Makalah Hidroponik - Jika dalam postingan ini, anda kurang mengerti atau susunanya tidak teratur, anda dapat mendownload versi .doc makalah berikut :
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bercocok
tanam merupakan kegiatan yang sejak dahulu telah dilakukan oleh nenek moyang
kita. Kegiatan bercocok tanam lebih terkhusus pada sektor pertanian yang dapat
menunjang kebutuhan ekonomi masyarakat/petani. Petani telah terbiasa melakukan
sistem konvensional dalam bertani, yaitu dengan mengolahan lahan terlebih
dahulu, kemudian menunggu hujan turun adalah waktu yang tepat untuk menanam.
Tentu saja ini bukan lah kegiatan yang efektif jika dibandingkan antara zaman
dahulu dan zaman modern seperti saat ini.
Di
Negara maju, kegiatan pertanian dapat dilakukan dengan praktis, lebih
terkontrol dan terjadwal. Sistem bercocok tanam yang dikembangkan namun telah
ada sejak dahulu yaitu sistem hidroponik. Hidroponik merupakan cara bercocok
tanam tanpa menggunakan tanah. Tanah yang sejatinya merupakan tempat tumbuhnya
tanaman dapat digantikan dengan media inert, seperti pasir, arang sekam,
rockwool, kapas, kerikil, dll. Di daerah dengan lahan yang tidak
produktif/margin, hidroponik menawarkan kegiatan pertanian yang dapat
dikembangkan dengan baik. Pertanian hidroponik mampu memberikan hasil produksi
dengan mutu yang tinggi yang dapat meningkatkan nilai jual tanaman tersebut. Dari
uraian di atas, maka perlu dilakukan penulisan makalah tentang hidroponik ini.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan
dilakukannya penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa
mampu memahami deskripsi tentang hidroponik.
2. Mahasiswa
mampu memahami keunggulan dan kekurangan hidroponik.
3. Mahasiswa
mampu melakukan kegiatan hidroponik sendiri.
4. Mahasiwa
mampu mensosialisasikan tentang kegiatan hidroponik.
II. PEMBAHASAN
2.1 Apa itu hidroponik (WHAT)
Hidroponik berasal dari kata
Hydro (air) dan Ponics (pengerjaaan), sehingga hidroponik bisa diartikan
bercocok tanam dengan media tanam air. Pada awalnya orang mulai menggunakan air
sebagai media tanam mencontoh tanaman air seperti kangkung, sehingga kita
mengenal tanaman hias yang ditanam dalam vas bunga atau botol berisi air.
Sejarah hidroponik dimulai pada 3 abad yang lalu, pada tahun 1669 di Inggris
sudah dilakukan pengujian tanaman hidroponik dalam laboratorium. Kemajuan yang
sangat berpengaruh terjadi pada tahun 1936, Dr. W.F. Gericke di California (AS)
berhasil menumbuhkan tomat setinggi 3 m dan berbuah lebat dalam bak berisi air
mineral. Pada tahun 1950 Jepang secara besar-besaran menyebarkan cara bercocok
tanam hidroponik untuk mensuplai sayuran bagi tentara pendudukan Amerika
Serikat. Dari sini hidroponik terus menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia
hidroponik mulai dikembangkan pada sekitar tahun 1980.
Hidroponik adalah
metode penanaman tanaman tanpa menggunakan media tumbuh dari tanah. Secara
harafiah hidroponik berarti penanaman dalam air yang mengandung campuran hara.
Dalam praktiknya sekarang ini, hidroponik tidak terlepas dari penggunaan media
tumbuh lain yang bukan tanah sebagai penopang pertumbuhan tanaman.
Menurut Raffar
(1993), sistem hidroponik merupakan cara produksi tanaman yang sangat efektif.
Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan bahwa jika tanaman diberi kondisi
pertumbuhan yang optimal, maka potensi maksimum untuk berproduksi dapat
tercapai. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan sistem perakaran tanaman, di
mana pertumbuhan perakaran tanaman yang optimum akan menghasilkan pertumbuhan
tunas atau bagian atas yang sangat tinggi. Pada sistem hidroponik, larutan
nutrisi yang diberikan mengandung komposisi garam-garam organik yang berimbang
untuk menumbuhkan perakaran dengan kondisi lingkungan perakaran yang ideal.
Hidroponik, menurut Savage
(1985), berdasarkan sistem irigasisnya dikelompokkan menjadi: (1) Sistem
terbuka dimana larutan hara tidak digunakan kembali, misalnya pada
hidroponik dengan penggunaan irigasi tetes drip irrigation atau trickle
irrigation, (2) Sistem tertutup, dimana larutan hara dimanfaatkan
kembali dengan cara resirkulasi. Sedangkan berdasarkan penggunaan media atau
substrat dapat dikelompokkan menjadi (1) Substrate Sistem dan (2) Bare
Root Sistem.
1. Substrate Sistem
Substrate sistem atau sistem substrat adalah sistem hidroponik yang menggunakan
media tanam untuk membantu pertumbuhan tanaman. Sitem ini meliputi:
a. Sand Culture
Biasa juga disebut
„Sandponics‟ adalah
budidaya tanaman dalam media pasir. Produksi budidaya tanaman tanpa tanah
secara komersial pertama kali dilakukan dengan menggunakan bedengan pasir yang
dipasang pipa irigasi tetes. Saat ini „Sand Culture’ dikembangan menjadi
teknologi yang lebih menarik, terutama di negara yang memiliki padang pasir.
Teknologi ini dibuat dengang membangun sistem drainase dilantai rumah kaca,
kemudian ditutup dengan pasir yang akhirnya menjadi media tanam yang permanen.
Selanjutnya tanaman ditanam langsung dipasir tanpa menggunakan wadah, dan
secara individual diberi irigasi tetes.
b. Gravel
Culture
Gravel Culture adalah
budidaya tanaman secara hidroponik menggunakan gravel sebagai media pendukung
sistem perakaran tanaman. Metode ini sangat populer sebelum perang dunia ke 2.
Kolam memanjang sebagai bedengan diisi dengan batu gravel, secara periodik diisi
dengan larutan hara yang dapat digunakan kembali, atau menggunakan irigasi
tetes. Tanaman ditanam di atas gravel mendapatkan hara dari larutan yang
diberikan. Walaupun saat ini sistem ini masih digunakan, akan tetapi sudah
mulai diganti dengan sistem yang lebih murah dan lebih efisien.
c. Rockwool
Adalah nama komersial
media tanaman utama yang telah dikembangkan dalam sistem budidaya tanaman tanpa
tanah. Bahan ini besasal dari bahan batu Basalt yang bersifat Inert yang
dipanaskan sampai mencair, kemudian cairan tersebut di spin (diputar) seperti
membuat harum manis sehingga menjadi benang-benang yang kemudian dipadatkan
seperti kain "wool" yang terbuat dari "rock‟. Rockwool biasanya dibungkus
dengan plastik. Rockwool ini juga populer dalam sistem Bag culture sebagai
media tanam. Rockwool juga banyak dimanfaatkan untuk produksi bibit tanaman
sayuran dan dan tanaman hias.
d. Bag
Culture
Bag
culture adalah budidaya tanaman tanpa tanah menggunakan kantong plastik
(polybag) yang diisi dengan media tanam. Berbagai media tanam dapat dipakai
seperti : serbuk gergaji, kulit kayu, vermikulit, perlit, dan arang sekam.
Irigasi tetes biasanya diganakan dalam sistem ini. Sistem bag culture ini
disarankan digunakan bagi pemula dalam mempelajari teknologi hidroponik, sebab
sistem ini tidak beresiko tinggi dalam budidaya tanaman.
2. Bare Root Sistem
Bare Root sistem atau sistem akar telanjang adalah sistem hidroponik yang tidak
menggunakan media tanam untuk membantu pertumbuhan tanaman, meskipun block
rockwool biasanya dipakai diawal pertanaman. Sitem ini meliputi:
a. Deep Flowing Sistem
Deep Flowing Sistem adalah sistem hidroponik tanpa media, berupa kolam atau kontainer
yang panjang dan dangkal diisi dengan larutan hara dan diberi aerasi. Pada
sistem ini tanaman ditanam diatas panel tray (flat tray) yang terbuat
dari bahan sterofoam mengapung di atas kolam dan perakaran berkembang di dalam
larutan hara.
b. Teknologi
Hidroponik Sistem Terapung (THST)
Teknologi Hidroponik Sistem
Terapung adalah hasil modifikasi dari Deep Flowing Sistem yang
dikembangkan di Bagian Produksi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Institut Pertanian Bogor. Perbedaan utama adalah dalam THST tidak digunakan
aerator, sehinga teknologi ini reltif lebih effisien dalam penggunaan energi
listrik. Pembahasan ditail dari THST disajikan dalam sub bab Kultur Air.
c. Aeroponics
Aeroponics adalah sistem
hidroponik tanpa media tanam, namun menggunakan kabut larutan hara yang kaya
oksigen dan disemprotkan pada zona perakaran tanaman. Perakaran tanaman
diletakkan menggantung di udara dalam kondisi gelap, dan secara periodik
disemprotkan larutan hara. Teknologi ini memerlukan ketergantungan terhadap
ketersediaan energi listrik yang lebih besar.
d. Nutrient Film Tecnics
(NFT)
Nutrient Film technics
adalah sistem hidroponik tanpa media tanam. Tanaman ditanam dalam sikrulasi
hara tipis pada talang-talang yang memanjang. Persemaian biasanya dilakukan di
atas blok rockwool yang dibungkus plastik. Sistem NFT pertama kali
diperkenalkan oleh peneliti bernama Dr. Allen Cooper. Sirkulasi larutan hara
diperlukan dalam teknologi ini dalam periode waktu tertentu. Hal ini dapat
memisahkan komponen lingkungan perakaran yang ‘aqueous’ dan ‘gaseous’
yang dapat meningkatkan serapan hara tanaman.
e. Mixed Sistem
Mixed
sistem adalah teknologi hidroponik yang mennggabungkan aeroponics dandeep
flow technics.Bagian atas perakaran tanaman terbenam pada kabut hara yang
disemprotkan, sedangkan bagian bawah perakaran terendam dalam larutan hara.
Sistem inilebih aman dari pad aeroponics sebab bila terjadi listrik padam
tanaman masih bisa mendapatkan hara dari larutan hara di bawah area kabut.
2.2 Mengapa memilih hidroponik (WHY)
Alasan
memilih hidroponik tidak lain adalah karena keutamaan yang dimilikinya
dibandingkan dengan sistem konvensional. Beberapa keuntungan dengan menerapkan sistem
hidroponik adalah sebagai berikut:
1. Dapat
dilakukan pada lahan dengan tanah yang kurang bahkan tidak produktif sekalipun,
karena media tumbuh tanaman tidak menggunakan tanah.
2. Ramah lingkungan karena tidak
menggunakan pestisida yang merusak tanah.
3. Dapat menghemat pemakaian pupuk.
4. Tidak memerlukan banyak tenaga
kerja.
5. Lebih hemat air karena tidak perlu
menyiramkan air setiap hari.
6. Tidak membutuhkan lahan yang banyak,
media tanaman bisa dibuat secara bertingkat.
7. Kebersihan
lebih mudah dijaga dan terhindar dari penyakit yang berasal dari tanah.
8. Budidaya
tanaman dapat dilakukan tanpa tergantung kepada musim.
9. Larutan
nutrisi tanaman dapat dipasok sesuai dengan tingkat kebutuhan tanaman.
10. Serangan
hama dan penyakit cenderung jarang dan lebih mudah dikendalikan.
11. Jika
dilakukan dengan benar dapat mengasilkan panen yang lebih berkualitas dengan
kuantitas yang lebih tinggi.
12. Dapat
mengatur waktu tanam dan jadwal panen sesuai dengan kebutuhan pasar atau
permintaan konsumen.
Selain kelebihan-kelebihan yang
diuraikan di atas, hidroponik juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya
adalah:
1. Biaya
awal yang mahal.
2. Perlunya
keterampilan khusus agar hidroponik yang dilakukan berhasil, khususnya pada
pencampuran larutan nutrisi tanaman.
3. Perawatan
yang cukup mahal.
4. Menggunakan
terlalu banyak wadah tanam.
Berdasarkan penjelasan di atas
dapat menjadi pertimbangan bagi kita apakah layak untuk melakukan hidroponik
sebagai alternatif bercocok tanam selain cara konvensional. Hidropnik merupakan
jawaban atas permasalahan lahan, baik penyempitan lahan maupun permasalahan
lahan-lahan marginal yang belum dikelola dengan baik.
2.3 Dimana melakukan hidroponik (WHERE)
Hidroponik
menjawab permasalahan terbatasnya lahan pertanian dan lahan yang kurang
produktif. Dengan menerapkan sistem hidroponik, bercocok tanam pada lahan yang
tidak produktif pun dapat dilakukan. Areal yang sempit pun bukan menjadi
permasalahan karena hidroponik dapat dilaksanakan di atas atap rumah sekalipun.
Perbedaan mendasar antara hidroponik dengan sistem tanam konvensional adalah
tempat tanamnya, yang mana hidroponik tidak ditanam di tanah melainkan
menggunakan media inert, seperti: arang sekam, serbuk kayu, kerikil, pasir,
dll.
Hidroponik
dilakukan dengan menggunakan wadah tanam seperti: ember, polybag, gelas plastik
dan untuk kasus lain dapat menggunakan hidroponik kit yang ada di pasaran atau
pun rakitan sendiri. Sistem hidroponik sering diidentikkan dengan budidaya di
dalam greenhouse/rumah kaca. Dalam skala besar/komersial biasanya budidaya
hidroponik dilakukan di dalam greenhouse, hal ini bertujuan untuk memudahkan
perawatan dan pengontrolan iklim mikro di dalam greenhouse, serta melindungi
dari terpaan hujan/angin dan masuknya hama dari luar. Untuk skala hobi/rumahan, tidak
perlu membuat greenhouse untuk melakukan budidaya
hidroponik. Asal ada tempat yang cukup memadai, serta kebutuhan pertumbuhan
tanaman bisa tercukupi, sudah cukup untuk melakukan budidaya hidroponik sendiri
di rumah.
Salah
satu hal yang menarik dari hidroponik adalah, budidaya hidroponik dapat
dilakukan di “semua” tempat. Hidroponik dapat dilakukan di luar maupun di dalam
rumah, termasuk di dalam ruangan tertutup. Hal yang perlu dilakukan yaitu kita
harus memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan tanaman. Dalam ruang tertutup,
kebutuhan tanaman akan cahaya dapat diganti menggunakan lampu LED khusus untuk
budidaya hidroponik.
2.4 Kapan melakukan hidroponik (WHEN)
Jika
melakukan hidroponik, siklus hidup tanaman yang dibudidayakan lebih cepat. Hal
ini dikarenakan, nutrisi yang diberikan pada tanaman sudah sesuai dengan
kebutuhan tanaman secara optimal. Sehingga memanen tanaman dapat dilakukan lebih
cepat. Dengan hidroponik kita tidak perlu lagi mempermasalahkan musim, karena
budidaya hidroponik memungkinkan untuk budidaya tanaman apapun, sekalipun bukan
pada musimnya. Jadi kita dapat menanam tanaman favorit kita kapan saja (khusus
untuk budidaya dalam greenhouse).
Kelebihan
sistem hidroponik yang dapat dilakukan kapan saja tanpa mengenal musim, membuat
kita dapat mengatur waktu tanam dan panen sesuai keinginan kita, bahkan
kegiatan panen dapat dilakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan pasar akan
sayuran hidroponik. Sehingga dengan hidroponik dapat dilakukan panen sepanjang
tahun.
Faktor
terpenting yang harus dipenuhi dalam menunjang keberhasilan hidroponik adalah
perawatan, terutama pemberian air dan nutrisi tanaman. Dengan penjadwalan
irigasi yang baik akan dapat meningkatkan pula efisiensi penggunaan air
tanaman. Pemberian nutrisi yang teratur akan mencukupi kebutuhan hara tanaman
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan subur. Apanila faktor-faktor
tersebut dapat dipenuhi dengan baik, maka kegiatan hidroponik dapat berjalan
dengan baik dan panen sepanjang tahun yang diharapkan dapat diwujudkan.
2.5 Siapa pelaku hidroponik (WHO)
Hidroponik
telah lama sekali dilakukan, terbukti dengan adanya taman gantung di Babylonia.
Istilah hidroponik
sendiri lahir sekitar tahun 1936, sebagai penghargaan yang diberikan kepada DR.
WF. Gericke, seorang agronomis dari Universitas California. DR. WF. Gericke
melakukan percobaan dan penelitian dengan menanam tomat di dalam bak yang
berisi mineral sehingga tomat tersebut mampu bertahan hidup dan dapat tumbuh
sampai ketinggian 300 cm juga memiliki buah yang lebat.
Penemuan
besar ini telah menjadi tren di abad 20, karena bercocok tanam dengan cara
hidroponik dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk ibu rumah tangga sekalipun
yang gemar bertanam tanaman hias. Jadi hidroponik secara tidak langsung dapat
dilakukan karena hobi. Hidroponik karena hobi dapat dilakukan di areal yang
sempit sekalipun seperti pekarangan rumah atau pun di dalam rumah. Biasanya
tanaman yang dibudidayakan menyesuaikan hobi orang yang melakukannya, seperti:
tanaman hias.
Dalam
skala besar hidroponik telah banyak dilakukan, khususnya untuk memenuhi
kebutuhan pasar. Hidroponik dalam skala besar dilakukan oleh petani/pengusaha
hidroponik di dalam greenhouse dengan menggunakan komoditas yang memiliki nilai
di pasaran. Sayuran dan buah-buahan yang
hamper setiap harinya dibutuhkan oleh masyarakat lah yang biasanya dikembangkan
dalam usaha hidroponik, seperti: sawi, selada, melon, bayam, tomat, pakcoy,
paprika, dll.
2.6 Bagaimana melakukan hidroponik (HOW)
Secara umum
budidaya tanaman secara hidroponik dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1.
Persiapan
lahan
Perbedaan sistem hidroponik dan
konvensional adalah media tanam yang digunakan hidroponik yaitu bukan tanah,
sehingga dalam tahap persiapan lahan tidak perlu adanya pengolahan lahan. Yang
dilakukan dalam kegiatan penyiapan lahan adalah menyiapkan tempat kegiatan
hidroponik dilakukan, seperti membuat hidroponik kit dan juga greenhouse. Dalam
skala kecil dapat dilakukan di pekarangan rumah saja.
2.
Persiapan
wadah
Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menyiapkan
wadah tanam. Wadah tanam hidroponik dapat menggunakan kantung plastik/polybag,
gelas plastik, ember, dll. Wadah tanam berfungsi sebagai tempat memasukkan
media tanam yang digunakan sebagai tempat tumbuhnya tanaman.
- Menyiapkan media tanam
Media tanam yang digunakan dalam
hidroponik beragam, mulai dari limbah pertanian sampai bahan pabrikan. Media
tanam berfungsi sebagai pengganti tanah pada sistem konvensional. Media tanam
yang digunakan adalah bahan yang memiliki kriteria sebagai berikut: mampu menyediakan
dan menyimpan unsur hara, sehingga kebutuhan air dan nutrisi tanaman dapat
dipenuhi, mampu menjaga kelembaban dan mempunyai drainase yang baik. Jenis
media tanam yang biasa digunakan adalah: arang sekam, serbuk kayu, kerikil,
batu-bata, kapas, rockwool, pasir, dll.
- Penyemaian
Penyemaian dilakukan setelah semua
persiapan awal dilakukan, sehingga setelah penyemaian berakhir proses penanaman
dapat langsung dilakukan. Penyemaian
- Penanaman bibit
Setelah
pekerjaan pengolahan tanah dan penyemaian bibit dilakukan, maka langkah
selanjutnya yang harus dilakukan adalah penanaman bibit. Penanaman bibit akan
dilakukan pada wadah tanam yang sudah di beri lubang-lubang tanam. Penanaman
bibit dilakukan setelah bibit dianggap cukup kuat untuk dipindahkan ke tempat
penanaman. Dalam pemindahan bibit ke tempat penanaman, akar tanaman di usahakan
tidak rusak. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan pada akar yang masih
muda. Hal yang perlu dilakukan untuk menghindari hal tersebut adalah bibit
harus dicabut atau diikuti sertakan dengan media tanamnya
Penanaman
bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari yaitu pada waktu sinar matahari tidak
lagi begitu menyengat. Setelah selesai penanaman bibit, lahan sebaiknya
disiram dengan air secukupnya. Biasanya bibit yang baru saja di tanam akan
memperlihatkan layu sementara, hal ini akan berlansung selama 2 atau 3 hari.
Tetapi hal ini merupakan hal yang biasanya terjadi dan hal ini tidak akan
membahayakan pertumbuhan tanaman. Kecuali, jika bibit layu karena faktor
kerusakan akar atau batangnya.
- Pemberian larutan nutrisi
Nutrisi atau unsur hara merupakan salah
satu factor penting yang menunjang keberhasilan suatu sistem hidroponik yang
dilakukan. Adapun unsur hara bagi tanaman dikelompokkan menjadi unsur hara
makro dan unsur hara mikro. Unsur makro merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman
dalam jumlah besar dan mutlak harus ada. Sejumlah unsur hara makro yang
dibutuhkan tanaman adalah N, P, K, Mg dan S. Sedangkan unsur hara mikro adalah
unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit. Sejumlah unsur hara
mikro yang dibutuhkan tanaman adalah Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo dan Cl. Kedua jenis
unsur tersebut saling mendukung dan dibutuhkan oleh tanaman. Ketika salah satu
unsur tidak ada, makan unsur yang dibutuhkan tanaman menjadi tidak lengkap.
Keuntungan sistem hidroponik adalah
pemberian larutan nutrisi tanaman dapat dilakukan secara bersamaan dengan
irigasi. Karena pada umumnya larutan yang ada di pasaran dalam penggunaanya
telah dirancang agar diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Pencampuran
larutan nutrisi ini memerlukan keterampilan khusus agar tanaman dapat tumbuh
dengan baik.
- Pemeliharaan
Hidroponik
memerlukan perawatan yang cermat. Beberapa langkah pemeliharaan tanaman
hidroponik adalah sebagai berikut:
a.
Penyiraman
penyiraman
air dan larutan nutrisi dilakukan 5-8 kali setiap hari. Penyiraman biasa
dilakukan dengan menggunakan timer, sehingga tidak memerlukan tenaga ekstra
dalam pengerjaannya.
b.
Pengikatan atau pengajiran
Tanaman
yang telah berumur 1 minggu perlu diberi ajir. Ajir berguna sebagai rambatan
atau pegangan agar tanaman dapat tumbuh tegak.Asa
c.
Pemilihan batang produksi
Pada
tanaman misalnya cabai atau paprika, dipilih satu atau dua cabang produksi dan
dibiarkan tumbuh sebagai batang utama.
d.
Pemangkasan
Daun-daun
yang terdapat di antara ketiak daun dibuang setiap dua hari. Bila menanam
timun, sulur-sulur yang tumbuh di bagian atas tanaman timun dipotong sekitar 2
cm dari titik tumbuh.
e.
Pemberantasan hama
Tanaman
yang diserang hama, misalnya kutu daun dan ulat buah, disemprotkan dengan
insektisida. Sesuai dosis yang diperlukan.
f.
Pemanenan
Pemanenan
dilakukan dengan menggunakan gunting, cutter atau pemotong tajam lainnya.
Pemanen dilakukan dengan memotong dan mengikutsertakan sebagian tangkai yang
menempel pada kepala buah. Hal ini dilakukan karena media tanam yang digunakan
bukan lah tanah, sehingga perlu berhati-hati agar kekuatan ikatan antara akar
tanaman dan batang tanaman terhadap media tanam tetap stabil.
II. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan tentang makalah hidroponik
di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Hidroponik telah lama
dilakukan, namun secara modern hidroponik pertama kali dikenalkan oleh DR. WF.
Gericke, seorang agronomis dari Universitas California pada tahun 1936.
2.
Hidroponik merupakan cara
becocok tanam yang menggunakan media inert sebagai media tanamnya (pengganti
tanah).
3.
Hidroponik memiliki berbagai
keunggulan diantaranya dapat dilakukan kapan saja, dimana saja dan oleh siapa
saja. Sebaliknya hidroponik juga memiliki berbagai kelemahan diantaranya biaya
awal yang cukup mahal.
4.
Hidroponik dapat dilakukan
sepanjang tahun, dengan jadwal tanam dan panen yang terjadwal pula.
5.
Tahapan-tahapan bercocok tanam
hidroponik harus dilakukan dengan cermat, agar hasil panen yang terbaik dapat
diperoleh.
3.2 Kritik dan Saran
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi Hidroponik yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan
yang terjadi di dalam penulisan makalah ini, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan/referensi yang dimiliki. Untuk itu penulis berharap agar para
pembaca memberikan kritik dan sarannya yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini dan juga penulisan makalah-makalah selanjutnya yang
berhubungan dengan makalah hidroponik ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2009. Mengenal Hidroponik. Diakses di
http://ficusbenyamina.blogspot. com/2009/09/mengenal-hidroponik.html pada
tanggal 20 Oktober 2013.
Anonim.
2012. Kelebihan dan Kekurangan Hidroponik. Diakses di http://apandi2.blogspot.com/2012/05/kelebihan-dan-kelemahan-hidroponik.html
pada tanggal 20 Oktober 2013.
Anonim.
2012. Berbagai Keunggulan Hidroponik. Diakses di shyro-group.blogspot.com/2012/06/berbagai-keunggulan-hidroponik.html
pada tanggal 20 Oktober 2013.
Anonim.
2013. Mengenal Hidroponik. Diakses di http://heejao.com/blog/artikel/mengenal-hidroponik
pada tanggal 20 Oktober 2013.
Anonim.
2013. Teknik Hidroponik untuk Budidaya Tanaman. Diakses di http://www.anneahira.com/teknik-hidroponik.htm
pada tanggal 20 Oktober 2013.
Anonim.
2013. Hidroponik dan Aeroponik. Diakses di http://indoagraris.wordpress.com/2013/04/12/hidroponik-dan-aeroponik/
pada tanggal 20 Oktober 2013.
D.,
Anas Susila. 2013. Bahan Ajar Mata Kuliah
Dasar-Dasar Hortikultura. Bogor: IPB Press.
Demikianlah materi tentang Makalah Hidroponik yang sempat kami berikan. semoga materi yang kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak Makalah Hukum Dagang yang telah kami posting sebelumnya. semoga materi yang kami berikan dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih. Semoga dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.
Anda dapat mendownload Makalah diatas dalam Bentuk Document Word (.doc) melalui link berikut.
EmoticonEmoticon