit kerja terkait (persiapan tim)
d)
Puskodalmet di
bentuk (aktifkan organisasi kerangka/ organisasi tugas yang sudah ditetapkan
saat preparednees)
e)
Sistem Komunikasi memegang peran penting
b.
Tugas
pengendalian fasilitas dan logistic seperti :
a)
Mampu mengetahui dan menyiapkan kebutuhan semua unit kerja ( fasilitas Puskodal,
fasilitas dan logistik di lapangan)
b)
Menyiapkan dan berkoordinasi dgn sektor lain dalam
penyiapan kebutuhan korban (RS lapangan, shektering pengungsi, jamban, air
bersih, transportasi tim dan korban)
c)
Mempu mengelola semua bantuan logistik dari hasil
koordinasi atau bantuan
d)
Lokasi bencana
tindakan yang harus di lakukan
1)
Lakukan seleksi
korban
2)
Untuk
memberikan prioritas pelayanan
3)
Gunakan Label /
Tag
4)
Penyelamatan
dan mengefaluasi korban maupun harta benda
5)
Memenuhi
kebutuhan dasar
6)
Penyelamatan,
serta pemulihan sarana dan prasarana
7)
Perlindungan
8)
Pengurusan
pengungsi
Yang sebaiknya
dilakukan oleh setiap orang jika terjadi letusan gunung api antara lain :
- Hindari
daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran sungai kering
dan daerah aliran lahar;
- Hindari
tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan;
- Masuk
ruang lindung darurat;
- Siapkan
diri untuk kemungkinan bencana susulan;
- Kenakan
pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana
panjang, topi dan lainnya;
- Melindungi
mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti kacamata renang
atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke dalam mata;
- Jangan
memakai lensa kontak;
- Pakai
masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung;
- Saat
turunnya abu gunung api usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah
tangan.
D. Penanggulangan
Pasca Bencana Gunung Meletus
Penyelenggaraan penanggulanagan bencana pada tahap pasca bencana yaitu:
a.
Rehabilitasi
a)
Perbaikan
lingkungan daerah bencana.
b)
Perbaikan
prasarana dan sarana umum.
c)
Pemberian
bantuan perbaikan rumah masyarakat.
d)
Pemulihan
social psikologis.
e)
Pelayanan
kesehatan
f)
Rekonsiliasi
dan resolusi konflik
g)
Pemulihan
social ekonomi budaya
h)
Pemulihan
keamanan dan ketertiban
i)
Pemulihan
fungsi pemerintahan, dan
j)
Pemulihan
fungsi pelayanan public.
b.
Rekonstruksi
a)
Pembangunan
kembali prasarana dan sarana
b)
Pembangunan
kembali sarana social masyarakat
c)
Pembangkitan
kembali kehidupan social budaya masyrakat
d)
Penerapan
rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik
e)
Partisipasi
dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan dunia usaha dan
masyarakat.
f)
Peningkatan
kondisi social, ekonomi, dan budaya
g)
Peningkatan
fungsi pelayanan public, dan
h)
Peningkatam
pelayanan utama dalam masyarakat.
E. Peran
Perawat dalam Tanggap Bencana
Peran perawat pada pra-bencana:
a. Perawat mengikuti pendidikan dan
pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam penanggulangan ancaman bencana untuk
setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai
dinas pemerintah, organisasi lingkungan, palang merah nasional, maupun
lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
c. Perawat terlibat dalam program
promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi
bencana yang meliputi hal-hal berikut.
a) Usaha pertolongan diri sendiri (pada
masyarakat tersebut)
b) Pelatihan pertolongan pertama dalam
keluarga seperti menolong anggota keluarga yang lain.
c) Pembekalan informasi tentang
bagaimana menyimpan dan membawa
persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
d) Perawat juga dapat memberikan
beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit,
dan ambulans.
e) Memberikan informasi tempat-tempat
alternatif penampungan atau posko-posko bencana.
f) Memberikan informasi tentang
perlengkapan yang dapat dibawa seperti pakaian seperlunya, radio portable,
senter beserta baterainya dan lainnya.
g) Bersama tim dokter, menyiapkan
kebutuhan rumah sakit lapangan dan tim ambulans
h) Berdiskusi bersama tim dokter tentang
penyakit yang timbul akibat bencana sehingga dapat mempersiapkan obat-obatan/alat
kesehatan yang sesuai.
Peran Perawat dalam intra bencana:
a.
Bertindak
cepat
b. Melakukan pertolongan pertama
c. Menentukan status korban berdasarkan
triase
d. Merujuk pasien segera yang
memerlukan fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
e.
Do
not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan
maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.
f.
Berkonsentrasi
penuh pada apa yang dilakukan.
g.
Koordinasi
dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create leadership).
h.
Untuk
jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan dan merancang
master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama.
Peran perawat pada pasca bencana menurut Feri dan
Makhfudli (2009) adalah perawat berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain
dalam memberikan bantuan kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik,
wound care secara menyeluruh dan merata pada daerah terjadi bencana. Saat
terjadi stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi
post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga
kriteria utama yaitu trauma pasti dapat dikenali, individu mengalami gejala
ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya
dan individu akan menunjukkan gangguan fisik, perawat dapat berperan sebagai
konseling. Tidak hanya itu perawat bersama masyarakat dan profesi lain yang
terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan
masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan
sehat dan aman. Selain itu Perawat dapat melakukan pelatihan-pelatihan
keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM
yang bergerak dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di sekitar
daerah bencana akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang
dimilikinya.
F. Analisa
Kasus yang Berkaitan dengan Bencana Gunung Meletus
Pada tanggal 13 februari 2014 tepat nya pada pukul
22.50 telah terjadi letusan gunung kelud. Gunung ini berada di perbatasan
antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang , kira-kira 27 km sebelah timur pusat Kota
Kediri.
a.
Tahap
evakuasi
-
Alat
yang dibutuhkan: masker, tandu, alat medis lainnya.
-
Tim
yang bertugas: TNI (AD, AU, AL) 8.000 pasukan, POLISI sebanyak 2.883 personil
dan relawan bertugas untuk mengevakuasi.
-
Saat status awas pada Kamis (13/2) malam, warga sudah dengan
teratur tenang dan mulai mengungsi. Perempuan, anak-anak, serta para lanjut
usia (lansia) didahulukan naik kendaraan evakuasi yang sudah disiapkan petugas,
dan terakhir para pria dewasa.
-
Alat
transportasi: truk dan mobil siaga disediakan untuk mengevakuasi korban
-
Korban
selamat, dengan jumlah pengungsi yang tersebar dibeberapa wilayah, diantaranya:
di Kabupaten Kediri, terdapat 66.319 orang pengungsi yang tersebar di 205
titik. Di Kabupaten Blitar ada 28.970 pengungsi yang tersebar di 63 titik. Di
Kabupaten Malang ada 3.610 pengungsi di 14 titik. Selanjutnya, di Kabupaten
Tulungagung terdapat 1.349 pengungsi di 11 titik serta tidak ada warga yang
hilang.
-
Sedangkan
data korban yang meninggal yaitu:
1) Pontini atau dipanggil Mbok Nya (60,
P) warga Dusun Plumbang, Desa Pandansari, Kec Ngantang, Kab Malang karena sesak
nafas akibat abu vulkanik.
2)
Sahiri
atau dipanggil Sair (70, L) warga Dusun Ngutut, Desa Pandasari, Kec Ngantang,
Kab Malang karena tertimpa tembok saat menunggu kendaraan evakuasi.
3)
Sanusi
(80, L) warga Dusun Plumbang, Desa Pandansari, Kec Ngantang, Kab Malang karena
sesak nafas saat berlindung di bawah meja.
4)
Sutinah
(97, P) Dusun Ngadirejo, Desa Sumberagung, Kec. Ngantang, Kab. Malang meninggal
karena sesak napas.
b.
Tempat
pengungsian (shelter)
Warga sekitar gunung kelud telah dievakuasi
ke tempat pengungsian yang jaraknya kurang lebih 40 kilo meter dari pusat
gunung kelud.
a)
Distribusi
logistic
-
Palang
Merah Indonesia (PMI) mendistribusikan selimut kepada sekitar 200 Kepala
Keluarga (KK) di Pos Pengungsian Desa Sempu, Dusun Ringinsari, Kecamatan
Segaran, Kabupaten Kediri. Setiap KK mendapatkan dua helai selimut, sehingga
total selimut yang didistribusikan oleh PMI sekitar 400 helai selimut.
-
PMI
juga mendistrinusikan 2.000 roti, 24 karton air mineral, popok, pembalut, susu
UHT, dan masker bagi korban gunung Kelud.
-
Selain
itu ada juga bantuan, bentuk sumbangan dari berbagai pihak yang sudah
dikumpulkan terhitung 19 hingga 25 Februari, yang dipimpin langsung oleh Bupati
Sukoharjo, Wardoyo Wijaya. Bantuan yang dikirim diantaranya berupa logistik
atau makanan. Mie instans 1.130 dus, beras 3.500 kilogram, gula pasir 500
kilogram, sarden 450 kaleng, minyak goreng 600 liter, kecap 1.500 botol, kornet
351 kaleng. Selain itu ada juga bantuan dalam bentuk pakaian pantas pakai,
selimut, handuk, sarung, kaos dan lain sebagainya.
b)
Posko
kesehatan
-
Dinas kesehatan kota depok mengirimkan empat dokter
dan petugas medis untuk menangani korban bencana gunung kelud. sedikitnya ada
26 jenis obat dan juga masker dengan jumlah total sebanyak 20 ribu obat.
-
Petugas
PMI yang di pos kesehatan tersebut bertugas sebagai tenaga medis. Sebagian
besar penyakit yang dikeluhkan adalah flu, demam, sesak napas, iritasi mata,
ISPA, bahkan kecelakaan patah tulang dan harus segera dirujuk ke rumah sakit
terdekat.
-
Di
Kediri, Pos relawan Unair didirikan di dua titik lokasi yaitu di Pare dan
Kepung. Tim relawan tahap kedua terdiri dari 11 dokter PPDS (Program Pendidikan
Dokter Spesialis), dua apoteker, enam psikolog, perwakilan dari IKA FEB Unair,
RS Unair, RSUD dr Soetomo, Dharmawanita Unair dan Darmawanita IDI Surabaya.
Gabungan tim medis terdiri dari para ahli kesehatan mata, ahli paru, ahli
penyakit dalam, Anestesi, Rehab Medik, kesehatan kulit kelamin, Fisioterapi,
Obgin hingga kesehatan anak.
-
Selain
tim medis, turut bergabung Mahagana (Mahasiswa Tanggap Bencana) Unair, serta
relawan lainnya yang turun tangan langsung ke lokasi bencana.
-
Kehadiran
tim Psikologi Unair di Desa Kepung juga semakin melengkap aktivitas sosial
dengan memberikan berbagai bantuan medis dan trauma healing kepada anak-anak
dan orang dewasa korban bencana.
c)
Transportasi:
Empat mobil, satu Ambulance, 1 truk yang berisi alat-alat keperluan dapur umum
diberangkatkan ke daerah sekitar gunung kelud.
d)
Pelayanan
dapur umum menyediakan hingga 3.000 paket makanan siap saji, untuk tiga kali
pelayanan dalam sehari.
e)
Selanjutnya
PMI akan mengoptimalkan penyediaan air bersih dengan cakupan sekitar 39 desa
terdampak di Kabupaten Kediri.
f) Komandan Kodim 0809 Kediri, Letkol
Heriyadi menyatakan, jumlah MCK yang akan dibangun mencapai lebih dari 2.000
unit. Jumlah tersebut, kata dia, berdasarkan estimasi kapasitas tampung tiap
MCK dengan jumlah pengungsi.Normalnya, satu buah MCK dapat digunakan antara 30
sampai 50 orang,” kata Letkol Heriyadi, Selasa (11/2/2014).
c.
Komunikasi
-
Radio menjadi alat media yang cukup efektif sebagai
penyampaian informasi. Tim Tikus Darat telah membawa alat-alat dan berbagai
halnya sebagai pendukung kerja-kerja dilapangan seperti alat komunikasi berupa
Handy Talky (HT), handphone, radio receiver, media sosial, dan website.
Informasi yang didapatkan secara akurat dan official itu harus diperoleh dari
sumber yang terpercaya , dipastikan kebenarannya dan selanjutnya diferifikasi
sehingga dapat di publikasikan dengan baik kepada penyintas.
-
Sumbangan pembaca KR,
memberikan alat bantuan komunikasi, Rp 56.400.000 terdiri 6 unit RIG @Rp
3.400.000, termasuk pesawat, antena dan power supply. Kemudian 38 buah HT @Rp
750.000. Total sumbangan pembaca KR, gelombang ke-2 ini sebesar Rp 212.034.500.
sehingga akan
mempermudah koordinasi dengan desa dan dusun di wilayahnya terutama saat
terjadi bencana.
d.
Dampak
letusan Gunung Kelud
-
Letusan Gunung Kelud yang menimbulkan hujan abu di
berbagai wilayah di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang berdampak buruk terhadap
kualitas udara.
-
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), kualitas udara
pascaletusan Gunung Kelud di Kota Surabaya semakin memburuk.Hal itu terungkap
dalam rilis KLH yang diterima Solopos.com, Jumat (14/2/2014) malam.
-
KLH juga memperingatkan partikel abu vulkanik
berpotensi mengganggu sistem pernapasan karena mengandung kristal silika.
Kristal silika diketahui merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam
industri kaca untuk membuat kaca keras. Jika terhirup dan masuk ke dalam
paru-paru, partikel ini berpotensi merusak alveoli, unit pernapasan terkecil
dari paru-paru.
-
Masyarakat disarankan untuk melindungi kepala, saluran
pernafasan, dan disarankan tidak keluar rumah. “Tetapi apabila terpaksa keluar
rumah, harus menggunakan masker. Selain masker, juga disarankan untuk
menggunakan pelindung kepala untuk mencegah debu mengenai daerah kepala dan
menggunakan kaca mata untuk melindungi mata, serta minum air putih yang cukup,
paling tidak untuk 72 jam [3-4 liter per orang per hari].”
-
Kementerian
Pertanian menyatakan kerugian pada lahan pertanian akibat dampak erupsi Gunung
Kelud, Jawa Timur, mencapai Rp377,54 miliar. Lahan tanaman padi yang rusak
mencapai 871 hektar, jagung 790 hektar, cabai merah 538 hektar, cabai rawit,
1220 hektar, tomat, 155 hektar, bawang merah 47 hektar, dan nanas 1200 hektar.
-
Selain itu masyrakat juga mengalami keluhan mengenai
kebersihan air. Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta melaporkan
kecenderungan peningkatan kekeruhan air sungai akibat terpapar debu gunung
Kelud.
-
Kerusakan
dibidang sarana dan prassarana, ada 4454 rumah rusak , tempat ibadah, fasilitas
pendidikan, kesehatan, air bersih, bangunan irigasi, kerusakan jalan dan
jembatan.
e. Rehabilitasi dan Rekonstruksi
-
Pemerintah Jawa Timur sudah mengucurkan anggaran
Rp 10 miliar sebagai dana awal, dan itu merupakan bagian dari dana APBD 2014
yang telah disiagakan untuk penanganan korban Erupsi Gunung Kelud sebesar 100
miliar.
-
Kepala
Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Sutopo Purwo Nugroho mengatakan separuh dari total rumah yang rusak pasca
erupsi Gunung Kelud telah diperbaiki. Data BNPB menyebutkan jumlah total rumah
yang rusak sebanyak 11.845 unit di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang.
-
Sutopo
menyebutkan, rumah yang sudah diperbaiki sebanyak 6.039 unit atau 50,97%.
Kabupaten Kediri mengalami kerusakan rumah terbesar yakni 10.554 unit dan telah
selesai diperbaiki sebanyak 5.013 unit atau 50,36%. Di Kbaupaten Malang
terdapat rumah rusak 1.510 unit dan telag selesai 649 unit atau 42,98%.
Sedangkan di Kabupaten Blitar, jumlah rumah rusak 383 unit dan selesai 377 atau
98,44%.
-
Menurut
Sutopo, perbaikan rumah bagi warga sekitar Gunung Kelud membutuhkan ribuan
genteng. Perkiraan kebutuhan genteng 2.000-3.000 buah setiap rumah. Sementara
akan diganti dengan asbes atau seng atas persetujuan warga terdampak.
-
Selain
itu karena berdampak juga pada bidang pertanian, maka akan segera melakukan
rehabilitasi, termasuk dengan menyediakan bantuan bibit tanaman pangan seperti
untuk padi, jagung, sayuran, dan buah-buahan perkebunan," ujar Menteri
Pertanian Suswono dikutip Aktual, Rabu (5/4). Kementerian Pertanian akan merehabilitasi
lahan pertanian yang tertutup material abu kurang dari 20 sentimeter, dengan
segera mengolah lahan pertanian, mencampur dengan tanah asli dan ditambah dosis
bahan organik sebesar lima ton per hektar. Sedangkan lahan kering untuk
sayuran, akan diolah dengan tanah asli yang ditambah pupuk atau bahan organik
dosis lima ton per hektar dan tanam sayur yang bukan diambil ubinya.
-
Bantuan
diberikan oleh Menteri Agama berupa uang sebesar Rp 595 juta dialokasikan untuk
pasca bencana untuk 21 lembaga madarasah, 28 lembaga MI, 12 pondok pesantren,
13 TPQ, 8 masjid di Kab. Blitar, 1gereja katolik, dan 4 gereja Kristen. Sedangkan
Menpra juga berencana ikut memberikan bantuan kepada korban kelud berupa
pembangunan WC Komunal 26 buah.
Demikianlah materi tentang Makalah Gunung Merapi (gunung meletus) yang sempat kami berikan. semoga materi yang kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak materi seputar Makalah Gizi Seimbang yang telah kami posting sebelumnya. semoga materi yang kami berikan dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih. Semoga dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.
Anda dapat mendownload Makalah diatas dalam Bentuk Document Word (.doc) melalui link berikut.
EmoticonEmoticon