Makalah Bullying - Jika dalam postingan ini, anda kurang mengerti atau susunanya tidak teratur, anda dapat mendownload versi .doc makalah berikut :
Makalah Bullying
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan
kekuatan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Bullying di Kalangan Remaja” tepat pada waktunya.
Tugas
ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sosiologi. Dan juga saya
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bu Tinuk selaku pembimbing dalam penyusunan karya ilmiah
sosiologi.
2. Orang tua yang selalu mendukung dalam pengerjaan karya
ilmiah.
3. Teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan
satu per satu yang membantu kelancaran dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Saya
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan saya. Oleh sebab itu, saya
sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Saya
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat. Amin.
Sidoarjo,
13 Juni 2014
Savira
Sanya K A
DAFTAR ISI
1.
KATA
PENGANTAR………………………………………………………….......
|
1
|
2.
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
|
2
|
3.
BAB I
(PENDAHULUAN)………………………………………………………..
|
3
|
1.1.
Latar Belakang………………………………………………………………..
|
3
|
1.2.
Tujuan…………...……………………………………………………………
|
3
|
4.
BAB II (LANDASAN TEORI)..…………………………………………………...
|
4-11
|
2.1.
Pengertian Bullying……….………………………………………………….
|
4-5
|
2.2.
Cyberbullying………………………….……………………………………..
|
5-6
|
2.3.
Penyebab Bullying……………………………………………………………
|
6
|
2.4.
Dampak Bullying……………………………………………………………..
|
7-8
|
2.5.
Cara Mengatasi Bullying……………………………………………………..
|
8-10
|
2.6.
Pentingnya Bimbingan Konseling di Sekolah………………………………..
|
10-11
|
5.
BAB III
(PEMBAHASAN)………………………………………………………...
|
12-13
|
6.
BAB IV (PENUTUP)………………………………………………………………
|
14
|
4.1.
Kesimpulan…………………………………………………………………...
|
14
|
4.2.
Usul dan Saran………………………………………………………………..
|
14
|
5.
DAFTAR PUSTAKA….…………………………………………………………...
|
15
|
6.
LAMPIRAN………………………………………………………………………..
|
16-18
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Akhir-akhir
ini kasus akibat kekerasan makin sering ditemui, seperti perkelahian atau
tawuran antar pelajar. Selain tawuran antar pelajar, sebenarnya ada
bentuk-bentuk perilaku kekerasan oleh siswa yang tidak begitu mendapat
perhatian, seperti pengucilan teman dan pemalakan terhadap teman, yang biasa
disebut dengan bullying. Bullying ini dapat dilakukan secara fisik maupun non
fisik. Bullying juga dapat dilakukan melalui apa saja, media social maupun
dilakukan secara langsung. Hal ini dapat mengakibatkan pelajar malas atau
trauma untuk pergi ke sekolah dan berinteraksi karena takut akan hal-hal
seperti itu. Hal ini sangat berbahaya karena dapat merugikan korban bullying
dan bahkan dapat menyebabkan korban bunuh diri atau kematian terhadap korban.
Sehingga, masalah bullying yang marak terjadi sekarang ini seharusnya mendapat
perhatian khusus.
1.2. TUJUAN
1. Mempengaruhi
masyarakat untuk tidak melakukan bullying.
2. Menyadarkan
masyarakat untuk memberikan perhatian khusus terhadap aksi bullying.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
PENGERTIAN BULLYING
Bullying berasal dari
kata bully yang berarti menggertak dan mengganggu. Riauskina, Djuwita, dan
Soesetio mendefinisikan school bullying sebagai perilaku agresif kekuasaan
terhadap siswa yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/kelompok siswa yang
memiliki kekuasaan, terhadap siswa lain yang lebih lemah dengan tujuan
menyakiti orang tersebut.
Bullying kemudian
dikelompokkan menjadi 5 kategori, antara lain :
1. Kontak
fisik langsung (memukul, mendorong, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras
dan merusak barang-barang yang dimliki orang lain).
2. Kontak
verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi
panggilan nama (name–calling), sarkasme, merendahkan (put-down),
mencela/mengejek, mengintimidsi, mengejek, menyebarkan gosip).
3. Perlaku
non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan
ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam, biasanya disertai
oleh bullying fisik atau verbal).
4. Perilaku
non verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan
sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat
kaleng).
5. Pelecehan
seksual (kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal).
Definisi lain tentang
bullying dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Bullying
adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau
sekelompok, sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tidak berdaya.
b. Bullying
sebagai penggunaan agresi dalam bentuk apapun yang bertujuan menyakiti ataupun
menyudutkan orang lain secara fisik maupun mental. Bullying dapat berupa
tindakan fisik,verbal, emosional, dan juga seksual.
c. Bullying
adalah bentuk-bentuk perilaku berupa pemaksaan atau usaha menyakiti secara
fisik maupun psikologis terhadap seseorang atau kelompok yang lebih lemah oleh
seseorang atau sekelompok orang yang mempersiakannya lebih kuat.
Terjadinya
bullying di sekolah menurut Salmivalli dan kawan-kawan merupakan proses
dinamika kelompok dan di dalamnya ada pembagian peran. Peran-peran tersebut
adalah bully, asisten bully, reinfocer, defender, dan outsider.
Bully
yaitu siswa yang dikategorikan sebagai pemimpin, berinisiatif dan aktif
terlibat dalam perilaku bullying.
Asisten
bully, juga terlibat aktif dalam perilaku
bullying, namun ia cenderung bergantung atau mengikuti perintah bully.
Rinfocer
adalah mereka yang ada ketika kejadian bullying terjadi, ikut menyaksikan,
mentertawakan korban, memprofokasi bully, mengajak siswa lain untuk menonton
dan sebagainya.
Defender
adalah orang-orang yang berusaha membela dan membantukorban, sering kali
akhirnya mereka menjadi korban juga.
Outsider
adalah orang-orang yang tahu bahwa hal itu terjadi, namun tidak melaukan apapun,
seolah-olah tidak peduli.
2.2.
CYBERBULLYING
Cyber
bullying adalah segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan
dilakukan teman seusia mereka melalui dunia cyber atau internet. Cyber bullying
adalah kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek, dihina, diintimidasi,
atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet, teknologi
digital atau telepon seluler. Bentuk dan metode tindakan cyber bullying amat beragam. Bisa
berupa pesan ancaman melalui e-mail, mengunggah foto yang mempermalukan korban,
membuat situs web untuk menyebar fitnah dan mengolok-olok korban hingga
mengakses akun jejaring sosial orang lain untuk mengancam korban dan membuat
masalah. Motivasi pelakunya juga beragam.Ada yang melakukannya karena marah dan
ingin balas dendam, frustrasi, ingin mencari perhatian bahkan ada pula yang
menjadikannya sekedar hiburan pengisi waktu luang.Tidak jarang, motivasinya
kadang-kadang hanya ingin bercanda.
Cyber bullying yang berkepanjangan bisa
mematikan rasa percaya diri anak, membuat anak menjadi murung, khawatir, selalu
merasa bersalah atau gagal karena tidak mampu mengatasi sendiri gangguan
yang menimpanya. Bahkan ada pula korban cyber bullying yang berpikir untuk
mengakhiri hidupnya karena tak tahan lagi diganggu! Remaja korban cyber
bullying akan mengalami stress yang bisa memicunya melakukan tindakan-tindakan
rawan masalah seperti mencontek, membolos, lari dari rumah, dan bahkan minum
minuman keras atau menggunakan narkoba.
Anak-anak atau remaja
pelaku cyber bullying biasanya memilih untuk menganggu anak lain yang dianggap
lebih lemah, tak suka melawan dan tak bisa membela diri. Pelakunya sendiri
biasanya adalah anak-anak yang ingin berkuasa atau senang mendominasi.Anak-anak
ini biasanya merasa lebih hebat, berstatus sosial lebih tinggi dan lebih
populer di kalangan teman-teman sebayanya. Sedangkan korbannya biasanya
anak-anak atau remaja yang sering diejek dan dipermalukan karena penampilan
mereka, warna kulit, keluarga mereka, atau cara mereka bertingkah laku di sekolah.
Namun bisa juga si korban cyber bullying justru adalah anak yang populer,
pintar, dan menonjol di sekolah sehingga membuat iri teman sebayanya yang
menjadi pelaku.
Cyber bullying lebih mudah dilakukan daripada
kekerasan konvensional karena si pelaku tidak perlu berhadapan muka dengan
orang lain yang menjadi targetnya. Mereka bisa mengatakan hal-hal yang buruk
dan dengan mudah mengintimidasi korbannya karena mereka berada di belakang
layar komputer atau menatap layar telelpon seluler tanpa harus melihat akibat
yang ditimbulkan pada diri korban. Peristiwa cyber bullying juga tidak mudah
diidentifikasikan orang lain, seperti orang tua atau guru karena tidak jarang
anak-anak remaja ini juga mempunyai kode-kode berupa singkatan kata atau
emoticon internet yang tidak dapat dimengerti selain oleh mereka sendiri.
2.3.
PENYEBAB BULLYING
Banyak sekali
factor mengapa seseorang melakukan bullying. Pada umumnya orang melakukan
bullying karena merasa tertekan, terancam, terhina, dendam, dan lain
sebagainya. Bullying disebabkan oleh korban dari keadaan lingkungan yang
membentuk kepribadiannya menjadi agresif dan kurang mampu mengendalikan emosi,
seperti lingkungan rumah yang tidak harmonis karena adanya pertengkaran
orangtua atau broken home, kekerasan yang dilakukan orangtua terhadap anaknya,
perlakuan orangtua yang terlalu mengekang anaknya.
Sementara itu
Psikolog Clara Wriswanto dari Jagadnita Counseling mengemukakan bahwa penyebab
seseorang menjadi pelaku “bullying” bisa dari berbagai faktor seperti orang tua
yang terlalu memanjakan anaknya, keadaan keluarga yang berantakan sehingga diri
anak tersisihkan, atau hanya karena anak tersebut meniru perilaku “bullying”
dari kelompok pergaulannya serta tayangan bernuansa kekerasan di internet atau
televisi.
Selain itu,
lingkungan sekitar rumah juga berpengaruh besar terhadap perilaku bullying ini,
misalnya anak hidup pada lingkungan orang yang suka berkelahi atau bermusuhan,
berlaku tidak sesuai norma yang ada, maka akan mudah meniru perilaku dari
lingkungan tersebut dan merasa tidak bersalah.
Lingkungan
sekolah juga bisa menjadi factor penyebab aksi bullying, misalnya guru berbuat
kasar terhadap siswa, guru yang kurang memperhatikan kondisi anak, teman yang
sering mengejek atau menghina, dan lain sebagainya.
Faktor lain yang
berpengaruh cukup kuat terhadap anak untuk berbuat bullying yaitu adanya
tayangan televisi yang sering mempertontonkan kekerasan dalam sinetron atau film atau acara lain
seperti acara sidik, berita utama dan lain sebagainya.
2.4.
DAMPAK BULLYING
Menurut Psikolog
Ratna Juwita, siswa korban bullying akan mengalami permasalhan kesulitan dalam
membina hubungan interpersonal dengan orang lain dan jarang datang ke sekolah.
Akibatnya, mereka (korban bullying) ketinggalan pelajaran dan sulit berkonsentrasi
dalam belajar sehingga hal tersebut mempengaruhi kesehatan fisik dan mental
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Beberapa hal
yang bisa menjadi indikasi awal bahwa anak mungkin sedang mengalami bullying di
sekolah :
·
Kesulitan untuk tidur
·
Mengompol di tempat
tidur
·
Mengeluh sakit kepala
atau perut
·
Tidak nafsu makan atau
muntah-muntah
·
Takut pergi ke sekolah
·
Sering perg ke UKS
·
Menangis sebelum atau
sesudah bersekolah
·
Tidak tertarik pada
aktivitas sosial yang melibatkan murid lain
·
Sering mengeluh sakit
sebelum pergi ke sekolah
·
Sering mengeluh sakit
pada gurunya, dan ingin orang tua ingin segera
·
menjemput pulang.
·
Harga diri yang rendah
·
Perubahan drastis pada
sikap, cara berpakaian, atau kebiasaannya
·
Lecet luka
Dari
penelitian Riauskima dkk mengemukakan ketika mengalami bullying korban
merasakan banyak emosi negatif seperti marah, dendam, kesal, tertekan,takut,
malu dan sedih).Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah
kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying seperti
rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri dan
gejala-gejala gangguan stres pasca trauma (post trumatic stress disoder). Anak
yang menjadi korban bullying atau tindakan kekerasan fisik, verbal ataupun
psikologis di sekolah akan mengalami trauma besar dan depresi yang akhirnya
bisa menyebabkan gangguan mental di masa yang akan datang. Gejala-gejala
kelainan mental yang biasanya muncul pada masa kanak-kanak secara umum terbukti
anak tumbuh menjadi orang yang pencemas, sulit berkonsentrasi, mudah gugup dan
takut, hingga tak bisa bicara.
Beberapa
hal yang menjadi tanda-tanda anak korban bullying :
·
Kesulitan dalam bergaul
·
Merasa takut datang ke
sekolah sehingga sering bolos
·
Ketinggalan pelajaran
·
Mengalami kesulitan berkonsentrasi
dalam mengikuti pelajaran
·
Kesehatan fisik dan
mental (jangka pendek/jangka panjang) akan terpengaruh
2.5.
CARA MENGATASI BULLYING
Pencegahan agar
anak tidak menjadi pelaku bullying orang tua harus mampu mengembangkan
kecerdasan emosional anak sejak dini. Ajarkan anak untuk memliki rasa empati,
menghargai orang lain, dan menyadarkan sang anak bahwa dirinya adalah mahluk
sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
Pemerintah
seharusnya memiliki program yang tegas, jelas, dan terarah. Kalau kita diam
saja, maka itu sama saja melegalkan tradisi dendam di sekolah tersebut.
Untuk mengatasi
dan mencegah masalah bullying diperlukan kebijakan yang bersifat menyeluruh di
sekolah, sebuah kebijakan yang melibatkan komponen dari guru sampai siswa, dari
kepala sekolah sampai orang tua murid, kerja sama antara guru,orang tua dan
masyarakat atau pihak lain yang terkait seperti kepolisian, aparat hukum dan
sebagainya.
Peran orang tua
di rumah harus mampu menciptakan komunikasi yang baik dengan anak-anak dan
membekali anak dengan pemahaman agama yang cukup dan menanamkan ahlakul karimah
yang selalu dilaksanakan di lingkungan rumah, karena anak akan selalu meniru
perilaku orangtua. Pemberian teladan kepada anak akan lebih baik dari memberi
nasihat.
Salah satu cara
yang bisa dilakukan oleh sekolah ialah membuat sebuah program anti bullying di
sekolah. Meurut Huneck bullying akan terus terjadi di sekolah-sekolah, apabila
orang dewasa tidak dapat membina hubungan saling percaya dengan siswa, tidak
menyadari tingkah laku yang masuk tindakan bullying, tidak menyadari luka yang
disebabkan oleh bullying, tidak menyadari dampak bullying yang merusak kegiatan
belajar siswa, serta tidak ada campur tangan secara efektif dari sekolah.
Adapun kegunaan dari program serta kegiatan anti bully di sekolah antara lain:
·
Menanamkan pengertian
bahwa rasa aman adalah hak dan milik semua orang
·
Menyadarkan semua orang
di sekolah bahwa tindakan bullying dalam bentuk apapun tidak dapat ditolelir
·
Membekali siswa untuk
membuat keputusan
·
Membantu siswa
membentuk lingkaran orang yang mereka percayai
Kegiatan yang
dapat dilakukan selama program ini, antara lain :
1. Brainstorming
dan diskusi
2. Kegiatan
menggunakan lembar kerja
3. Membaca
buku cerita yang berhubungan dengan bullying
4. Membuat
gambar, kolase, poster mengenai pencegahan bullying
5. Bermain
drama
6. Berbagi
cerita dengan orang tua di rumah
7. Menulis
puisi
8. Menyanyikan
lagu anti bullying dengan lirik yang sudah di rubah dari lagu populer
9. Bermain
teater boneka
Beberapa tips mencegah
terjadinya bullying :
1. Berikan
mereka alternatif komunitas yang mengakuinya
Pada dasarnya setiap
manusia membutuhkan pengakuan atas keberadaan dirinya, terlebih pada usia
remaja yang sedang dalam masa transisi dan krisis identitas, para remaja lebih
senang berkumpul dengan teman-teman sebaya yang menurutnya lebih bisa menerima
dan senasib dan sepenanggungan. Oleh karena itu kewajiban kita untuk memberikan
alternatif komunitas yang positif dan tetap memenuhi kriteria penerimaan
identitas para remaja, misalnya buat perkumplan pecinta alam atau wira usaha
yang sesuai dengan keiginannya. Membuat kelompok band, atau kelompok kesenian
dan sebagainya.
2. Putus
mata rantai pelaku dan budaya bullying
Biasanya budaya
bullying diwariskan dengan sistem kaderisasi yang kuat, motivasi senioritas
adalah faktor yang terkuatnya. Untuk menghindari gejala tersebut sebaiknya
bimbinglah para remaja dengan cara mengadakan kegiatan bersama antara generasi
tersebut maupun alumninya dan buatlah suatu ikatan supaya terbentuk jalinan.
Persaudaraan yang akan melahirkan kesadaran bahwa senior harus membimbing dan
para junior harus menghormati seniornya.
3. Ajarkan
cara mengantisipasi kekerasan bukan melakukannya
Latihan bela diri
misalnya merupakan salah satu alternatif pembentukan mental spiritual dan
jasmani yang kuat.
4. Tingkatkan
kepedulian lingkungan sosial untuk mencegah praktek bullying
Sudah waktunya
masyarakat ikut peduli dan melakukan pencegahan atas praktek bullying yang
terjadi di lingkungannya.
5. Dukung
gerakan diet siaran televisi
Batasi anak-anak dan
remaja menonton televisi, karena acara dan penampilan yang disiarkan televisi
ikut membentuk masyarakat pengaksesnya.
Berikut
merupakan saran bagi anak yang berisiko terkena bullying :
·
Jangan membawa barang
mahal-mahal dan uang berlebihan.
·
Jangan sendirian. Kalau
memungkinkan, beradalah di lingkungan yang dekat dengan guru atau orang dewasa
lainnya yang dapat mengawasi anda. Atau lebih baik jika anda bersama
teman-teman.
·
Jangan cari gara-gara
dengan pelaku bullying.
·
Jika suatu saat menjadi
korban bullying, kuncinya adalah tetaplah percaya diri.
·
Anda harus berani
melapor kepada guru, orang tua, atau orang dewasa lainnya yang anda percayai.
Pihak kepolisian
bekerja sama dengan sekolah dengan cara mengadakan penyuluhan ke sekolah sekolah
tentang bahaya dari bullying, dan memberikan sanksi dari mulai yang ringan
seperti di skors beberapa waktu sampai dengan pemecatan dari sekolah. Begitu
juga kerja sama dengan pihak kehakiman bagaimanakah proses persidangan,
tuntutan serta keputusan yang akan dan telah diambil bagi pelaku bullying itu.
Bagi pelaku bullying dari pihak guru, sekolah atau pihak- pihak lain jangan
ragu-ragu untuk menindak dengan tegas supaya keadilan dapat di tegakkan di
negeri ini dan guru tersadar atas semua kesalahannya, sehingga tidak terjadi
lagi korban-korban bullying berikutnya.
2.6.
PENTINGNYA BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH
Depdikbud
menjelaskan bahwa tujuan layanan bimbingan di sekolah dasar adalah untuk
membantu siswa agar dapat memenuhi tugas –tugas perkembangan yang meliputi
aspek-aspek pribadi, pendidikan dan karir sesuai tuntutan lingkungan.
Dalam aspek
perkembangan social pribadi, layanan bimbingan membantu siswa agar :
a. Memiliki
pemahaman diri.
b. Mengembangkan
sikap positif.
c. Membuat
pilihan kegiatan secara sehat.
d. Mampu
menghargai orang lain.
e. Memiliki
rasa tanggung jawab.
f. Mengembangkan
ketrampilan hubungan antar pribadi.
g. Dapat
menyelesaikan masalah.
h. Dapat
membantu membuat keputusan secara baik.
Dalam aspek
perkembangan pendidikan, layanan bimbingan membantu siswa agar :
a. Melaksanakan
cara-cara belajar yang benar.
b. Menetapkan
rencana dan tujuan pendidikan.
c. Mencapai
prestasi belajar secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
d. Memiliki
ketrampilan untuk menghadapi ujian.
Selanjutnya
Rochman Natawidjaja mengemukakan bahwa peran bimbingan seorang guru sebagai
penyesuaian interaksional dalam proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai
perlakuan guru terhadap siswa dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Perlakuan
terhadap siswa sebagai individu yang memliki potensi untuk berkembang dan maju
serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.
2) Sikap
positif dan wajar terhadap siswa. Dalam melaksanakan peran bimbingan itu guru
tidak menjauhkan diri dari siswa, tetapi tidak pula terikat secara sentimentil
kepada siswa.
3) Perlakuan
terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, dan menyenangkan
4) Pemahaman
siswa secara empatik
5) Penghargaan
terhadap martabat siswa sebagai individu
6) Penampilan
diri secara asli di depan siswa
7) Kekongkritan
dalam menyatakan diri
8) Penerimaan
siswa secara apa adanya
9) Perlakuan
terhadap siswa secara permisive
10) Kepekaan
terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dalam membantu siswa untuk
menyadari perasaannya itu.
11) Kesadaran
bahwa tujuan mengaja bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan
pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang
lebih dewasa.
12) Penyesuaian
diri terhadap keadaan siswa yang khusus. Penyesuaian perilaku guru terhadap
situasi yang khusus adalah sangat penting untuk memperoleh hasil belajar pada
diri siswa, sesuai dengan yang diinginkannya. Jadi, efektifitas mengajar itu
sangat tergantung pada kemampuan guru untuk menyesuaikan diri pada situasi
khusus.
BAB III
PEMBAHASAN
Bullying adalah
tindakan di mana satu orang atau lebih mencoba untuk menyakiti atau mengontrol
orang lain dengan cara kekerasan. Bullying tidak hanya dilakukan secara
langsung. Namun, bullying juga dapat dilakukan melalui media social atau
internet, yang disebut Cyberbullying.
Jenis bullying ada 5
kategori, antara lain :
1) Kontak
fisik langsung (memukul, mendorong, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras
dan merusak barang-barang yang dimliki orang lain).
2) Kontak
verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi
panggilan nama (name–calling), sarkasme, merendahkan (put-down),
mencela/mengejek, mengintimidsi, mengejek, menyebarkan gosip).
3) Perilaku
non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan
ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam, biasanya disertai
oleh bullying fisik atau verbal).
4) Perilaku
non verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan
sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat
kaleng).
5) Pelecehan
seksual (kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal).
Pada umumnya
orang melakukan bullying karena merasa tertekan, terancam, terhina, dendam, dan
lain sebagainya. Bullying disebabkan oleh korban dari keadaan lingkungan yang
membentuk kepribadiannya menjadi agresif dan kurang mampu mengendalikan emosi.
Faktor lain yang berpengaruh cukup kuat terhadap anak untuk berbuat bullying
yaitu adanya tayangan televisi yang sering mempertontonkan kekerasan dalam sinetron atau film atau acara lain
seperti acara sidik, berita utama dan lain sebagainya. Pencegahan agar anak
tidak menjadi pelaku bullying orang tua harus mampu mengembangkan kecerdasan
emosional anak sejak dini. Sekolah dan pemerintah juga harus bersikap tegas
dalam menghadapi bullying. Sekolah dapat mengadakan program anti bullying.
Bimbingan
konseling juga berperan penting dalam mencegah bullying. Bimbingan konseling
dapat membantu supaya siswa :
a) Memiliki
pemahaman diri.
b) Mengembangkan
sikap positif.
c) Membuat
pilihan kegiatan secara sehat.
d) Mampu
menghargai orang lain.
e) Memiliki
rasa tanggung jawab.
f) Mengembangkan
ketrampilan hubungan antar pribadi.
g) Dapat
menyelesaikan masalah.
h) Dapat
membantu membuat keputusan secara baik.
i)
Melaksanakan cara-cara
belajar yang benar.
j)
Menetapkan rencana dan
tujuan pendidikan.
k) Mencapai
prestasi belajar secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
l)
Memiliki ketrampilan
untuk menghadapi ujian.
BAB IV
PENUTUP
4.1.
KESIMPULAN
Bullying
adalah tindakan di mana satu orang atau lebih mencoba untuk menyakiti atau
mengontrol orang lain dengan cara kekerasan. Bullying tidak hanya dilakukan
secara langsung. Namun, bullying juga dapat dilakukan melalui media social atau
internet, yang disebut Cyberbullying. Bullying dibagi menjadi 5 kategori,
diantaranya kontak fisik langsung, kontak verbal langsung, perilaku non-verbal
langsung, perilaku non-verbal tidak langsung, dan pelecehan seksual.
Pada umumnya
orang melakukan bullying karena merasa tertekan, terancam, terhina, dendam, dan
lain sebagainya. Bullying disebabkan oleh korban dari keadaan lingkungan yang
membentuk kepribadiannya menjadi agresif dan kurang mampu mengendalikan emosi,
juga diakibatkan tayangan televisi yang dapat mempengaruhi remaja.
Pencegahan
terhadap bullying dapat dimulai melalui orangtua dengan mengajarkan kecerdasan
emosional sejak dini dan dapat dilakukan oleh sekolah dan pemerintah, seperti
program anti bullying. Adanya bimbingan konseling juga berpengaruh penting
dalam mencegah adanya bullying.
4.2.
USUL DAN SARAN
1)
Saya
mengusulkan supaya pemerintah memberi perhatian lebih terhadap kasus bullying,
karena sekarang ini sebagian besar remaja melakukan bullying.
2)
Saya
juga mengusulkan supaya sekolah dapat memilih guru dengan benar, supaya dapat
membimbing siswa dan memperhatikan siswa. Tidak hanya memarahi siswa yang malah
akan menyebabkan aksi bullying.
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Ehan.
Bullying dalam Pendidikan. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195707121984032-EHAN/BULLYING_DALAM_PENDIDIKAN.pdf
Tisha. Astri.
2012. Apa sih, Bullying itu?. http://www.kawankumagz.com/read/apa-sih-bullying-itu
Anonymous. 2012.
Cyberbullying. http://cyberbullying126e27.blogspot.com/
Demikianlah materi tentang Makalah Bimbingan Dan Konseling yang sempat kami berikan. semoga materi yang kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak Makalah Bimbingan Dan Konseling yang telah kami posting sebelumnya. semoga materi yang kami berikan dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih. Semoga dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.
Anda dapat mendownload Makalah diatas dalam Bentuk Document Word (.doc) melalui link berikut.
EmoticonEmoticon