Makalah Gagal Jantung - Jika dalam postingan ini, anda kurang mengerti atau susunanya tidak teratur, anda dapat mendownload versi .doc makalah berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Jantung merupakan organ utama dalam system
kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis
cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Berfungsi untuk
memompa darah keseluruh tubuh.
gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis
berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolism jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian volume diastolic secara abnormal.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa pengertian dari gagal jantung?
1.2.2
Bagaimana klasifikasi gagal jantung ?
1.2.3
Bagaimana etiologi gagal jantung?
1.2.4
Jelasakan patofisiologi gagal jantung?
1.2.5
Bagaimana proses asuhan keperawatan gagal jantung?
1.3
Tujuan
1.3.1
Mahasiswa mengerti
landasan teori tentang gagal jantung
1.3.2
mahasiswa mengerti
bagaimana asuhan keperawatan gagal jantung.
1.4
Manfaat
Dengan adanya penyusunan makalah ini
mampu mempermudah penyusun dan pembaca guna memahami materi tentang gagal
jantung dan bagaimana asuhan keperawatan gagal jantung.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 ANATOMI JANTUNG
2.1.1 Pengertian Jantung
Jantung merupakan organ utama dalam system
kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis
cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Berfungsi untuk
memompa darah keseluruh tubuh.
2.1.2 Ciri – ciri Jantung
·
Ukuran jantung
kira-kira panjang 12 cm.
·
Lebar 8-9 cm seta tebal
kira-kira 6 cm.
·
Berat jantung sekitar
7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan.
Perbedaan
berat jantung antara laki – laki dan
perempuan .
Laki – laki :
kurang lebih 300 gram.
Perempuan : kurang lebih 250 gram
·
Setiap harinya jantung
berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon
darah atau setara dengan 7.571 liter darah.
·
Jantung terbungkus oleh
kantong perikardium yang terdiri dari dua lembar yaitu lamina panistalis (
sebelah luar ) dan lamina viseralis ( menempel di dinding jantung).
·
Letak Jantung
Jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah
tengah dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas
processus xiphoideus. Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars
cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan
caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari
tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars
cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada
pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis.
2.1.3 Bagian – bagian jantung
a.
Lapisan jantung
1. lapisan
sebelah dalam ( perikardium Viseral), melekat langsung pada otot jantung dan
dikenal dengan istilah epikardium.
2. Lapisan
sebelah luar ( Perikardium Lateral ).
Antara
kedua lapisan perikrdium terisis oleh suatu cairan yang dinamakan cairan
perikardium. Jantung memiliki dinding yang terdiri atas empat lapisan yaitu
- Pericardium
- Epicardium
- Myocardium
4. Endocardium
b. Ruang dalam Jantung
Ada 4 ruangan dalam jantung yaitu
1.
Dua Atrium ( Serambi ): atrium kanan dan atrium kiri
2. Ventrikel
( Bilik ): ventrikel
kanan dan ventrikel kiri
c.
katub – katub dalam jantung
1) Katup Trikuspid
2) Katup Pulmonal
3) Katup Bikuspid
4) Katup Aorta
2.1.4 Fungsi jantung
- Sifat
dasar otot jantung :
a.
irritability (bathmotropic) = peka rangsangan
b.
conductivity (dromotropic) = hantar rangsangan
c.
contractility (inotropic) = dapat berkontraksi
d.
rhythmicity ( chronotropic) = bersifat ritmis
2. jantung sebagai pemompa darah keseluruh tubuh
syarat pompa jantung yg baik
·
Katub à
berfungsi baik
·
Pengisian darah atrium
dan ventrikel optimal
·
Kuat kontraksi optimal
·
Frekuensi jantung
normal, atrium dan ventrikel bergantian
3. Siklus Jantung
Siklus Jantung yaitu periode dari akhir kontraksi hingga akhir kontraksi
berikutnya. Periode antara awal denyut jantung pertama dengan dimulainya denyut
jantung berikutnya.
Siklus jantung terdiri dari :
v Periode
relaksasi ( Diastol )
yaitu
Siklus jantung terditi atas kontraksi Atrium dan Ventrikel. Jika serambi
jantung menguncup dan bilik jantung mengembang. Pada saat itu otot bilik
mengendor makimum dan uang bilik mengembang maksimum.
v Periode
Kontraksi ( Sistol )
Yaitu
Relaksasi Atrium dan Ventrikel jika otot bilik jantung menguncup dan darah di
dalam bilik dipompa ke pembuluh nadi paru – paru ataupun ke aorta secara
bersama.
2.2 GAGAL JANTUNG
2.2.1 Pengertian gagal jantung
gagal
jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung
sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolism
jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic
secara abnormal.
Ada
beberapa istilah gagal jantung:
·
Gagal jantung kiri: kongesti
paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mau
memompa darah yang datang dari paru.
·
Gagal jantung kanan: bila
ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jarigan
perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan
volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang
secara normal kembali dari sirkulasi vena.
·
Gagal jantung kongesif:
adalah gabungan kedua gambaran tersebut.
·
Backward failure:
akibat ventrikel tidak mampu memompa volume darah keluar, menyebabkan darah
terakumulasi dan meningkatkan tekanan dalam ventrikel, atrium dan system vena.
·
Forward failure: akibat
ketidak mampuan jantung mempertahankan curah jantung, kemudian menurunkan
perfusi jaringan.
·
Low output syndrome:
bilamana jantug gagal sebagai pompa, yang mengakibatkan gangguan sirkulasi
perifer dan faso konstriksi perifer.
·
Hight output syndrome:
peningkatan kebutuhan metabolic, seperti tampak pada hipertiroidisme, demam
atau mungkindipicu oleh kondisi hiperkinetik sperti fistula arteriovenous,
beri-beri atau penakit paget’s.
2.2.2 Faktor predisposisi gagal jantung
Factor
predisposisi gagal jantung adalah penyakit yang menimbulkan penurunan fungsi
ventrikel (seperti penyakit arteri koroner, hipertensi, kardiomiopati penyakit
pembuluh darah, atau penyakit congenital) dan keadaan yang membatasi pengisian
ventrikel (stenosis mitral, kardiomiopati, atau penyakit pericardial). Factor
pencetus termasuk meningkatnya asupan garam, ketidakpatuhan menjalani
pengobatan anti gagal jantung, infark miokard akut, hipertensi, aritmia akut,
infeksi atau demam, emboli paru, anemia, tirotoksikonsis, dan endokarditis
infeksi.
2.2.3 Derajat Gagal jantung
Gagal jantung
biasanay digolongkan menurut derajat atau beratnya gejala seperti klasifikasi
menurut New York Heart Associaton (NYHA).
Klasifikasi tersebut digunakan secara luas di dalam internasional untuk
mengelompokkan gagal jantung.(Tabel 4.1)
Gagal jantung
ringan,sedang,dan berat ditentukan berdasarkan beratnya gejala,khususnya sesak
napas(dispnea).Meskipun klasifikasi ini berguna untuk menentukan tingakt
ketidakmampuan fisik dan berat gejala,namun pembagian tersebut tidak dapat
digunakan untuk keperluan lain.
TABEL KLASIFIKASI MENURUT NYHA (New York Heart
Assotiation)
KELAS
|
DEFINISI
|
ISTILAH
|
I
|
Klien dengan kelainan gagal jantung tetapi tanpa
pembatasan aktivitas fisik
|
Disfungsi vetrikel kiri yang asimtomatik
|
II
|
Klien dengan kelainan gagal jantung yang
menyebabkan sedikit pembatasan aktivitas fisik
|
Gagal jantung ringan
|
III
|
Klien dengan kelainan gagal jantung yang
menyebabkan banyak pembatasan aktivitas fisik
|
Gagal jantung sedang
|
IV
|
Klien dengan kelainan gagal jantung yang segala
bentuk aktivitas fisik yang akan menyebabkan keluhan
|
Gagal jantug berat
|
Klasifikasi NYHA
tidak daapt digunakan untuk menilai beratnya penyakit jantung yang menjadi
penyebab,misalnya pada gagal jantung ringan belum tentu disebabkan oleh
penyakit jantung ringan.Beratnya gejala tidak menunjukkan atu sebanding dengan
beratnya disfungsi ventrikel kiri yanga ada.Justru sebaliknya,fraksi ejeksi
ventrikel kiri terbukti paling menentukan mortalitas gagal jantung.Adanyan
bendungan paru yang ditemukan dalam
pemerikasaan klinis atau radiologis pada klien infark miokandrium menunjukkan
prognosis yang buruk.
Meskipun gagal
jantung adalah gangguan multisystem tidaka ada satupun gejala spesifik untuk
organ terentu.Sebagai contoh,dispnea dapat disebabkan oleh penyakit paru
,sedangkan edema perifer disebabkan oleh insufisiensi vena atau penyakit hati
dan ginjal.
Walaupun belum
ada data yang akurat untuk data gagal jantung di Indonesia,tapi sebagai
perbandingan yang menyatakan bahwa gagal jantung kini dianggap sebagai masalah
kesehatan masyarakat yang utama didunia Barat.Sindrom ini merupakanm penyebab rawat inap yang paling
sering pada klien tua,baik di Amerika Serikat maupun di Inggris.Gagal jantung
mempunyai mortalitas tinggi,bahkan golongan yang terburuk mempunyai harapan
hidup 1 tahun kurang dari 50%(Stephen G.Ball,1996).
Insiden dan
pravalensi yang sesungguhnya dari gagal jantung kronis disebagian besar negara didunia tidak diketahui secara
pasti,Sebagian besar informasi tentang epidemiologi gagal jantung diambil dari
Negara Amerika Serikat khususnya studi
Framingham.Studi ini menunjukkan bahwa 1% klien berusia 70-79 tahun
mengalami gagal jantung tiap tahun,pada sekelompok 80-89 tahun hamper 10% klien
akan menderita gagal jantung.
Dibandngkan dengan
penyakit-penyakit lain yang dipublikasikan lebih luas,misalnya kanker payudara
dan leher rahim dengan angka insiden masing-masing 54 dan 24 per 100.000
populasi umum pertahun,maka angka insiden gagal jantung lebih tinggi,yaitu
sekitar 300 per 100.000 populasi umum per tahun.
2.2.4 Mekanisme
Kompensasi
1) Stimulasi
simpatis
Pada CHF,
stimulasi saraf simpatis adalah paling berperan sebagai mekanisme kompensasi
segera. Stimulasi dari reseptor adrenergic menyebabkan peningkatan denyut
jantung. Kemampuan kontraksi jantung dan vasokonstriksi pada vena dan arteri.
Sebagai akibat vasookonstriksi vena, maka akan meningkatkan aliran balik vena
ke jantung sehingga akan meningkatkan preload. Aliran darah balik dari jaringan
perifer ke organ-organ besar dan afterload menunjukkan peningkatan
vasokonstriksi arteriole.
2) Respons
frank starling
Respons
frank starling meningkatkan preload, dimana membantu memertahankan curah
jantung. Pada reaksi ini, serabut-serabut otot jantung berkontraksi secara
lebih kuat dan lebih banyak diregang sebelum berkonstraksi. Dengan adanya
peningkatan aliran balik vena ke jantung, maka serabut-serabut otot di regang shingga
memberikan kontraksi yang lebih kuat kemudian akan meningkatkan volume
sekuncup, yang berakibat pada eningkatan curah jantung.
3) Hipertrofi
miokard
Hipertrofi
miokard dengan atau tanpa dilatasi ruang, tampak sebagai suatu penebalan dari
dinding jantung menambah massa otot, mengakibatkan kontraktilitas lebih efektif
dan lebih lanjut meningkatkan curah jantung.
4) Mekanisme perbaikan lainnya adalah
penahanan garam (natrium) oleh ginjal.
Untuk
mempertahankan konsentrasi natrium yang tetap, tubuh secara bersamaan menahan
air.
Penambahan
air ini menyebabkan bertambahnya volume darah dalam sirkulasi dan pada awalnya
memperbaiki kerja jantung. Salah satu akibat dari penimbunan cairan ini adalah
peregangan otot jantung karena bertambahnya volume darah.
Otot yang teregang berkontraksi
lebih kuat. Hal ini merupakan mekanisme jantung yang utama untuk meningkatkan
kinerjanya dalam gagal jantung.
- Tetapi sejalan dengan
memburuknya gagal jantung, kelebihan cairan akan dilepaskan dari sirkulasi
dan berkumpul di berbagai bagian tubuh, menyebabkan pembengkakan (edema).
- Lokasi penimbunan cairan ini
tergantung kepada banyaknya cairan di dalam tubuh dan pengaruh gaya
gravitasi. Jika penderita berdiri, cairan akan terkumpul di tungkai dan
kaki
- Jika penderita berbaring,
cairan akan terkumpul di punggung atau perut.
- Sering terjadi penambahan berat
badan sebagai akibat dari penimbunan air dan garam.
2.2.5 Etiologi
ü Kelainan
otot jantung
Gagal
jantung paling sering terjadi ada penderita kelainan otot jantung, menyebabkan
menurunnya kontraktilitas otot jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot mencakup ateroaklerolis koroner, hipertensi arterial, dan
penyakit otot degenerative atau inflamasi.
ü Ateosklerosis
koroner
Mengakibatkan
disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi
hipoksia dan asidosis (akibat penumpuka asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
ü Hipertensi
sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
Meningkatkan
beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme
kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
ü Peradangan
dan penyakit miokardium degenerative
Berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung,menyebabkan kontraktilitas menurun.
ü Penyakit
jantung lain
Gagal
jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang lain. Mekanisme yang
biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah melalui jantung (stenosis
katup semiluner), ketidak mampuan jantung mengisi darah (tamponade pericardium,
perikarditis konstriktif, atau stenosis katup AV), atau pengosongan jantung
yang abnormal (insufisiensi katup AV). Peningkatan mendadak afterload akibat
meningkatnya tekanan darah sistemik (hipertensi “maligna”).
ü Factor
sistemik
Meningkatnya
laju metabolism (demam, tirotoksikosis), hipoksia, dan anemia memerlukan
peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia
atau anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen kejantung. Asidosis
(respiratorik atau metabolic) dan abnormalitas elektrolit dapat menurukan
kontraktilitas jantung.
2.2.6 Manifestasi klinis
a) Gagal
jatung kanan
-
Odema/pitting odema
-
Anoreksia/perut kembung
-
Nausea
-
Ascites
-
Jugulare vein pressure
meningkat
-
Pulsasi vena jugularis
-
Hepatomegali
-
Fatique/lemas
-
Hipertrofi jantung
kanan
-
Irama derap/gallop
ventrikel kanan
-
Irama derap/gallop
atrium kanan
-
Murmur
-
Tanda-tanda penyakit
kronik
-
Bunyi P2 mengeras
-
Hydrothorax
b) Gagal
jantung kiri
-
Fatique/lemas
-
Bedebar-debar
-
Sesak nafas (dypsneu
d’effort)
-
Orthopnea
-
Dypsnea nocturnal
paroxsismal
-
Pembesaran jantung
-
Keringat dingin
-
Takikardia
-
Kongesti vena
pulmonalis
-
Ronchi basah dan
wheezing
-
Terdapat BJ III dan IV
(gallop)
-
Cheynes stoke
c) Gagal
jantung kongestif
Ø Criteria mayor
-
Dipsnea nocturnal
paroksimal atau ortopnea
-
Peningkatan tekanan
vena jugularis
-
Ronki basah tidak
nyaring
-
Kardiomegali
-
Edema paru akut
-
Irama derap S3
-
Peningkatan tekanan
vena > 16 cm H2O
-
Reflek hepatojugular
Ø Criteria minor
-
Edema pergelangan kaki
-
Batuk malam hari
-
Dypsneu d’effort
-
Hepatomegali
-
Efusi pleura
-
Kapasitas vital
berkurang Menjadi 1/3 maksimum
-
Takikardi (>
120x/menit)
Ø Criteria mayor atau
minor
-
Penurunan berat badan
> 4,5 kg dalam 5 hari setelah terapi
2.2.7 Patofisiologis
Patofisologi gagal jantung belum jelas
diketahui selurunya.Ada 4 unsur dasar yang menentukan baik tidaknya perilaku
jantung yaitu disebut preload dan afrerload kontaktilitas,dan frekuensi
jantung:
Beberapa
mekanisme adaptasi terjadi pada gagal jantung di antaranya adalah:
1. Faktor
mekanisme berupa hipertrofi dan dilatasi.Hipertofi ventrikel karena hiperlasia
yang menyebabkan otot jantung bertamabah tidak sebanding dengan jumlah kapiler
dan suplai oksigen akan mengakibatkan insufiensi koroner relatif.Otot jantung
yang hipertrofik masih bekarja baik pada kedaan kompensasi dibandingkan dengan
keadaan yang sudak dekompensasi.Bila mekanisme hipertrofi ini tidak memadai
sesuai dengan hokum Starling,maka akan terjadi dilatasi.
2. Faktor
biokimia.Terdapat perubahan biomikia;sampai saat ini masih tersu di selidiki
mengenai produksi energy,penyimpanan dan penggunaannya.Demikian pula mengenai mvofibrillar adenosine triphosphate activity
dan mekanisme kontraksi miokardium serta meningkatnya konsumsi oksigen.
3. Peranan
system saraf adrenergic.Cadangan norepineprin dalam otot jantung berkurang
mungkin karena kesanggupan ujung saraf serta utuk mengambil serta mengikat
norepineperin berkurang atau berkurangnya jumlah ujung saraf dalam
mikard.Walaupun respons krnotropik dan intopik terhadap rangsangan simpatis
menurun,namun respons terhadap noradrenalin yang diberikan dari luar masih
normal.Bertambahnya rangangan simpatis,dengan cara meninggikan kontraksi dapat
memperbaiki keadaan gagal jantung,serta kurangnya peredaran darah tepi dan ginjal untuk menambah sirkulasi kedaerah
vital.Reseptor alfa berfungsi pada sirkulasi tepi dan reseptor beta untuk
meninggikan frekuensi dan kontraksi venrikel.Dengan pemberian obat pemblok
beta(propanolol,praktolol dan sebagainya) maka gagal jantung bertambah
nyata.Metabolisme ketekolamin bertambah pada gagal jantung yang terbukti dari
eksresinya yang meningkat dalam urin.
4. Peranan
ginjal.Kegagalan ginjal untuk mengeluarkan natrium dan air karena:
a. Bertambahnya
resorbsi natrium pada tubulus
b. Aliran
darah ke ginjal relative menurun sehingga laju filtrasi glomerulus menurun dan
produksi urin berkurang.
c. Peningkatan
rangsangan simpatis.
d. Menurunnya
darah ke ginjal akan merangsang pengeluaran rennin yang selanjutnya melalui
angiostensin akanmengakibatkan rangsangan pembentukan aldosteron.

2.2.8 Penatalaksanaan
o Menghilangkan
factor pencetus
o Mengendalikan
gagal jantung dengan memperbaiki pompa jantung, mengurangi beban jantung dengan
diet renda garam, diuretic dan fasodilator.
o Menghilangkan
penyakit yang mendasarnya baik medis atau bedah.
o Meningkatkan
oksigenasi dengan pemberian oksigen, diusahakan agar PaCO2 sekitar 60-100 mmHg
(saturasi O2 90-98%) dan menurunkan konsumsi oksigen melalui
istirahat/pembatasan aktifitas.
o Pemberian
obat-obatan sesuai program, seperti morfin diberikan untuk menurunkan afterload
dan preload, furosemide untuk mengurangi
edema/dieresis, aminofilin untuk
merangsang miokardium, obat inotropik (digitalis glikosida, dopamine HCL,
phosphodiesterase inhibitor) meningkatkan kontraktilitas miokardium, ACE
inhibitor menurunkan afterload dan meningkatkan kapasitas fisik, nitrogliserin
untuk menurunkan hipertensi vena paru.
o Bila
perlu monitoring menggunakan central venous pressure atau dengan swan ghanz
chateter.
2.2.9 Pemeriksaan penunjang
Ø Pemeriksaan
photo thorax
Mengidentifikasi
kardiomegali, infiltrate prekordial kedua paru dan effuse pleura.
Ø ECG
Mengidentifikasi
penyakit yang mendasari seperti infrak miokart atau aritmia.
Ø Pemeriksaan
lain seperti Hb, leukosit, ekokardiografi, angiografi, fungsi ginjal dan fungsi
tiroid dilakukan atas indikasi.
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Identitas Klien
Identitas klien mencakup : nama,
umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa, status
perkawinan, alamat, diagnosa medis, no RM/CM, tanggal masuk, tanggal dikaji dan
ruangan tempat klien dirawat.
Identitas penanggung jawab mencakup : nama, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
Identitas penanggung jawab mencakup : nama, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
Riwayat kesehatan
a) Alasan masuk perawatan
Kronologis yang menggambarkan kejadian sebagai faktor pencetus klien atau keluarga meminta pertolongan pada dokter waktu gejala-gejala masih ringan seperti nyeri dada, sesak, mudah lelah.
Kronologis yang menggambarkan kejadian sebagai faktor pencetus klien atau keluarga meminta pertolongan pada dokter waktu gejala-gejala masih ringan seperti nyeri dada, sesak, mudah lelah.
b) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan klien pada saat dikaji dan bersifat subjektif. Klien dengan gagal jantung biasanya mengeluh sesak napas, mudah lelah, ortopnea, batuk, mual serta adanya edema pada daerah ekstremitas bawah.
Keluhan utama merupakan keluhan klien pada saat dikaji dan bersifat subjektif. Klien dengan gagal jantung biasanya mengeluh sesak napas, mudah lelah, ortopnea, batuk, mual serta adanya edema pada daerah ekstremitas bawah.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Mencerminkan kapan klien mengalami sesak, bagaimana kejadiannya sehingga klien dibawa ke rumah sakit. Riwayat kesehatan sekarang juga merupakan perluasan dari keluhan utama dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Paliatif (yang memberatkan / meringankan penyakit)
Q : Qualitas (seberapa besar keluhan tersebut)
R : Regio (daerah/lokasi yang dirasakan)
S : Skala ( tingkat kegawatan dari pada keluhan tersebut)
T : Timing (keluhan yang dirasakan bagaimana contoh
mendadak, selang-seling)
Mencerminkan kapan klien mengalami sesak, bagaimana kejadiannya sehingga klien dibawa ke rumah sakit. Riwayat kesehatan sekarang juga merupakan perluasan dari keluhan utama dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Paliatif (yang memberatkan / meringankan penyakit)
Q : Qualitas (seberapa besar keluhan tersebut)
R : Regio (daerah/lokasi yang dirasakan)
S : Skala ( tingkat kegawatan dari pada keluhan tersebut)
T : Timing (keluhan yang dirasakan bagaimana contoh
mendadak, selang-seling)
d) Riwayat kesehatan dahulu
Pada kasus ini dikaji pada kebiasaan klien dan gaya hidup klien sebelum masuk RS yang menjadi faktor predisposisi sehingga klien berada pada keadaan saat ini, perlu dikaji juga apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya serta apakah klien mempunyai riwayat hipertensi atau faktor resiko lainnya.
Pada kasus ini dikaji pada kebiasaan klien dan gaya hidup klien sebelum masuk RS yang menjadi faktor predisposisi sehingga klien berada pada keadaan saat ini, perlu dikaji juga apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya serta apakah klien mempunyai riwayat hipertensi atau faktor resiko lainnya.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama atau penyakit keturunan seperti asma atau diabetes melitus.
Perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama atau penyakit keturunan seperti asma atau diabetes melitus.
Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan
lingkungannya. Kebiasaan sosial: menanyakan kebiasan dalam dalam pola hidup,
misalnya minum alkohol, atau obat tertentu. Kebiasaan merokok: menanyakan
tentang kebiasaan merokok, sudah berapa lama, berapa batang perhari, dan jenis
rokok. Disamping pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas, maka data biografi juga
merupakan data yang perlu diketahui yaitu: nama, umur, jenis kelamin, tempat
tinggal, suku, dan agama yang dianut oleh klien. Dalam mengajukan pertanyaan
kepada klien, hendaknya diperhatikan kondisi klien. Bila klien dalam keadaan
kritis, maka pertanyaan yang diajukan bukan pertanyaan berduka tetapi
pertanyaan yang jawabannya adalah ya dan tidak. Atau pertanyaan yang dapat
dijawab dengan gerak tubuh, yaitu mengangguk atau menggelengkan kepala saja
sehingga tidak memerlukan energi yang besar.
Psikologi
Kegelisahan dan kecemasan terjadi
akibat gangguan oksigenasi jaringan, stres akibat kesakitan bernafas, dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. Penurunan lebih lanjut
dari curah jantung dapat disertai insomnia atau kebingungan.
Terdapat perubahan integritas ego
didapatkan klien menyangkal, takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada
penyakit yang tidak perlu, khawatir dengan keluarga, kerja, dan keuangan.
Tanda: menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, fokus pada diri sendiri. Interaksi sosial: stres karena keluarga,
pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi, kesulitan koping dengan stresor yang ada.
Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan fisik terdiri atas keadaan umum dan
pengkajian B1-B6
Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien
gagal jantung biasanya didapatkan kesadaran yang baik atau compos mentis dan
akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi SSP
B1 (Breathing)
Pengkajian
yang didapat dengan adanya tanda kongestif vaskular pulmunal adalah dispnea,
ortopnea, dispnea noktural paroksimal, batuk, edema, pulmonal akut. Crackles
atau ronki basah halus secara umum terdengar pada dasar posterior paru. Hal ini
dikenali sebagai bukti gagal ventrikel kiri. Sebelum crackles dianggap sebagai
kegagalan pompa, klien harus diinstruksikan untuk batuk dalam guna membuka
alveoli basilaris yang mungkin dikompresi dari bawah diafragma.
B2
(Bleeding)
Berikut ini akan dijelaskan mengenai
pengkajian apa saja yang dilakukan pada pemeriksaan jantung dan pembuluh darah.
Inspeksi
Inspeksi adanya parut pasca
pembedahan jantung. Lihat adanya dampak penurunan curah jantung. Selain
gejala-gejala yang diakibatkan dan kongesti vaskular pulmonal, kegagalan
ventrikel kiri juga dihubungkan dengan gejala tidak spesifik yang berhubungan
dengan penurunan curah jantung. Kien dapat mengeluh lemah, mudah lelah, apatis,
letargi, kesulitan berkonsentrasi, defisit memori, dan penurunan toleransi
latihan. Gejala ini mungkin timbul pada tingkat curah jantung rendah kronis dan
merupakan keluhan utama klien. Sayangny gejala ini tidak spesifik dan sering
dianggap depresi, neurosis, atau keluhan fungsional. Oleh karena itu, secara
potensial hal ini merupakan indikator penting penyimpangan fungsi pompa yang
sering tidak dikenali kepentingannya, dan klien juga diberi keyakinan dengan
tidak tepat atau diberi tranquilizer
(sediaan yang meningkatkan suasana hati-mood).
Ingat, adanya gejala tidak spesifik dari curah jantung rendah memerlukan
evaluasi cermat terhadap jantung
Distensi
Vena Jugularis. Bila ventrikel kanan tidak mampu berkompensasi, maka akan
terjadi dilatasi ruang, peningkatan volume dan tekanan pada diastolik akhir
ventrikel kanan, tahanan untuk mengatasi ventrikel, peningkatan lanjut pada
tekanan atrium kanan. Peningkatan tekanan ini sebaliknya memantulkan ke hulu
vena kava dan dapat diketahui dengan penigkatan pada tekanan vena jugularis.
Seseorang dapat mengevaluasi hal yang paling baik ini dengan melihat pada
vena-vena dileher dan memperhatikan ketinggian kolom darah. Pada klien yang
berbaring ditempat tidur dengan kepala tempat tidur ditinggikan antara 30◦dan
60◦, pada orang normal kolom darah di vena-vena jugularis eksternal
akan hanya beberapa milimeter diatas batas atas klavikula, bila ini terlihat
sama sekali.
Edema.
Edema sering dipertimbangkan sebagai tanda gagal jantung yang dapat dipercaya.
Tentu saja sering ada bila ventrikel kanan telah gagal. Setidaknya hal ini
merupakn tanda yang dapat dipercaya dari disfungsi ventrikel. Banyak orang,
terutama lansia yang menghabiskan waktu mereka untuk duduk dikursi dengan kaki
tergantung. Sebagai akibat dari posisi tubuh ini, terjadi penurunan turgor
jaringan subkutan yang berhungan dengan usia lanjut, dan mungkin penyakit vena
primer seperti varikositis. Edema pergelangan kaki dapat terjadi yang mewakili
faktor ini dari pada kegagalan ventrikel kanan.
Edema yang berhungan dengan
kegagalan di ventrikel kanan, bergantung pad lokasinya. Bila klien berdiri atau
bangun, perhatikan pergelangan kakinya dan tinggikan kaki bila kegagalan makin
buruk. Bila klien berbaring di tempat tidur, bagian yang bergesekan dengan
tempat tidur menjadi area sakrum. Edema harus diperhatikan di tempat tersebut.
Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah (edema
dependen), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan,
hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan
didalam rongga peritoneum), anoreksia dan mual, nokturia, serta kelemahan.
Edema dimulai pada kaki dan tumit
(edema dependen dan secara bertahap bertambah keatas tungkai yang pada akhirnya
ke genetalia eksterna serta tubuh bagian bawah). Edema sakral jarang terjadi
pada klien yang berbaring lama, karena daerah sakral menjadi daerah yang
dependen. Pitting edema adalah edema
yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan dengan ujung jari.
Palpasi
Oleh karena peningkatan
frekuensi jantung merupakan respons awal jantung terhadap stres, sinus
takikardi mungkin dicurigai dan sering ditemukan pada pemeriksaan klien dengan
kegagalan pompa jantung. Irama lain yang berhubungan dengan kegagalan pompa
meliputi: kontraksi atrium prematur, takikardi atrium paroksimal, dan denyut
ventrikel prematur.
Perubahan nadi.
Pemeriksaan denyut arteri selama gagal jantung menunjukkan denyut yang cepat
dan lemah. Denyut jantung yang cepat atau takikardi, mencerminkan respon
terhadap perangsangan saraf simpatis. Penurunan yang bermakna dari curah
sekuncup vasokonstriksi perifer mengurangi tekanan nadi (perbedaan antara
tekanan sistolik dan diastolik), sehingga menghasilkan denyut yang lemah atau thready pulse. Hipotensi sistolik
ditemukan pada gagal jantung yang lebih berat.
Selain itu, pada gagal jantung kiri yang berat dapat
timbul pulsus alternans (suatu perubahan kekuatan denyut arteri).
Pulsus alternans menunjukkan gangguan fungsi mekanis yang berat dengan
berulangnya variasi denyut ke denyut pada cuurah sekuncup.
Auskultasi
Tekanan
darah biasanya menurun akibat penurunan isi sekuncup.
Tanda fisik yang berkaitan dengan
kegagalan ventrikel kiri dapat dikenali dengan mudah dibagian yang meliputi:
bunyi jantung ketiga dan keempat (S3, S4) serta crackles pad paru-paru. S4 atau gallop atrium, mengikuti kontraksi
atrium dan terdengar paling baik dengan bel stetoskop yang ditempelkan dengan
tepat pada apeks jantung.
Posisi lateral kiri mungkin
diperlukan untuk mendapatkan bunyi. Ini terdengar sebelum bunyi jantung pertama
(S1) dan tidak selalu tanda pasti kegagalan kongestif, tetapi dapat menurunkan
komplains (peningkatan kekauan) miokard. Ini munngkin indikasi awal premonitori
menujuh kegagalan. Bunyi S4 adalah bunyi yang umum terdengar pada klien dengan
infark miokardium akut dan mungkin tidak mempunyai prognosis bermakna, tetapi
mungkin menunjukkan kegagalan yang baru terjadi.
S3 atau gallop ventrikel adalah
tanda penting dari gagal ventrikel kiri dan pada orang dewasa hampir tidak
pernah ada pada adanya penyakit jantung signifikan. Kebanyakan dokter akan
setujuh bahwa tindakan terhadap gagal kongestif diindikasikan dengan adanya
tanda ini. S3 terdengar pada awal diastolik setelah bunyi jantung kedua (S2),
dan berkaitan dengan periode pengisian ventrikel pasif yang cepat. Ini juga
dapat didengar paling baik dengan bel stetoskop yang diletakkan tepat pada
apeks, dengan klien pada posisi lateral kiri dan pada akhir ekspirasi. Bunyi
jantung tambahan akibat kelainan katub biasanya didapatkan apabila penyebab
gagal jantung karena kelainan jantung.
Perkusi
Batas
jantung ada pergeseran yang menandakan adanya hipertrofi jantung (kardiomegali)
B3 (Brain)
Kesadaran biasanya
compos mentis, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan
berat. Pengkajian objektif klien: wajah meringis, menangis, merintih, meregang
dan menggeliat.
B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urine
berhubungan dengan asupan cairan, karena itu perawat perlu memantau adanya
oliguria karena merupakan tanda awal dari syok kardiogenik. Adanya edema
ekstremitas menandakan adanya retensi cairan yang parah.
B5 (Bowel)
Klien biasanya
didapatkan mual dan muntah, penurunan nafsu makan akibat pembesaran vena dan
stasis vena di dalam rongga abdomen, serta penurunan berat badan.
Hepatomegali
Hepatomegali
dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena
di hepar merupakan manifestasi dari kegagalan jantung. Bila proses ini
berkembang, maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat, sehingga cairan
terdorong keluar rongga abdomen, yaitu suatu kondisi yang dinamakan asites. Pengumpulan cairan dalam rongga
abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan distres pernapasan.
B6 (Bone)
Hal-hal
yang biasanya terjadi dan ditemukan pada pengkajian B6 adalah sebagai berikut.
Kulit dingin
Gagal depan pada ventrikel kiri
menimbulkan tanda-tanda berkurangnya perfusi ke organ-organ. Oleh karena darah
dialihkan dari organ-organ non vital demi mempertahahankan perfusi kejantung
dan otak, maka manifestasi paling dini dari gagal ke depan adalah berkurangnya
perfusi organ-organ seperti kulit dan otot-otot rangka. Kulit yang pucat dan
dingin diakibatkan oleh vasokonsktriksi perifer, penurunan lebih lanjut dari
curah jantung dan meningkatnya hemoglobin tereduksi mengakibatkan sianosis.
Vasokonsktriksi kulit menghambat kemampuan tubuh untuk melepaskan panas. Oleh
karena itu, demam ringan dan keringat yang berlebihan dapat ditemukan.
Mudah lelah
Mudah lelah terjadi
akibat curah jantung yang kurang, sehingga menghambat jaringan dari sirkulasi
normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga
terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas dan insomnia
yang terjadi akibat distres pernapasan dan batuk. Gejala-gejala ini dapat
diekserbasi oleh ketidakseimbangan cairan dan elektrolit atau anoreksia.
Pemenuhan personal higiene mengalami perubahan.
3.2 Diagnosis
Keperawatan
1.
Aktual/risiko
tinggimenurunnya curah jantung yang berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan konduksi elektrikal.
2.
Aktual/risiko tinggi
nyeri dada yang berhubungan dengan kurangnya suplai darah ke miokardium,
perubahan metabolisme, dan peningkatan produksi asam laktat.
3. Aktual/risiko kerusakan pertukaran gas yang berhubungan
dengan perembesan cairan, kongesti paru sekunder, perubahan membran kapiler
alveoli, dan retensi cairan interstisal.
4.
Aktual/risiko tinggi
pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak
optimal, kelebihan cairan di paru.
5.
Aktual/risiko tinggi
gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya curah jantung.
6.
Aktual/risko tinggi
penurunan tingkat kesadaran yang berhubungan dengan penurunan aliran darah ke
otak.
7.
Aktual/risko tinggi
terhadap kelebihan voluma cairan yang berhubungan dengan penurunan perfusi organ.
8.
Intoleransi aktivitas
yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai okigen ke jaringan
dengan kebutuhan sekunder penurunan curah jantung.
9.
Aktual/risko tinggi
perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
penurunan intake, mual, dan anoreksia.
10. Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur yang berhubungan
dengan adanya sesak nafas.
11. Aktual/risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan pusing
dan kelemahan.
12. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian,
penurunan status kesehatan, sitasi krisis, ancaman, atau perubahan kesehatan.
13. Aktual/risiko tinggi konstipasi yang berhubungan dengan
penurunan intake, serat dan penurunan bising usus.
14. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan
prognosis penyakit, gambaran diri yang salah, perubahan peran.
15. Risiko ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik yang
berhubungan dengan tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai.
3.3 Perencanaan
Tujuan utama mencakup mencegah nyeri,
mengurangi risiko penurunan curah jantung, meningkatkan kemampuan perawatan
diri, mengurangi cemas, menghindari salah pemahaman terhadap sifat dasar
penyakit dan perawatan yang diberikan, mematuhi program perawatan dini, dan
mencegah komplikasi.
1) Aktual/risiko
tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan penurunan
kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan konduksi
elektrikal.
|
|
Ditandai
dengan peningkatan frekuensi jantung(takikardia), disritmia perubahan
gambaran pola EKG, perubahan tekanan darah (TD),(hipotensi/hipertensi), bunyi
jantung ekstra (S3,S4)penurunan pengeluaran urine, nadi perifer tidak teraba,
kulit dingin, (kusam: diaforesis, orthopea, krakles, distensi vena jugularis,
pembesaran hepar, edema, ekstremites, nyeri dada).
|
|
Tujuan
dalam waktu 3x24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi dan menunjukkan
tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang
dan bebas gejala gagal jantung (seperti parameter bermodinamik dalam batas
normal, keluaran urine adekuat).
|
|
Kriterial
klien akan melaporkan penurunan episode dispnea berperan dalam aktivitas
mengurangi beban kerja jantung, tekanan darah dalam batas normal(120/80
mmhg). Nadi 80 kali/menit,tidak terjadi aritmia, denyut jantung dan irama
jantung teratur, CRT kurang dari 3 detik dan produksi urine > 30 ml/jam.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji
dan laporkan tanda curah jantung
|
Kejadian
mortalitas dan morbiditas sehubungan dengan MI yang lebih dari 24 jam pertama
|
Periksa
keadaaan klien dengan mengauskultasi nadi apikal: kaji frekuensi, irama
jantung (dokumentasi disritmia, bila tersedia telemetri).
|
Biasanya
terjadi takikardia meskipun pada saat istirahat untuk mengompensasai
penurunan kontraktilitas ventrikel, KAP, PAT, MAT, PVC, dan AF disritmia umum
berkenaan dengan GJK meskipun lainnya juga terjadi.
Catatan
: disritmia ventrikel tidak rensponsif terhadap obat yang diduga aneurisme
ventrikel.
|
Catat
bunyi jantung
|
S1
dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa, irama gallop umum (S3 dan
S4) dihasilkan sebagai aliran darah kedalam serambi yang distensi murmur
dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis mitral.
|
Palapasi
nadi perifer
|
Penurunan
curah jantung menunjukkan menurunnya nadi radial popliteal, dorsalis pedis,
dan postibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi,
dan pulsus alteran (denyut kuat lain dengan denyut lemah) mungkin ada.
|
Pantau
adanya keluaran urine, catat keluaran dan kepekatan konsentrasi urine
|
Ginjal
berespon untuk menurunkan curah jantung dengan menahan ciran dan natrium,
keluaran urine biasanya menurun selama tiga hari karena perpindahan cairan ke
jaringan tetapi dapat meningkat pada malam hari sehingga cairan berpindah
kembali ke sirkulasi bila pasien tidur.
|
Istirahatkan
klien dengan tirah baring optimal
|
Oleh
karena jantung tidak dapat diharapkan untuk benar-benar istirahat untuk
sembuh seperti luka pada patah tulang, maka hal terbaik yang dilakukan adalah
mengistirahatkan klien. Melalui inaktivitas, kebutuhan pemompaan jantung
diturunkan.
Tirah
baring merupakan bagian yang penting dari pengobatan gagal jantung kongestif,
khususnya pada tahap akut dan sulit disembuhkan. Selain itu, untuk menurunkan
seluruh kebutuhan kerja pada jantung, tirah baring membantu dalam menurunkan
beban kerja dengan menurunkan volume intravaskular melalui induksi diuresis
berbaring.
Istirahat
akan mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan
menurunkan tekanan darah. Lamanya berbaring juga merangsang diuresis, karena
berbaring akan memperbaiki perfusi ginjal. Istirahat juga mengurangi kerja
otot pernapasandan pengguanaan oksigen. Frekuensi jantung menurun yang akan
memperpanjang periode diastole pemulihan, sehingga memperbaiki efisiensi
kontraksi jantung.
|
Atur
posisi istirahat baring yang ideal. Kepala tempat tidur harus dinaikkan 20
sampai 30 cm (8-10 inci) atau klien didudukkan di kursi.
|
Klien
dengan gagal jantung kongestif dapat berbaring dengan posisi seperti dalam
gambar untuk mengurangi jumlah darah yang kembali ke jantung sehingga dapat
mengurangi kongesti paru.
Pada
posisi aliran balik vena ke jantung (preload)
dan paru berkurang, kongesti paru berkurang, serta penekanan hepar ke
diafragma menjadi minimal. Lengan bawah harus di soskong dengan bantal untuk
mengurangi kelelahan otot bahu akibat berat lengan yang menarik secara teru
menerus. Klien yang dapat bernapas hanya pada posisi tegak(orthopea) dapat
didudukkan disisi tempat tidur dengan kedua kaki disokong kusi, kepala dan
lengan diletakkan di meja tempat tidur dan vertebra lumbosakral disokong
dengan bantal. Bila terdapat kongesti paru, maka lebih baik klien di dudukkan
di kursi karena posisi ini dapat memperbaiki perpindahan cairan dari paru.
Edema yang biasanya terdapat di bagian bawah tubuh berpindah ke daerah skaral
ketika klien dibaringkan di tempat tidur.
|
Kaji
perubahan pada sensorik. Contoh: letargi, cemas dan depresi
|
Dapat
menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan
curah jantung.
|
Berikan
istirahat psikologi dengan lingkungan yang tenang
|
Sters
emosi menghasilkan vasokonstriksi yang terkait, meningkatkan tekanan darah,
dan meningkatkan frekuensi/kerja jantung.
|
Berikan
oksigen tambahan dengan nasal kanul/masker sesuai dengan indikasi.
|
Meningkatkan
sediaan oksigen untuk kebutuhanmiokardium guna melawan efek hipoksia/iskemia.
|
Hindari
manuver dinamik seperti berjongkoksewaktu melakukan BAB dan
mengepal-ngepalkan tangan.
|
Berjongkok
Berjongkok meningkatkan aliran balik vena dan
resistensi arteri sistematik secara simultan menyebabkan kenaikan volume
sekuncup (stroke volume) dan tekanan arteri. Peregangan ventrikel kiri yang
bertambah akan meningkatkan beban kerja jantung secara simultan.
Latihan
isometrik
Latihan
isometrik:mengepal-ngepalkan tangan (handgrip) secara terus-menerus selama
20-30 detik meningkatkan resistensi arteril sistematik, tekanan darah, dan
ukuran jantung. Latihan ini akan meningkatkan beban kerja jantung.
|
Kolaborasi
untuk pemberian diet jantung
|
Rasional
dukungan diet adalah mengatur diet sehingga kerja dan ketegangan otot jantung
minimal dan status nutrisi terpelihara , sesuai dengan selera dan pola makan
klien.
Pembatasan
natrium
Pembatasan
natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur, dan mengurangi edema seperti pada
hipertensi atau gagal jantung. Hindari kata-kata”rendah garam” atau “bebas
garam”. Kesalahan yang sering terjadi biasanya disebabkan akibat penerjemahan
yang tidak konsisten dari garam ke natrium. Harus diingat bahwa garam itu
tidak 100% natrium. Terdapat 393 mg, atau sekitar 400 mg natrium dalam 1 g
(1000 mg) garam. Maka, klien yang menjalani diet rendah natrium harus
dianjurkan untuk jangan membeli makanan olahan dan membaca lebel dengan
teliti terhadap kata-kata “garam” atau “natrium”, khususnya makanan kaleng.
|
Kolaborasi
untuk pemberian obat
|
Banyaknya
obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki
kontraktilitas, dan menurunkan kongesti.
|
Diuretik,
furosemid (lasix), spironolakton (aldakton).
|
Penurunan
preload paling banyak digunakan dalan mengobati pasien dengan curah jantung
relatif normal ditambah dengan gejala kongesti diuretik blok reabsorpsi
natrium dan air.
|
Vosadilator,
contoh nitrat (isosorbide dinitrat, isdril).
|
Vosadiator
digunakan untuk meningkatkan curah jantung, menurunkan volume sirkulasi
(vasodilator), dan tahanan vaskular sistematik (artoridilator juga kerja
ventrikel).
|
Digoxin(lanoxin).
|
Meningkatkan
kekuatan kontraksi miokardium dan memperlambat frekuensi jantung dengan
menurunkan volume sirkulasi (vasodilator) dan tahanan vaskular sistemik
(arteriodilator)juga kerja ventrikel.
|
Captopril
(capoten), lisinopril (prinivil), enapril (vasotec).
|
Meningkatkan
kekuatan kontraksi miokardium dan memperlambat frekuensi jantung dengan
menurunkan konduksi dan memperlama periode refraktor angiotensin dalam paru
serta menurunkan vasokonstriksi, SVR, dan TD.
|
Morfin
sulfat
|
Penurunan
tahanan vaskular dan aliran balik vena/menurunkan kerja miokard,
menghilangkan cemas dan mengistirahatkan sirkulasi umpan balik cemas
pengeluaran katekolamin vasokonstriksi cemas
|
Tranqulilizer/sedatif
|
Meningkatkan
istirahat/relaksasi dan menurunkan kebutuhanoksigen serta kerja miokard.
Catatan : ada obat oral yang analog amrinon, (incor) agen inotrofik positif
yang disebut milrinon yang cocok untuk penggunaan jangka panjang.
|
Antikoagulan,
contoh : dosis rendah warfarin (coumadin).
|
Dapat
digunakan secara profilaksis untuk mencegah pembentukan trombus/emboli pada
adanya faktor resiko seperti statis vena, tirah baring, disritmia jantung,
dan riwayat episode sebelumnya.
|
Pemberian
cairan IV, pembatasan jumlah totl sesuai dengan indikasi, hindari cairan
garam.
|
Oleh
karena adanya peningkatan tekanan ventrikel kiri, pasien tidak dapat
menoleransi peningkatan volume cairan (preload). Pasien juga mengeluarkan
sedikit natrium yang menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan kerja
miokard.
|
Pantau
seri EKG dan perubahan foto dada
|
Depresi
segmen ST dan dan datanya gelompang T dapat terjadi karena peningkatan
kebutuhan oksigen. Foto dada dapat menunjukkan pembesaran jantung dan
perubahan kongesti pulmonal.
|
2) Aktual/risiko
tinggi nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan
oksigen dengan kebutuhan miokardium sekunder dari penurunan suplai darah ke
miokardium, peningkatan produksi asam laktat.
|
|
Tujuan
dalam waktu 3x24 jam tidak ada keluhan dan terdapat penurunan respons nyeri
dada. Kriteria secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada.
Secra objektif di dapatkan TTV dalam batas normal, wajah rileks, tidak
terjadi penurunan perfusi perifer. Urine >600 ml/hari.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Catat
karateristik nyeri, lokasi, intensitas, lama, dan penyebarannya
|
Variasi
penampilan dan perilakuklien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
|
Anjurkan
kepada klien untuk melaporkan nyeri dengan segera.
|
Nyeri
berat dapat menyebabkan syok kardiogenik yang berdampak pada kematian
mendadak.
|
Lakukan
manajemen nyeri keperawatan:
1. Atur
posisi fisiologis
|
Posisi
fisiologis akan meningkatkan asupan O2 ke jaringan yang mengalami
iskemia.
|
2. Istirahatkan
klien
|
Istirahat
akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan perifer, sehingga kebutuhan
miokardium menurun dan akan meningkatkan suplai darh dan oksigen ke miokardium
yang membutuhkan O2 untuk menurunkan iskemia.
|
3. Berikan
oksigen tambahan dengan nasal kanul atau masker sesuai dengan indikasi.
|
Meningkatkan
jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardium seakaligus untuk
mengurangi ketidaknyamanan sampai dengan iskemia.
|
4. Manajemen
lingkungan: lingkungan tenang dan batasi pengunjung
|
Lingkungan
tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung
akan membantu meningkatan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan.
|
5. Ajarkan
teknik relaksasi pernapasan dalam
|
Meningkatakan
asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia
jaringan otak.
|
6. Ajarkan
teknik distraksi pada saat nyeri.
|
Distraksi
(pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme
peningkatan prodoksi endorfin dan enkefalin yang dapat memblok resptor nyeri
untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri.
|
7. Lakukan
manajemen lingkungan.
|
Manajemen
lingkungan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu
menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah kemudian
dengan otomatis membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri serta
menurunkan sensasi nyeri.
|
Kolaborasi
pemberian terapifarmakologis antiangina.
|
Obat-obat
antiangina bertujuan untuk meningkatkan aliran darah, baik dengan menambah
suplai oksigen atau dengan mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen.
|
·
Antiangina
(nitrogliserit).
|
Nitrat
berguna untuk kontrol nyeri dengan efek vasodilatasi koroner.
|
·
Analgesik, morfin 2-5
mg intravena.
|
Menurunkan
nyeri hebat, memberikan sedasi, dan mengurangi kerja miokard.
|
·
Penyekat beta. Contoh
: atenolol, tonormin, pindolol, visken propanolol.
|
Penghambat beta menghambat reseptor beta 1 untuk
pengontrol nyeri melalui efekhambatan rangsangsimpatis, dengan demikian
sdneyut jantung akan berkuarang. Obat obat ini berfungsi sebagai antiangina,
antiaritmia dan anti hiprtensi. Penghambat beta efektif sebagai antiangina,
karena mengurangi denyut jantung dan kontraktiloitas miokardium. Obat ini
menurunkan kebutuhan pemakaiaan oksigen, sehingga rasa nyeri angina mereda.
|
·
Penyekat saluran
kalsium. Contoh : varefamil, diltiazem (prokardia).
|
Kalsium mengaktivasi kontraksi miokardium serta
menambah beban kerja dan keperluan jantung akan oksigen. Penghambat kalsium
menurunkan kontraktilitas jantung dan beban kerja jantung sehingga mengurangi
keperluan jantung akan oksigen. Obat ini efektif dalam mengendalikan angina
varian dengan merelaksasikan arteri koroner dan dalam meredakan angina klasik
dengan mengurangi kebutuhan oksigen.
|
3) Aktual atau resiko tinggi ke rusakan pertukaran gas
yang berhbungan dengan peembesan cairan, kongesti paru sekunder, perubahan
membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstisial.
Tujuan : dalam
waktu 3x24 jam tidak ada keluhan sesak atau terdapat penurunan respons sesak
napas.
Kriteria : secar
subjektifklien menyatakan penurunan sesak napas, secara objektif di dapatkan
TTV dalam batas normal (RR 16-20x /menit), tidak ada penggunaan otot abntu
napas, analisis gas darah dalam batas normal.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Berikan tambahan O2 6 liter/menit
|
Untuk meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses
pertukaran gas.
|
Pantau saturasi (oksimetri) Ph, BE, HCO3 (dengan
BGA)
|
Untuk mengetahui tingkat oksigenasi pada jaringan
sebagai dampak adekuat tidaknya proses pertukaran gas.
|
Koreksi keseimbangan asam-basa
|
Mencegah asidosis yang dapat memperberat fungsi
pernapasan.
|
Cegah ateleksasis dngan melatih batuk efektif dan
napas dalam.
|
Kongesti yang berat akan memperburuk proses
pertukaran gas sehingga berdampak pada timbulnya hipoksia.
|
Kolaborasi
·
RL 500 cc/24jam
·
Digoxin 1-0-0
|
Meningkatkan kontraktilitas otot jantung sehingga
dapat mengurangi timbulnya edema dan dapat mencegah gangguan pertukaran gas.
|
Furosemid 2-1-0
|
Membantu mencegah terjadinya retensi cairan dengan
menghambat ADH.
|
4) Aktual/resiko tinggi pola napas tidak efektif
yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di
paru sekunder pada edema paru akud.
Tujuan : dalm
waktu 3x24jam tidak terjadi perubahan pada napas.
Kriteria : klien
tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20x/menit, respons batuk berkurang.
INTERVENSI RASIONAL
Auskultasi bunyi napas (krakles)
|
Indikasi edema paru sekunder akibat dekompensasi
jantung.
|
Kaji adanya edema
|
Curiga gagal kongestif/kelebihan volume cairan.
|
Ukur intake dan output
|
Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan
perfusi ginajl, retensi natrium/air dan penurunan keluaran urin.
|
Timbang berat badan
|
Perubahan tiba2 dari berat badan menunjukkan
gangguan keseimbangn cairan.
|
Pertahankan pemasukan total cairan 2.000ml/24 jam
dalam toleransi kardiovaskuler.
|
Memenuhi kebutuahan caioran tubuh orsang dewasa,
tetapi memerlukan pembatasan dengan adanya dekompensasi jantung.
|
Kolaborasi
·
Berikan diet tanpa
garam.
|
Natrium meningkatkan retensi cairan dan
meningkatkan volume plasma yang berdampak terhadap peningaktan beban kerja
jantung dan akan membuat kebutuhan miokardium meningkat.
|
·
berikan deuretik,
comtohfurosemide,sprinolakton.
|
Diuretik bertujuan menurunkan volume plasma dan
menurunkan retensi cairan di jaringan, sehingga menurunkan resiko terjadinya
edema paru.
|
Pantau data lab, elektrolit kalium.
|
Hipokalemia dapat memmbatasi keefektifan terapi.
|
5) Aktual/resiko tinggi gangguan perfusi perifer
yang berhubungan dengan menurunya curah jantung.
Tujuan : dalam
waktu 2x24jam perfusi perifer meningkat.
Kriteria : klien
tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, CRT<3 detik, urine >
600ml/hari.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
aukultasi TD.
Bandingkan kedua lengan, ukur dalm keadaan berbaring, duduk atau berdiri bila
memungkinkan.
·
Kai warna kulit ,
suhu, sianosis, nadi perifer dan diaferesis secara teratur.
·
Kaji kualitas
peristaltik, jika perlu pasang kode.
·
Kaji adanya kongestif
hepar pada abdomen kanan atas.
·
Pantau urine ooutput.
·
Catat adanya murmur.
·
Pantau frekuensi
jantung dan irama.
·
Berikan makanan
kecil/mudah di kunyah, batasi asupan kafein.
·
Kolaborasi
Pertahankan
cara masuk heparin (IV) sesuai indikasi.
|
·
Hipertensi dapat juga
terjadi disfungsi ventrikel, hipertensi juga fenomena umum yang berhubungan
denagn nyeri, cemas karena pengeluaran katekolamin.
·
Mengetahui derajat
hipoksemia an meningkatkan tahanan perifer.
·
Mengetahui pengaruh
hipoksia terhadap fungsi saluran cern. Serta dampak penurunan elektrolit.
·
Sebagai dampak gagal
jantung kanan, jika berat akan di temukan adanya tanda kongestif.
·
Penurunan curah
jantung mengakibatkan menurunya produksi urine, pemantauan yang katat pada
produksi urine <600ml/hari merp tanda2 terjadinya syok kardiogenik.
·
Menunjukkan gangguan
aliran darah dalam jantung.
·
Perubahn frekuensi
dan irama jantung menunjukkan komplikasi disritmia.
·
Makanan beasr dapt
menybabkan kerja miokardiu. Kafein dapat merangasang langsung ke jantung
sehingga meningkatkan frekuensi jantung.
·
Jalur yang paten
prnting untuk pemberian obat darurat.
|
6) Aktual/resiko tinggi penurunan tingkat kesadarn
yang berhubungan dengan penurunan aliran darah ke otak.
Tujuan : dalam
waktu 2x24 jam tidak terjadi penurunan tingkat keasadaran dan dapat
mempertahankan cardiac output secara
adekuad guna meningkatkan perfusi jaringan otakk.
Kriteria : klien
tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, sesak napas, mual/muntah, tanda
diaferesis dan pucat/sianosis hilang, akral hangat, kulit segar, BJ tunggal
kuat, irama denyut sinus, produksi urine >30 ml/am, respons verbal baik, EKG
normal, JVP < 3 cm H2O, BUN/kreatinin normal.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji status mental klien secara teratur.
|
Mengetahui derajat hipoksia pada otak.
|
Observasi prubahan sensori dan tingkat kesadaran
pasien yang menunjukkan penurunan perfusi otak.
|
Bukti aktual pada penurunan aliran darah ke
jaringan serebral adalah adanya perubahan respons sensori dan penuruna
tingkat kesadaran pada fase akud dari kegagalan yang harus di awasi secara
ketat.
|
Kurangi aktivitas yang merangsang timbulnya
respons valsava/aktifitas.
|
Respons valsava akan meningkatkan beba jantung
sehingga akn menurunkan curahh jantung ke otak.
|
Catat adanya keluhan pusing.
|
Keluhan psing merp manifestasi penurunan suplai
darah ke jaringan ke otak yang parah.
|
Pantauu frekuensi jantung dan irama.
|
Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukkan
komplikasi disritmia.
|
Jangan memberikan digitalis jika di dapatkan
perubahan denyut jantung, bunyi jantung atau perkembangan toksisitas
digitalis.
|
Efek an toksisitas digitalis dengan peningkatan
denyut jjantung akan merangsang terjadinya disritmia, sehingga memerlukan
pemantauan yang lebih ketat untuk menghindari penururnan tingkat kesadaran.
|
Kolaborasi
·
Pertahankan cara
masuk hepatin (IV) sesuai indikasi.
|
Jalur yang paten penting untuk pemberian obat
darurat.
|
7) Aktual/resiko tinggi kelebihan volume cairanyang
berhubungan dengan kelebihan cairan sitemik, perembesan cairan interstisial di
sistemik sebagai dampak sekunder dari penurunan curah jantung, gagal jantung
kanan.
Tujuan : dalam
waktu 3x24 jam tidak terjadi kelebihan volume cairan sistemik.
Kriteria : klien
tidak sesak napas, edema ekstremitas berkurang, pitting edema (-), produksi
urine > 600 ml/hr.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji adanya ekstremitas.
|
Curiga gagal kongestif/kelebihan volume cairan.
|
Kaji tekanan darah.
|
Sebagai salah satu cara untuk mengetahui
peningkatan jumlah cairan yang dapat di ketahui dengan meningkatkan beban
kerja jantung yang dapat di ketahui dari meningkatnya tekanan darah.
|
Kaji distensi vena jugularis.
|
Peningkatan cairan dapat membebani fungsi
ventrikel kanan yang dapat di pantau melalui pemeriksaan tekanan vena jugularis.
|
Ukur intake dan output.
|
Penururnan curah jantung mengakibatakan gangguan
perfusi ginjal, retensi natrium/air dan penurunan keluaran urine.
|
Timbang berat badan.
|
Perubahan tiba2 berat badan menunjukkan gangguan
keseimbangan cairan.
|
Beri posisi yang membantu drainase ekstrimitas,
lakukan latihan gerakan pasif.
|
Meningkatkan venous return dan mendorong
berkurangnya edema perifer.
|
Kolaborasi
·
Berikan diet tanpa
garam.
·
Berikan diuetik,
contoh : furosemide, sprinolakton, hidronolakton.
·
Pantau data lab
elektrolit kalium.
|
·
Natrium meningkatakan
retensi cairan dan meningkatkan volume plasma yang berdampak pada peningkatan
beban kerja jantung dan akan membuat kebutuhan miokardium meningkat.
·
Diuretik bertujuan
untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan
sehingga menurunkan resiko terjadinya edema paru.
·
Hipokalemia daoat
membatasi keefektifan terapi.
|
8) Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jarinagan dengan kebutuhan sekunder
dari penururnan curah jantung.
Tujuan :
aktifitas sehari2 klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktifitas.
Kriteria : klien
menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala2 yang berat, terutama
mobilisasi di tempat tidur.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Catat frekuensi jantung : irama dan perubahan TD
selama dan sesudah aktivitas.
|
Respons klien terhadap aktivitas dapat
mengindikasikan adanya penurunan O2 miokard.
|
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan berikan
aktivitas senggang yang tidak berat.
|
Menurunkan kerja miokard/konsumsi O2.
|
Anjurkan klien untuk menghindari peningkatatn
peningkatan tekanan abdomen, misal : mengajari saat defekasi .
|
Dengan mengejan dapat mengakibatkan bradikardi,
menurunkan curah jantung dan takikardi serta peningkatan TD.
|
Jelaskan pola peningktan bertahap dari tingkat
aktivitas, contoh : bangun dari kursi, bila tidak ada nyeri lakukan ambulasi
kemudian istieahat selam 1 jam setelah makan.
|
Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung,
meningkatkan tagangan dan mencegah aktivitas berlebihan.
|
Pertahnkan klien pada posisi tirah baring
sementara sakit akut.
|
Untuk mengurangi beban jantung.
|
Tingkatkan klien duduk di kursi dan tinggikan kaki
klien.
|
Untuk menngkatkan venous return.
|
Pertahankan rentang gerak pasif selam sakit kritis.
|
Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu venous return.
|
Evaluasi tanda vital sat kemajuan aktivitas
terjadi.
|
Untuk mngetahui fungsi jantung bila di kaitkan
dengan aktivitas.
|
Berikan waktu istirahat di antara waktu aktivitas.
|
Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh
dan tidak terlalu memaksa kerja jantung.
|
Pertahankan penambahan O2 sesuai kebutuhan.
|
Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan.
|
Selam aktivitas kaji EKG, dispnea, sianosis, kerja
dan frekuensi napas serta keluhan subjektif.
|
Melihat ampak dari aktivitas terhadap fungsi
jantung.
|
Berikan diet sesuai kebutuhan (pembatasan air dan
Na)
|
Untuk mencegah retensi cairan an edema akibat
penurunan kontraktilitas jantung.
|
Rujuk ke program rehabilitasi jantung.
|
Meningkatkan jumlah O2 yang ada untuk pemakaian
miokardium sekaligus mengurangi ketidak nyamanan smapai dengan iskemia.
|
9) Aktual/resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang
dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake, mual, dan
anereksia.
Tujuan : dalam
waktu 3x24 jam terdapat peningkatan dalam pemenuhan nutrisi.
Kriteria : klien
secara subjektif termotivasi untuk melakukan pemenuhan nutrisi sesuai anjuran,
asupan meningkat pada porsi makan yang di sediakan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Jelaskan tentang manfaat makan jika di kaitkan
dengan kondisi klien saat ini.
|
Dengan pemahaman klien akanmlebih kooperatif
mrngikuti aturan.
|
Anjurkan agar klien memakan makanan yang di
sediakn di RS.
|
Untuk menghindari makanan yang justru dapat
mengganggu proses penyembuhan klien.
|
Beri makakna dalam keadaan hangat dan porsi kecil
serta diet TKTPRG.
|
Untuk meningkatkan selera dan mencegah mual,
mempercepat perbaikan kondisi serta mengurangi beban kerja jantung.
|
Libatkan keluarga klien dalam pemenuhan nutrisi
tambahn yang tidak bertentangan dengan penyakitnya.
|
Klien kadang kala mempunyai selera makan yang
sudah terbiasa sejak di ruamh. Dengan bantuan keluarga dalam pemenuhan
nutrisi dengan tidak bertentangan dengan pola diet akan meningkat pemnuhan
nutrisi.
|
Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan
sesudah makan serta sebelum dan sesudah intervensi/pemeriksaan per oral.
|
Higine oral yang baik akan meningkatkan nafsu
makan klien.
|
Beri motivasi dan dukungan psikologis.
|
Meningkatkan secara psikologis.
|
Kolaborasi :
·
Dengan nutrisi
tentang pemenuhan diet klien.
·
Pemberian
multivitamin.
|
·
Meningkatkan
pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kondisi klien.
·
Memenuhi asupan
vitamin yang kurang ari penuruna asupan nutrisi secara umum an memperbaiki
daya tahan.
|
10) Ganguan pemenuhan istirahat dan tidur yang
berhubungan dnegan adanya sesak napas.
Tujuan : dalam
waktu 3x24 jam keluhan gangguan pemenuhan kebutuahn tidur berkurang.
Kriteria : klien
tidak mengeluh ngantuk, TTV dalam batas normal, mata tidak merah, tidur 6-8
jam/hari.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Catat pola istirahat dan tidur klien siang dan
malam hari.
|
Variasi penampilan dan perilaku klien dalam
pmenuhan istirhat sreta tidur sebagai temuan pengkajian.
|
Atur posisi fisiologis.
|
Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2 dan
rasa nyaman.
|
Berikan O2 tambahn dengan nasal kanul atau masker
sesuai dengan indikasi.
|
Meningkatkan jumlah O2 yang ada untuk pemakaian
miokardiumsekaligus mengurangi ketidaknyamanan dan terjadi iskemia.
|
Menejemen lingkungan. Lingkungan tenang dan batasi
pengunjung.
|
Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus
nyeri eksternal dan pebatasan pengunjung akan mmbantu klien dalam melakukan
istirahat psikologis.
|
Ajarkan teknik distraksi sebelum tidur.
|
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan
persepsi nyeri dan efektif pada klien yang sudah mengalami penurunan tingkat
sesak.
|
Lakukan manajemen sentuhan.
|
Manajemen sentuhan pada klkien yang insomnia
berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan stimulus
eksternal.
|
Kolaborasi pemberian obat sedatif.
|
Meningkatkan istirsht/relaksasi dan membantu klien
dalam memenuhi kebutuhan tidur.
|
11) Aktual/resiko tinggi yang berhubungan dengan
pusing dan kelemahan.
Tujuan : dalam
waktu 3x24 jam tidak terjadi cedera pada klien.
Kriteria : klien
tidak terjatuh, TTV dalam batsa normal.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Catat pola istirahat an tidur klien siang dan
malam hari.
|
Variasi penampilan dan perilakuklien dalam
pemenuhan istirahat dan tidur sebagai temuan pengkajian.
|
Pantau adanya pengaman pada tempat tidur klien.
|
Tempat tidur dengan adanya pengaman/pagar tempat
tidur dpat mencegah klien jatuh pada saat gelisah dan mengalami kelemahan.
|
Atur posisi fisiologis.
|
Posisi fisiologis akan maningkatkan O2 dan rasa
nyaman.
|
Manajemen lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
|
Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus
nyeri eksternal dan pebatasan pengunjung akan mmbantu klien dalam melakukan
istirahat psikologis.
|
12)
Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman atau
perubahan kesehatan.
|
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam kecemasan klien
berkurang.
Kriteria : klien menyatakan kecemasan
berkurang,kloien mengenal perasaanya dengan mengidentifikasi penyebab atau
faktor yang mempengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan dan wajh rileks.
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Bantu
klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan dan takut.
|
Cemas
berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung selanjutnya.
|
Kaji
tanda verbal dan nonvorbal kecemasan, dampingi lien dan lakukan tindakan bila
menunjukkan perilaku merusak.
|
Reaksi
verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah dan gelisah.
|
Hindari
konfrontasi
|
Konfrontasi
dapat menimbulkan rasa marah, menurunkan kerja sama dan mungkin memperlambat
penyembuhan.
|
Mulai
melakukan tindakn untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan
suasana penuh istirahat.
|
Mengurangi
rangsangan eksternal yang tidak perlu.
|
Tingkatkan
kontrol sensasi klien.
|
Kontrol
sesnsai klien dengan cara memberika informasi menegnai keadaan klien,
menekankan pada penghargaan terhadap sumber2 koping (pertahanan diri) yang
positif, membantu latiahn relaksasi dan teknik2 pengalihanserta memberikan
respon balik yang positif.
|
Orientasikan
klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang di harapka.
|
Orientasi
dapat mnurunkan kecemasan.
|
Kolaborasi
: berikan anticemas sesuai indikasi, contohnya diazepam.
|
Meningkatkan
relaksasi dan menunjukkan kecemasan.
|
13) Koping individu tidak efektif yang berhubungan
dengan prognosis penyakit, gambaran diri yamg slah dan perubahan peran.
Tujuan : dalam
waktu 1x24 jam klien mampu engembangkan koping yang positif.
Kriteria : klien
kooperatif tehadap stiep intervensi keperawatan, mampu menyatakan atau
mengkomunikasikan dengan ruang terdekat tentang situasi dan perubahan yang
sedang terjadi.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji dari perubahan persepsi dan hubungan dengan
derajat ketidakmampuan.
|
Menentukan bantuan individu dalam menyusun rencana
perawatan atau pemilihan intervensi.
|
Identifikasi kehilangan atau disfungsi padas
klien.
|
Beberapa klien dapat menerims dan mengatur
perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaian diri.
|
Anjurkan klien untuk mengekpresikan perasaan
termasuk permusuhan dan kemarahan.
|
Menujukkan penerimaan, membantu klien untuk
engenal dan mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut.
|
Bantu dan anjurkan perawatan yang baik serta
perbaiki kebiasaan.
|
Membantu meningkatakan perasaaan harga diri dan
mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
|
Anjurkan orang yang terdekat untuk mengizinkan
klien melakukan sebanyak2nya hal2 unutk dirinya.
|
Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan
membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi.
|
Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan
minat atau partisipasi dalam aktifitas rehabilitasi.
|
Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan
pengertian tentangperan individu di masa mendatang.
|
Kolaborasi : rujuk pada ahli neuropsikologi dan
konseling bila ada indikasi.
|
Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting
untuk perkembangan perasaan
|
14) Resiko kekambuhan yang berhubungan dengan
ketidak patuahan terhadap aturan terapeutik, tidak mau menerima perubahan pola
hidup yang sesuai.
Tujuan : dalm
waktu 1x24 jam klien mengenali faktor2 yang menyebabkan peningkatan resiko
kekambuhan.
Kriteria : klien
secara subjektif menyatakan bersedia dan ttermotifasi untuk melakukan aaturan
terapeutik jangka panjang dan mau merima perubahan pola hidup yang efektif.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Identifikasi faktor yang mendukung pelaksanaan
pola hidup.
|
Tanyakan keluarga terdekat apakah suami/istri
astau anak yang mampu mendapat penjelasan dan menjadi pengawas klien dalam
mejalankan pola hidup yng efektif selama klien di rumah dan memiliki waktu
yang optimal dalam menjaga klien.
|
Berikan penjelasan penatalaksanaan terapeutik
lanjutan.
|
Setelah mengalami serangan akut perawat perlu
menjelaskan penatalaksanaan lanjutan dengan tujuan dapat :
·
Membatasi
progresivitas kegagalan jantung
·
Meningkatkan
perawatan diri.
·
Menurunkan kecemasan.
·
Mencegah aritmia dan
komplikasi.
|
Menyarankan keluarga agar memanfaatkan sarana
kesehatan di masyarakat.
|
Untuk memudahkan klien dalam memantau status
kesehatanya.
|
Ajarkan strategi menolong diri sendiri
·
Anjurkan untuk
memantau berat badan pada saat bangu tidur, sebelum makan pagi, dengan
pakaian yang sama dan dengan timbangan yang sam.
·
Melaporkan peningkatan
berat badan yang melebihi 1,5 kg dlam 1 minggu.
·
Mengikuti latihan
fisik.
·
Beri penjelasan
tenytang pemakaian obat nitrogliserin.
·
Hindari merokok.
·
Pendidikan keshatan
diet.
·
Manufer dinamika.
·
Pendidikan kesehatan
seks.
·
Stres imosional.
|
Peningkatan berat badan merp faktor yag
meningkatkan beban jantung dalam melakukan kontraksi.
Latihan fisik rutin secara bertahap memberikan
adaptasi pada ventrikelkiri dalam elakukan kompensasi kebutuhan suplai darah
otot rangka.
Minum obat nitrogliserin 0,4-0,6 mg tablet secara
sublingual 3-5 menit sebelum melakukan aktivitas dengan tujuan untuk
mengatasi resiko angina.
·
Merokok akan
meningkatkan adhesi trombosit merangsang pembentukan trombus pada arteri
koroner.
·
Hb lebih mudah berikatan
dengan karbonmonoksida di bandingkan dengan O2.
·
Nikotin dan tar
mempunyai respons terhadap sekresi hormon vasokontriktor sehingga akan
meningkatkan beban kerja jantung.
Konsumsi banyak makan garam merp salah satu faktor
persepsi serangan sesak napas dan edema ekstremitas. Aktivitas yang di
lakukan setelah makan yang cukup banyakdapat meningkatkan resiko angina.
Klien di anjurkan agar beraktivitas setelah paling kurang satu jam setelah
makan.
Klen di ajurkan untuk menghindari manuver dinamika
seperti berjongkok, mengejan dan tterlalu lama menahan napas yang merp faktor
presipitasi timbulnya angina.
Jika hub seks merp salah satu faktor presipitasi
angina pada klien, maka sebelum melakukan aktivitas seksual klein di anjurkan
untuk meminum obat nitrogliserin atau sedatif atau keduanya.
Serangan sesak napas dari gagal jantung kiri lebih
sering terjadi pada klien yang mengalami kecemasan, ketegangan serta eforia
atau kegembiraan yang berlebihan. Pemberian obat sedatif ringan seperti
diazepin dapat mengurangi respons lingkungan yang memberi dampak stres
emosional.
|
Beri dukungan secra psikologis.
|
Dapat membantu meningkatkan motivasi klien dalam
mematuhi apa yang telah di beikan penjelasan.
|
3.4 Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana
tindakan interdependent, dependent, independent. Pada pelaksanaan terdiri dari
beberapa kegiatan, validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana
keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data. (Susan Martin,
1998)
3.5 Evaluasi
Hasil yang di
harapkan pada proses perawatan klien dengan gagal jantung.
1. Bebas
dari nyeri.
2. Terpenuhinya
aktivitas sehari2.
3. Menunjukkan
peningkatan curah jantung.
·
TTV kembali normal
·
Terhindar dari resiko
penururnan perfusi perifer
·
Tidak terjadi kelebihan
volume cairan.
·
Tidak sesak.
·
Edema ekstremitas.
4. Menurunkan
penururnan kecemasan.
5. Memahami
penyakit dan tujuan perawatanya.
·
Mematuhi semua aturan
medis.
·
Mengetahui kapan harus
memintta bantuan medis bila nyeri mnetap atau sifatnya berubah.
·
Memahami cara mencegah
komplikasi dan menunjukkan tanda2 dari komplikasi.
·
Menjelaskan proses
terjadinya gagal jantung.
·
Menjelaskan alasan
tindakan pencegahan komplikasi.
·
Mematuhi program
perawatan diri.
·
Menunjukkan pemahaman
mengenai terapi farmakologi.
·
Kebiasaan sehari2
mencerminkan penyesuaian gaya hidup.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Mansjoer,arif. 2000.
Kapita selekta kedokteran. Jakarta: media Aesculapius
-
Muttaqin,arif.2009.Asuhan
Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi,Jakarta:Salemba
Medika.
-
Udjianti, wajan juni.
2010. Keperawatan kardiovaskular. Jakarta: salemba medika.
-
Smeltzer, Suzanne
C.2001. buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Sunddarth. Jakarta :
EGC.
Demikianlah materi tentang Makalah Gagal Jantung yang sempat kami berikan dapat bermanfaat. semoga materi yang kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak Makalah Fungsi-Fungsi Dan Tingkatan Manajemen yang telah kami posting sebelumnya. semoga materi yang kami berikan dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih. Semoga dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.
Anda dapat mendownload Makalah diatas dalam Bentuk Document Word (.doc) melalui link berikut.
EmoticonEmoticon