Makalah Jual Beli - Jika dalam postingan ini, anda kurang mengerti atau susunanya tidak teratur, anda dapat mendownload versi .doc makalah berikut :
Kata Pengantar
Puji
syukur kami sampaikan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk dapat melaksanakan
tugas makalah kuliah dan sekaligus presentasi kelompok tentang pembahasan Jual
beli. Dan berkat rahmat-Nya jualah, maka penulis dapat menyusun sebuah makalah
sebagai tugas yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan pada mata kuliah
Agama II (FIQIH) tahun ajaran 2009/2010.
Makalah
ini juga ditujukan kepada semua pihak-pihak mahasiswa agar untuk tahu akan
pentingnya peduli tentang hukum-hukum islam dalam kehidupan sehari-hari.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
:
1. Bapak Dosen
Mata kuliah Agama II (FIQIH) : Bapak Mawardi, S.Ag, MA yang telah
memberikan izin untuk menyusun makalah ini.
2. Juga
rekan-rekan yang lain telah banyak membantu dan memberi saran sehingga makalah
ini terlaksana.
Dan tidak lupa pula seperti peribahasa “tiada gading yang
tak retak” sehingga penulis menerima segala kritikan dan saran dalam penulisan
makalah ini, penulis terima dengan hati yang lapang.
Semoga makalah ini, membantu semua pihak dalam memberi
masukan untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa kita dalam membangun
Indonesia tercinta.
Bangkinang, April
2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………...i
DAFTAR ISI……………….…………………………………………….……ii
BAB I.
JUAL BELI…………………………………….……………..
- Pengertian Jual Beli……………………………………………...
- Landasan atau Dasar Hukum Jual Beli………………………...
BAB II. SYARAT DAN RUKUN JUAL BELI……….…………….
- Orang yang Melaksanakan Akad Jual
Beli..........................
- Sigat atau
Ucapan Ijab dan Kabul..........................................
- Barang
yang Diperjual-belikan.................................................
- Nilai
tukar barang yang dijual.................................................
BAB III. HAL-HAL YANG DALAM TERLARANG JUAL BELI.……
- Terlarang Sebab Ahliah (Ahli Akad).......................................
- Terlarang Sebab Shigat............................................................
- Terlarang Sebab Ma’qud Alaih (Barang
jualan).....................
- Terlarang Sebab Syara’.............................................................
BAB IV. KHIYAR.................................................................................
- Pengertian
Khiyar.....................................................................
- Macam-macam
khiyar..............................................................
BAB V. JUAL BELI
AS-SALAM...........................................................
- Pengertian Jual beli As-Salam……………………………………
- Syarat Sah Transaksi model Salam……………………………..
BAB VI. PENUTUP...............................................................................
- Kesimpulan…………………………………………..…………….... Daftar
Pustaka………………………………………………...………..iii
BAB I
JUAL BELI
A.
Pengertian
Menurut etimologi, jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu
(yang lain). Kata lain dari jual beli adalah al-ba’i, asy-syira’,
al-mubadah, dan at-tijarah.
Menurut terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikannya,
antara lain :
Ø Menurut ulama Hanafiyah: [1])
Jual beli adalah ”pertukaran
harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan).”
Ø Menurut Imam Nawawi[2])
dalam Al-Majmu’ :
Jual beli adalah ”pertukaran
harta dengan harta untuk kepemilikan.”
Ø Menurut Ibnu Qudamah[3])
dalam kitab Al-mugni ‘ :
Jual beli adalah ”pertukaran
harta dengan harta, untuk saling menjadikan milik.”
Pengertian lainnya Jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara
penjual (yakni pihak yang menyerahkan/menjual barang) dan pembeli (sebagai
pihak yang membayar/membeli barang yang dijual). Pada masa Rasullallah SAW
harga barang itu dibayar dengan mata uang yang terbuat dari emas (dinar) dan
mata uang yang terbuat dari perak (dirham).
B.
Landasan atau Dasar Hukum Jual Beli
Landasan atau dasar hukum mengenai jual beli ini di syariatkan
berdasarkan Al-Qur’an, Hadist Nabi, dan Ijma’ Yakni :
1. Al Qur’an, yang mana Allah Swt berfirman
dalam surat Al-Baqarah, 2: 198 :

2. Sunnah Nabi, yang mengatakan:
”Suatu ketika Nabi SAW, ditanya tentang mata pencarian yang paling
baik. Beliau menjawab, ’Seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual-beli
yang mabrur.” (HR. Bajjar, Hakim yang menyahihkannya dari Rifa’ah Ibn
Rafi’)
Maksud mabrur dalam hadist di atas adalah jual-beli yang terhindar
dari usaha tipu-menipu dan merugikan orang lain.
3. Ijma’
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa
manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain.
Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu,
harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.
Mengacu kepada ayat-ayat Al Qur’an
dan hadist, hukum jual beli adalah mubah (boleh). Namun pada situasi
tertentu, hukum jual beli itu bisa berubah menjadi sunnah, wajib, haram, dan
makruh.
Berikut ini adalah contoh bagaimana hukum jual beli bisa berubah menjadi sunnah,
wajib, haram, atau makruh. Jual beli hukumnya sunnah, misalnya dalam jual
beli barang yang hukum menggunakan barang yang diperjual-belikan itu sunnah
seperti minyak wangi.
Jual beli hukumnya wajib, misalnya jika ada suatu ketika para
pedagang menimbun beras, sehingga stok beras sedikit dan mengakibatkan harganya
pun melambung tinggi. Maka pemerintah boleh memaksa para pedagang beras untuk
menjual beras yang ditimbunnya dengan harga sebelum terjadi pelonjakan harga.
Menurut Islam, para pedagang beras tersebut wajib menjual beras yang
ditimbun sesuai dengan ketentuan pemerintah.
Jual beli hukumnya haram, misalnya jual beli yang tidak memenuhi
rukun dan syarat yang diperbolehkan dalam islam, juga mengandung unsur
penipuan.
Jual beli hukumnya makruh, apabila barang yang dijual-belikan itu
hukumnya makruh seperti rokok.
BAB II
RUKUN DAN
SYARAT JUAL BELI
Rukun dan syarat jual beli
adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli yang harus dipenuhi agar jual
belinya sah menurut syara’ (hukum Islam).
a.
Orang yang
melaksanakan akad jual beli (penjual dan pembeli).
Syarat-syarat yang harus
dimiliki oleh penjual dan pembeli adalah :
1. Berakal, jual belinya orang gila atau rusak akalnya dianggap tidak sah.
2. Baliqh, jual belinya anak kecil yang
belum baliqh dihukumi tidak sah. Akan tetapi, jika anak itu sudah mumayyiz (mampu
membedakan baik atau buru), dibolehkan melakukan jual beli terhadap
barang-barang yang harganya murah seperti : Permen, Kue, Kerupuk.
3. Berhak menggunakan hartanya. Orang yang tidak berhak menggunakan harta milik
orang yang sangat bodoh(idiot) tidak sah jual belinya. Firman Allah ( Q.S.
An-Nisa’(4): 5):

b. Sigat atau Ucapan
Ijab dan Kabul.
Ulama fiqh sepakat, bahwa unsur utama dalam jual beli
adalah kerelaan antara penjual dan pembeli. Karena kerelaan itu berada dalam
hati, maka harus diwujudkan melalui ucapan ijab (dari pihak penjual) dan
kabul (dari pihak pembeli). Adapun
syarat-syarat ijab kabul adalah :
1. Orang yang
mengucap ijab kabul telah akil
baliqh.
2. Kabul harus sesuai dengan ijab.
3. Ijab dan
kabul dilakukan dalam suatu majlis.
c. Barang yang
Diperjual-belikan
Barang yang diperjual-belikan harus memenuhi
syarat-syarat yang diharuskan, antara lain :
1. Barang yang
diperjual-belikan itu halal.
2. Barang itu ada
manfaatnya.
3. Barang itu ada
ditempat, atau tidakada tapi ada ditempat lain.
4. Barang itu
merupakan milik si penjual atau dibawah kekuasaanya.
5. Barang itu
hendaklah diketahuioleh pihak penjual dan pembeli dengan jelas, baik zatnya,
bentuknya dan kadarnya, maupun sifat-sifatnya.
d. Nilai tukar
barang yang dijual (pada zaman modern sampai sekarang ini berupa uang).
Adapun syarat-syarat bagi nilai tukar barang yang dijual
itu adalah :
1. Harga jual
disepakati penjual dan pembeli harus jelas jumlahnya.
2. Nilai tukar
barang itu dapat diserahkan pada waktu transaksi jual beli, walaupun secara
hukum, misalnya pembayaran menggunakan kartu kredit.
3. Apabila jual
beli dilakukan secara barter atau Al-muqayadah (nilai tukar barang yang
dijual bukan berupa uang tetapi berupa uang.
BAB III
HAL-HAL YANG TERLARANG DALAM JUAL BELI
Jual beli
dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain ditinjau dari segi sah
atau tidak sah dan terlarang atau tidak terlarang.
1. Jual beli
yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi rukun-rukun dan
syarat-syaratnya (seperti yang telah dijelaskan pada halaman sebelum ini).
2. Jual beli
yang terlarang dan tidak sah (bathil) yaitu jual beli yang salah satu rukun
atau syaratnya tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak
disyariatkan (disesuaikan dengan ajaran islam).
3. Jual beli
yang sah tapi terlarang (fasid). Jual beli ini hukumnya sah, tidak
membatalkan akad jual beli, tetapi dilarang oleh Islam karena sebab-sebab lain.
Berkenan dengan jual beli yang dilarang dalam Islam,
Wahbah Al-Juhaili meringkasnya sebagai berikut [4]):
Ø Terlarang
Sebab Ahliah (Ahli Akad)
Ulama telah
sepakat bahwa jual beli di kategorikan sah apabila dilakukan oleh orang yang
baliqh, berakal, dapat memilih. Mereka yang dipandang tidak sah jual belinya
sebagai berikut :
a. Jual beli yang dilakukan oleh orang gila.
b. Jual beli yang dilakukan oleh anak kecil.
Terlarang dikarenakan anak kecil belum
cukup dewasa untuk mengetahui perihal tentang jual beli.
c. Jual beli yang dilakukan oleh orang buta.
Jual beli ini
terlarang karena ia tidak dapat membedakan barang yang jelek dan barang yang
baik.
d. Jual beli terpaksa
Terlarang dikarenakan tidak adanya unsur
kerelaan antara penjual atau pun pembeli dalam akad.
e.
Jual beli fudhul
Adalah jual beli
milik orang lain tanpa seizin pemiliknya.
f.
Jual beli yang terhalang
Terhalang disini
artinya karena bangkrut, kebodohan, atau pun sakit.
g. Jual beli malja’
Adalah jual beli
orang yang sedang dalam bahaya, yakni untuk menghindar dari perbuatan zalim.
Ø Terlarang
Sebab Shigat
Jual beli yang
antara ijab dan kabulnya tidak ada kesesuaian maka dipandang tidak sah.
Beberapa jual beli yang termasuk terlarang sebab shiqat sebagai berikut :
a. Jual beli
Mu’athah
Jual beli yang telah
disepakati oleh pihak akad, berkenaan dengan barang maupun harganya, tetapi
tidak memakai ijab kabul.
b. Jual beli melalui surat atau melalui utusan
Dikarenakan kabul yang melebihi
tempat, akad tersebut dipandang tidak sah, sperti surat tidak sampai ke tangan
orang yang dimaksudkan.
c. Jual beli dengan isyarat atau tulisan
Apabila isyarat dan tulisan tidak dipahami dan tulisannya
jelek (tidak dapat dibaca), maka akad tidak sah.
d. Jual beli barang yang tidak ada ditempat akad
Terlarang karena tidak memenuhi syarat in’iqad
(terjadinya akad).
e.
Jual beli tidak bersesuaian antara ijab dan kabul.
f.
Jual beli munjiz
Adalah yang
dikaitkan dengan suatu syarat atau ditangguhkan pada waktu yang akan datang.
Ø
Terlarang Sebab Ma’qud Alaih (Barang jualan)
Ma’qud alaih adalah harta
yang dijadikan alat pertukaran oleh orang yang akad, yang biasa disebut mabi
’ (barang jualan) dan harga.
Tetapi ada beberapa masalah yang disepakati oleh sebagian ulama, tetapi
diperselisihkan, antara lain :
a. Jual beli benda yang tidak ada atau
dikhwatirkan tidak ada
b. Jual beli yang tidak dapat diserahkan
Contohnya jual beli burung yang ada di
udara, dan ikan yang ada di dalam air tidak berdasarkan ketetapan syara’.
c. Jual beli gharar
Adalah jual beli barang yang menganung
unsur menipu (gharar).
d. Jual beli barang yang najis dan yang terkena
najis
Contohnya : Jual beli bangkai, babi, dll.
e.
Jual beli air
f.
Jual beli barang yang tidak jelas (majhul )
Terlarang karenakan
akan mendatangkan pertentangan di antara manusia.
g.
Jual beli barang yang tidak ada di tempat akad (gaib),
tidak dapat dilihat
h.
Jual beli sesuatu sebelum di pegang
i.
Jual beli buah-buahan atau tumbuhan
Apabila belum
terdapat buah, disepakati tidak ada akad. Setelah ada buah, tetapi belum matang, akadnya fasid.
Ø
Terlarang Sebab Syara’
Jenis jual beli yang
dipermasalahkan sebab syara’ nya diantaranya adalah :
a. Jual beli riba
b. Jual beli dengan uang dari barang yag
diharamkan
Contohnya jual beli khamar, anjing,
bangkai.
c. Jual beli barang dari hasil pencegatan barang
Yakni mencegat pedagang dalam
perjalanannya menuju tempat yang di tuju sehingga orang yang mencegat barang
itu mendapatkan keuntungan.
d. Jual beli waktu adzan jum’at
Terlarang dikarena bagi laki-laki yang
melakukan transaksi jual beli dapat mengganggukan aktifitas kewajibannya
sebagai muslim dalam mengerjakan shalat jum’at.
e.
Jual beli anggur untuk dijadikan khamar
f.
Jual beli barang yang sedang dibeli oleh orang lain
g.
Jual beli hewan ternak yang masih dikandung oleh
induknya.
BAB
IV
KHIYAR
A. Pengertian
Menurut Ulama Fiqh[5]),
khiyar adalah “Suatu
keadaan yang menyebabkan orang yang akad (aqid) memiliki hak untuk memutuskan
akadnya, yakni menjadikan atau membatalkannya jika khiyar tersebut berupa
khiyar syarat, ‘aib atau ru’yah, atau hendaklah memilih di antara dua barang
jika khiyar ta’yin.”
Khiyar adalah hak
memilih bagi si penjual dan si pembeli untuk meneruskan jual belinya atau
membatalkan karena adanya sesuatu hal.
B. Macam-macam
khiyar yang kita kenal :
1. Khiyar
syarat
Ø Pengertian
Menurut Ulama fiqh5), Khiyar
syarat adalah “Suatu keadaan yang membolehkan salah seorang yang akad
atau masing-masing yang akad atau selain kedua pihak yang akad memiliki hak
atas pembatalan atau penetapan akad selama waktu yang diientukan.” Contohnya : si penjual berkata kepada si pembeli, “Saya
jual barang ini kepadamu seharga Rp.100.000,- dengan syarat boleh khiyar
selama tiga hari tiga malam.”
Ø khiyar
masyru’ (disyariatkan) dan khiyar rusak
1. khiyar
masyru’ (disyariatkan)
adalah khiyar
yang ditetapkan batasan waktunya. Contohnya : si penjual berkata kepada si
pembeli, “Saya jual barang ini kepadamu seharga Rp.100.000,- dengan syarat
boleh khiyar selama tiga hari tiga malam.”
2. khiyar rusak
khiyar rusak yaitu khiyar
yang batasan waktunya tidak diketahui atau rusak, dan perbuatan ini mengandung
unsur jahalah (ketidak jelasan. Contohnya : “Saya beli barang ini
dengan syarat saya khiyar selamanya.”
Ø Batasan khiyar
masyru’
Adapun batas khiyar
itu adalah tidak boleh lebih dari tiga hari. Dan beberapa dari para ulama
berpendapat bahwa[6])
khiyar yang melebihi tiga hari membatalkan jual beli, sedangkan bila
kurang dari tiga hari adalah rukhshah (keringan)
bagi penjual.
2. Khiyar
majlis
Ø
Pengertian
Menurut Ulama fiqh[7]), “Hak
bagi semua pihak yang melakukan akad untuk membatalkan akad selagi masih berada
di tempat akad dan kedua pihak belum berpisah. Keduanya saling memilih sehingga
muncul kelaziman dalam akad.”
BAB
V
JUAL
BELI AS-SALAM
A. Pengertian
As-salam atau As-shalaf adalah pembayaran di muka
dan penyerahan barang di kemudian hari, yang terdefinisi oleh para fuqaha
sebagai ”akad jual beli atas sesuatu yang disebutkan kriterianya dalam akad,
dan yang dijanjikan akan diserahkan pada waktunya yang ditentukan nanti kepada
pembeli, dengan bayaran yang diserahkan pada saat transaksi”. Firman Allah Swt
dalam surat al-baqarah ayat 282 yang
membolehkan transaksi ini :

Artinya:
“Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai umtuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.”(Q.S Al-Baqarah (2) :282)
B. Syarat sah transaksi model salam
1. Adanya
kepastian sifat-sifat barang yang ditransaksikan.
2. Menyebut
jenis dan macam barang yang ditransaksikan dengan akad salam.
3. Disebutkan
ukuran barang yang ditransaksikan dengan akad salam itu.
4. Disebutkan
waktu penyerahan barang.
5. Agar
barang yang ditransakasikan salam itu
biasanya tersedia pada waktu penyerahan barang seperti yang ditetapkan,
sehingga sapat diserahkan pada waktunya.
6. Agar
harga pembeliannya sudah diterima secara sempurna dan diketahui jumlahnya pada
saat akad/transaksi.
7.
Agar
barang yang ditransaksikan itu bukan sesuatu yang tertentu, tapi hendaknya ia
bentuk semacam utang yang tertanggung.
Transaksi melalui hal seperti ini dibolehkan karena salah
satu kemudahan yang diberikan oleh syarat islam dan sikap toleransinya. karena
juga dalam muamalah ini terdapat kemudahan bagi manusia ini terdapat kemudahan
bagi manusia dan mewujudkan kemaslahatan mereka, sambil bersihnya hal itu dari
riba dan seluruh hal yang dilarang. Maka, segala puji bagi Allah atas segala
kemudahan yang dianugerahkan-Nya.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuatu hal yang sering kita lupakan menjadi hal yang dapat
merusak nilai amalan yang kita lakukan jual beli, jadi hal upaya tentang
penulisan ini dilakukan untuk memberikan informasi tentang pengertian, dasar
hukum jual beli, rukun dan syarat jual beli, hal yang terlarang dalam jual
beli, khiyar, dan jual beli As-salam. Agar terciptanya lingkungan ekonomi
perdagangan islam yang sehat dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu penulis
menyimpulkan bahwa jual beli islam adalah suatu kegiatan yang bersifat
kepentingan umum, juga menjadi tolak ukur untuk mensejahterakan kehidupan
rakyat terutama dalam bidang perekonomian. Karena manusia ini adalah makhluk
sosial, jadi diperlukan kegiatan jual beli ini juga seluk beluk mengenai jual
beli islam ini sudah dapat dilihat dalam bab-bab makalah ini.
B. Saran
Penulisan makalah ini menunjukkan hal
yang berkaitan dengan apa-apa saja mengenai hukum-hukum, tata cara pelaksanaan
yang terkait tentang hubungan jual beli yang baik antara penjual juga pembeli,
sehingga dapat mendorong munculnya penulisan makalah yang sejenis dalam pemberi
informasi yang lebih baik lagi tentang hal-hal yang berkaitan dengan hubungan
jual beli.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmat Syafe’i MA, Prof., Dr., 2004, Fiqih Muamalah, Pustaka
Setia, Bandung .
Wahbah
Al-Juhaili, 1989, Al-fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, Dar Al-Fikr.
Rambe, Nawawiah,
Drs, 1994, Fiqih Islam, Duta Pahala, Jakarta .
Syamsuri, Drs, H., 2005, Pendidikan
Agama Islam SMA Jilid 2 Untuk Kelas XI, Erlangga, Jakarta .
[1]
) Alaudin Al-Kasyani, Badai’ Ash-Shanai’fi
Tartib Asy-Syarai’. Juz V, Hlm. 133
[2]
) Muhammad Asy-Syarbini, Mugni
Al-Muhtaj. Juz II, hlm. 2
[3]
) Ibnu Qudamah, Al-Mugni.
Juz III, hlm. 559
[4]
) Ibid, hlm. 500-515
[5]
) Wahbah Al-Juhaili, Al-Fiqh
Al-Islami Wa adillatuhu, juz IV, hlm. 250
[6]
) Al-Kasani, Op.Cit., juz
V, hlm. 174
[7]
) Al-Juahaili, Op.Cit., juz IV,
hlm. 250
Demikianlah materi tentang Makalah Investasi yang sempat kami berikan dapat bermanfaat. semoga materi yang kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak Makalah Investasi yang telah kami posting sebelumnya. semoga materi yang kami berikan dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih. Semoga dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.
Anda dapat mendownload Makalah diatas dalam Bentuk Document Word (.doc) melalui link berikut.
EmoticonEmoticon