Makalah Sistem Klasifikasi - Jika dalam postingan ini, anda kurang mengerti atau susunanya tidak teratur, anda dapat mendownload versi .doc makalah berikut :
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Sistem
Klasifikasi Makhluk Hidup”
Terselesainya makalah ini tidak lepas
dari dukungan beberapa pihak yang telah memberikan kepada penulis berupa
motivasi, baik materi maupun moril. Oleh karena itu, penulis bermaksud
mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh
pihak yang tak dapat saya sebutkan satu persatu, semua yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai kesempurnaan, sehingga
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari berbagai
pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, 2 Desember 2012
Kelompok XII
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Alam semesta terdiri dari komponen biotik dan abiotik.
Komponen biotik (makhluk hidup) jumlahnya sangat banyak dan sangat beraneka
ragam. Mulai dari laut, dataran rendah, sampai di pegunungan, terdapat makhluk
hidup yang jumlahnya banyak dan sangat beraneka ragam. Karena jumlahnya banyak
dan beraneka ragam, maka kita akan mengalami kesulitan dalam mengenali dan
mempelajari makhluk hidup. Untuk mempermudah dalam mengenali dan mempelajari
makhluk hidup maka kita perlu cara. Cara untuk mempermudah kita dalam mengenali
dan mempelajari makhluk hidup disebut Sistem Klasifikasi (penggolongan /
pengelompokan).
Adapun ilmu yang secara khusus mempelajari tentang klasifikasi
makhluk hidup dinamakan ilmu taksonomi. Ilmu taksonomi ini bertujuan untuk
mempermudah pengenalan dan pembelajaran terhadap makhluk hidup serta
mempermudah dalam mengkomunikasikannya kepada orang lain. Ilmu taksonomi ini
senantiasa berkembang dari masa ke masa, sehingga muncul tokoh – tokoh baru
dalam taksonomi dan pendapat – pendapat serta teori – teori tentang taksonomi.
Ilmu taksonomi ini melahirkan berbagai sistem klasifikasi yang berbeda – beda
sesuai dengan dasar yang digunakan dalam kegiatan tersebut.
Hal inilah yang kemudian menarik untuk
diketahui lebih lanjut tentang bagaimana sistem klasifikasi makhluk hidup. Oleh
karena itu penulis berusaha untuk memberikan pemahaman tentang pertanyaan
tersebut dalam makalah yang berjudul “Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup”. Semoga
makalah ini dapat menjadi jawaban dan memberikan pemahaman terkait pertanyaan
yang dikaji.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang di
atas dapat diambil suatu rumusan permasalahan yaitu :
a) Apakah
yang dimaksud dengan sistem klasifikasi makhluk hidup?
b) Apakah
tujuan dari klasifikasi makhluk hidup?
c) Bagaimanakah
sistem klasifikasi makhluk hidup?
1.3
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas,maka
tujuan penulisan makalah ini adalah :
a) Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem klasifikasi makhluk hidup
b) Untuk
mengetahui tujuan dari klasifikasi makhluk hidup
c) Untuk
mengetahui bagaimana sistem klasifikasi makhluk hidup
1.4
Manfaat
Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah
ini :
a) Dapat dijadikan sebagai sumber informasi
terkait pemahaman mengenai sistem klasifikasi makhluk hidup
b) Dapat dijadikan sebagai proses
pembelajaran di dalam penulisan ilmiah
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1 Klasifikasi Makhluk Hidup
II. 1. 1 Pengertian Klasifikasi
Klasifikasi adalah penyusunan makhluk hidup secara teratur ke dalam
suatu herarki. Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi makhluk
hidup secara individual yang menggambarkan kekerabatan. Menurut Rideng
(1989) klasifikasi adalah pembentukan takson-takson dengan tujuan mencari
materi keseragaman dalam keanekaragaman. Dikatakan pula bahwa klasifikasi
adalah penempatan organisme secara berurutan pada kelompok tertentu (takson)
yang didasarkan pada perbedaan dan persamaan. Sedangkan (Tjitrosoepomo,
1993)mengatakan bahwa dasar pengadaan klasifikasi adalah keseragaman
kesamaan-kesamaan itulah yang dijadikan dasar klasifikasi. Semua ahli biologi
menggunakan suatu sistem klasifikasi
untuk mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur.
Kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupu hewan tersebut dipasang-pasangkan
dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang memiliki persamaan dalam
kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh John Ray yang berasal dari Inggris. Namun ide itu disempurnakan
oleh Carl Von Linne (1707-1778),
seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang dikenal pada masa sekarng dengan Carolus Linnaeus.
Sistem klasifikasi Linnaeus tetap digunakan sampai sekarang karena
sifatnya yang sederhana dan fleksibel sehingga suatu organism baru tetap dapat
dimasukkan dalam sistem klasifikasi dengan mudah. Nama-nama yang digunakan
dalam sistem klasifikasi Linnaeus
ditulis dalam bahasa Latin karena pada zaman Linnaeus bahasa Latin adalah bahasa yang dipakai untuk pendidikan
resmi.
II.1.2 Tujuan Klasifikasi
Adapun tujuan Klasifikasi makhluk hidup adalah :
1. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan
persamaan ciri-ciri yang dimiliki
2. Mengetahui ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup
untuk membedakannya dengan makhluk hidup dari jenis lain
3. Mengetahui hubungan kekerabatan makhluk hidup
4. Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui
namanya atau belum memiliki nama
II. 1.3 Manfaat Klasifikasi
Selain memiliki tujuan, klasifikasi memiliki manfaat bagi manusia,
antara lain :
1. Klasifikasi memudahkan kita dalam mmpelajari
makhluk hidup yang sangat beraneka ragam
2. Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan
kekerabatan antarjenis makhluk hidup
3. Klasifikasi memudahkan komunikasi
II.1. 4 Proses Klasifikasi
Para biologiawan masih menggunakan buku Linnaeus yang berjudul Systema Naturae (sistem Alam) yang
diterbitkan tahun 1758 sebagai dasar untuk klasifikasi ilmiah. Ada tiga tahap
yang harus dilakukan untuk mengklasifikasikan makhluk hidup, yaitu:
1. Pencandraan
(identifikasi),
Pencandraan adalah proses mengidentifikasi atau mendeskripsi ciri-ciri suatu
makhluk hidup yang akan diklasifikasi.
2. Pengelompokan, setelah dilakukan pencandraan, makhluk hidup
kemudian dikelompokkan dengan makhluk hidup lain yang memiliki ciri-ciri
serupa. Makhluk hidup yang memiliki ciri serupa dikelompokkan dalam unit-unit
yang disebut takson.
3. Pemberian nama takson, selanjutnya kelompok-kelompok ini diberi nama
untuk memudahkan kita dalam mengenal ciri-ciri suatu kelompok makhluk hidup.
II.1. 5 Tingkatan Klasifikasi/ Takson
Dalam sistem klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan
menjadi suatu kelompok besar kemudian kelompok besar ini dibagi menjadi
kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil ini kemudian dibagi lagi
menjadi kelompok yang lebih kecil lagi sehingga pada akhirnya terbentuk
kelompok- kelompok kecil yang beranggotakan hanya satu jenis makhluk hidup.
Tingkatan-tingkatan pengelompokan ini disebut takson. Taksa (takson) telah
distandarisasi di seluruh dunia berdasarkan International Code of Botanical
Nomenclature dan International Committee on Zoological Nomenclature.
Tingkat takson sangat penting karena tanpa
adanya tingkat-tingkat takson maka faedah dari sistem klasifikasi tidak dapat
dihasilkan. Takson dinyatakan sebagai unit taksonomi tingkat yang manapun. Bila setiap bagian yang lebih kecil
pada takson itu disebut dengan istilah yang sama dan diberi awalan anak (sub),
kita dapat memilah 25 takson termasuk yang terkecil yaitu individu. Berikut
ini urutan 25 takson tersebut dari yang paling besar ke yang kecil:
Dunia = regnum/kingdom
Anak dunia = sub regnum/kingdom
Divisi = division/filum
Anak divisi = sub division/filum
Kelas = classis
Anak kelas = sub classis
Bangsa = ordo
Anak bangsa = sub ordo
Suku = familia
Anak suku = sub familia
Rumpun = tribus
Anak rumpun = sub tribus
Marga = genus
Anak marga = sub genus
Seksi = sectio
Anak seksi = sub sectio
Seri = series
Anak seri = sub series
Jenis = spesies
Anak jenis = sub spesies
Varitas = varietas
Anak varitas = sub varietas
Bentuk = forma
Anak bentuk = sub forma
Individu = individu
Disebabkan karena tingkatan takson yang terlalu
banyak, maka untuk mempermudah hal tersebut didalam kehidupan sehari-hari kita
hanya menggunakan 7 tingkatan takson utama. Adapun tingkatan takson utama yang
sering kita kenal sehari-hari yaitu :
a) Kingdom, merupakan tingkatan takson tertinggi makhluk
hidup. Kebanyakan ahli Biologi sependapat bahwa makhluk hidup di dunia ni
dikelompokkan menjadi 5 kingdom (diusulkan oleh Robert Whittaker tahun 1969).
Kelima kingdom tersebut antara lain : Monera, Proista, Fungi, Plantae, dan
Animalia
b) Filum/divisio
(keluarga besar). Nama
filum digunakan pada dunia hewan, dan nama division digunakan pada tumbuhan.
Filum atau division terdiri atas organism-organisme yang memiliki satu atau dua
persamaan ciri. Nama filum tidak memiliki akhiran yang khas sedangkan nama
division umumnya memiliki akhiran khas, antara lain phyta dan mycota.
c) Kelas (classis). Kelompok takson yang satu tingkat lebih rendah
dari filum atau divisio
d) Ordo (bangsa). Setiap kelas terdiri dari beberapa ordo. Pada
dunia tumbuhan, nama ordo umumnya diberi akhiran ales.
e) Famili. Family merupakan tingkatan takson di bawah
ordo. Nama family tumbuhan biasanya diberi akhiran aceae, sedangkan untuk hewan
biasanya diberi nama idea.
f) Genus (marga). Genus adalah takson yang lebih rendah dariada
family. Nama genus terdiri atas satu kata, huruf pertama ditulis dengan huruf
capital, dan seluruh huruf dalam kata itu ditulis dengan huruf miring atau
dibedakan dari huruf lainnya.
g) Species (jenis). Species adalah suatu kelompok organism yang
dapat melakukan perkawinan antar sesamanya untuk menghasilkan keturunan yang
fertile (subur)
II.1. 6 Tata Nama Binomial Nomenclature
Banyak makhluk hidup mempunyai nama lokal. Nama
ini bisa berbeda antara satu daerah dan daerah lainnya. Untuk memudahkan
komunikasi, makhluk hidup harus diberikan nama yang unik dan dikenal di seluruh
dunia. Berdasarkan kesepakatan internasional, digunakanlah metode binomial nomenclature. Metode binominal nomenclature (tata nama
ganda), merupakan metode yang sangat penting dalam pemberian nama dan
klasifikasi makhluk hidup. Disebut tata nama ganda karena pemberian nama jenis
makhluk hidup selalu menggunakan dua kata (nama genus dan species).
Adapun aturan pemberian nama adalah sebagai berikut :
a)
Nama species terdiri atas dua kata, kata pertama merupakan nama
genus, sedangkan kata kedua merupakan penunjuk jenis (epitheton specificum)
b)
Huruf pertama nama genus ditulis huruf capital, sedangkan huruf pertama
penunjuk jenis digunakan huruf kecil
c)
Nama species menggunakan bahasa latin atau yang dilatinkan
d)
Nama species harus ditulis berbeda dengan huruf-huruf lainnya (bisa
miring, garis bawah, atau lainnya)
e)
Jika nama species tumbuhan terdiri atas lebih dari dua kata, kata
kedua dan berikutnya harus digabung atau diberi tanda penghubung.
f)
Jika nama species hewan terdiri atas tiga kata, nama tersebut bukan
nama species, melainkan nama subspecies (anak jenis), yaitu nama takson di
bawah species
g)
Nama species juga mencantumkan inisial pemberi nama tersebut,
misalnya jagung (Zea Mays L.). huruf L tersebut merupakan inisial Linnaeus.
II. 2 Sistem
Klasifikasi Mahluk Hidup
II.2. 1 Sistem
Klasifikasi Makhluk Hidup Berdasarkan Cara Pemilihan Sifat
Sistem klasifkasi dibedakan menjadi 6 sistem berdasarkan
cara pemilihan sifat dalam penyusunan klasifikasi, adapun pembagian tersebut antara
lain :
II.2. 1. a Klasifikasi Sistem
Manfaat/ Periode tertua
Dalam periode ini secara formal belum dikenal adanya system
klasifikasi yang diakui (sejak ada kegiatan dalam taksonomi sampai kira-kira
abad ke-4 sebelum masehi). Sejak awal kehidupan manusia bergantung pada
bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan, manusia sejak dahulu telah melakukan
kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam lingkup taksonomi, seperti mengenali dan
memilah-milah tumbuhan mana yang berguna baginya dan yang mana yang tidak,
termasuk pemberian nama, sehingga apa yang ditemukan dapat dikomunikasikan
kapada pihak lain.
Dalam zaman prasejarah orang telah mengenal tumbuh-tumbuhan
penghasil bahan pangan yang penting seperti yang kita kenal sampai saat ini.
Jenis-jenis tumbuhan ini diperkirakan telah diperkenal sejak 7 sampai 10 ribu
tahun yang telah lalu, telah dibudidayakan oleh bangsa Mesir, China, Asiria dan
Tigris Di Timur Tengah serta bangsa-bangsa Indian di Amerika Utara dan Selatan,
sejak beberapa ribu tahun yang lalu telah dikenal berbagai jenis tumbuhan yang
merupakan penghasil bahan pangan, sandang, dan bahan obat yang berarti bahwa
sebenarnya merekapun telah menerapkan suatu sistem klasifikasi, dalam hal ini
suatu system klasifikasi yang didasarkan atas manfaat tumbuhan, sehingga tidak
dapat dianggap sebagai system buatan yang tertua.
Jelaslah bahwa sejak berpuluh – puluh abad yang lalu orang
telah terjun dalam kegiatan – kegiatan taksonomi tumbuhan, walaupun pengetahuan
yang telah mereka kumpulkan belum begitu berarti, juga belum ditata, belum
menunjukan hubungan sebab dan akibat, sehingga belum dapat disebut sebagai ilmu
pengetahuan (science) menurut ukuran sekarang.
Sekalipun tidak ada bukti-bukti konkrit yang berwujud
peninggalan-peninggalan yang berupa dokumen-dokumen atau bentuk karya tulis
lainnya, tidak perlu diragukan lagi bahwa sesuai dengan pernyataan Bloembergen,
permulaan taksonomi tumbuhan harus digali dari kedalaman sejarah peradaban
manusia di bumi ini.
II.2. 1. b Periode system Habitus/ Bentuk
Taksonomi tumbuhan sebagai ilmu pengetahuan baru di anggap
pada abad ke-4 sebelum Masehi oleh orang-orang Yunani yang dipelopori oleh
Theophrastes (370-285 SM) murid seorang filsuf Yunani bernama Aristoteles.
Aristoteles sendiri adalah murid filsuf Yunani yang semashur yaitu plato.
Sistem klasifikasi yang diusulkan bangsa Yunani dengan Theophrastes sebagai
pelopornya juga diikuti oleh kaum herbalis serta ahli-ahli botani dan nama itu
terus dipakai sampai selama lebih 10 abad.
Pengklasifikasian tumbuhan terutama didasarkan atas
perawakan (habitus) yang golongan-golongan utamanya disebut dengan nama pohon,
perdu, semak, tumbuhan memanjat, dan terna. System klasifikasi ini bersifat
dominan dari kira-kira abad ke-4 sebelum masehi sampai melewati abad pertengahan,
dan selama periode-periode ini ahli-ahli botani, herbalis, dan filsuf telah
menciptakan sistem-sistem klasifikasi yang pada umumnya masih bersifat kasar,
namun sering dinyatakan telah mencerminkan adanya hubungan kekerabatan antara
golongan yang terbentuk.
Theophrastes sendiri yang dianggap sebagai bapaknya ilmu
tumbuhan, dalam karyanya yang berjudul Historia Plantarum telah
memperkenalkandan memberikan deskripsinya untuk sekitar 480 jenis tumbuhan.
Dalam karya ini system klasifikasi yang diterapkan oleh Theoprastes telah
mencerminkan falsafah guru dan eyang gurunya ( Aristoteles dan Plato), yaitu
suatu suatu system klasifikasi tumbuhan berdasarkan bentuk dan tekstur. Selain
golongan-golongan pohon, perdu, semak seperti yang disebut di atas, ia juga mengadakan
pengelompokan menurut umur dan membedakan tumbuhan berumur pendek (annual),
tumbuhan berumur 2 tahun (biennial), serta tumbuhan berumur panjang
(perennial).
Theophrastes juga telah dapat membedakan bunga majemuk yang
berbatas (centrifugal) dan yang tidak berbatas (centripetal), juga telah dapat
membedakan bunga dengan daun mahkota yang bebas (polipetal atau dialipetal) dan
yang berlekatan (gamopetal atau simpetal) bahkan ia telah dapat mengenali
perbedaan letak bakal daun yang tenggelam dan yang menumpang. Adapun yang telah
dilakukan oleh theoprastes hasil klasifikasi tumbuhan yang telah diciptakan
masih dianggap nyata-nyata merupakan suatu sistem artifisial.
II.2. 1. c Periode Sistem Buatan/ Artificial
Periode ini terjadi pada permulaan abad ke 18, yang ditandai
dengan sifat sistem yang murni artifisial, yang sengaja dibuat sebagai sarana
pembantu dalam identifikas tumbuhan. Sistem ini tidak menggunakan bentuk dan
tekstur tumbuhan sebagai dasar utama pengklasifikasian. Tetapi pengambilan
kesimpulan mengenai kekerabatan antara tumbuhan.
Dalam periode ini tokoh yang paling menonjol adalah Karl
Linne (Carolus Linneaus) Dibawah bimbingan Dr. Rudbeck ia menerbitkan karyanya
yang pertama kali mengenai seksualitas tumbuhan. Setelah menjadi dosen ia
menerbitkan karyanya yang berjudul Hortus Uplandikus yang memuat
nama-nama semua tumbuhan yang terdapat dikebunraya di Upsala, yang susunannya
mengikuti sistem de Tournefort. karena jumlah tumbuhan dikebun raya tadi makin
besr jumlahnya maka linneaus menerbitkaan Hortus Uplandikus edisi baru
yang disusun menurut ciptaannya sendiri yang dikenal sebagai Sistema
Sexsuale atau sistem seksual. Doktor Gronovius seorang dokter dan
naturalis, begitu oleh Linneaus, dan Lawson menawarkan kepada Linneaus untuk
membiayai penerbitan naskahnya yaitu Sistema Naturae yang memuat
dasar-dasar pengklasifikasian tumbuhan hewan dan mineral. Selama tahun 1737
sewaktu dinegeri Belanda karya Linneaus yang diterbitkan berjudul Genera
Plantarum dan Flora Lavonica sambil menunggu pencetakan
naskah-naskah itu Linneaus diberi kesempatan oleh Clifford untuk berkunjung ke
Inggris, dan sekembalinya dari Inggris selama sembilan bulan ia menyiapkan
naskah Hortus Cliffortianus yang berisi jenis-jenis tumbuhan yang
dipelihara dalam kebunnya Clifford selama tiga tahun di Belanda dari tahun 1737
sampai 1739 merupakan masa yang paling produktif bagi Linneaus. Kurang lebih
ada 14 judul tulisannya terbit waktu itu, yang sebagian besar telah
dipersiapkan ketika ia masih di Swedia.
Setelah kembali lagi ke Swedia tidak lagi terbit karyanya
yang berarti dari linneaus selain spesies plantarum yang terbit 1 mei 1753. Pada
tahun 1775 ia mengundurkan diri sebagai guru besar dan tiga tahun kemudian
meninggal dunia setelah menderita sakit selama kurang lebih 2 tahun (10 januari
1778).
Sistem klasifikasi tumbuhan yang diciptakan oleh Linnaeus
masih dikategorikan sebagai sistem artivisial. Nama Sistema Sexsuale
untuk sistem yang diciptakan sebenarnya tidak begitu tepat karena pada dasarnya
sistem ini tidak ditekankan pada masalah jenis kelamin, tetapi pada kesamaan
jumlah alat-alat kelamin seperti jumlah benangsari. Nama-nama golongan tumbuhan
yang diciptakan oleh linnaeus seperti monandria (berbenang sari tunggal),
diandria (berbenangsari dua), triandria berbenangsari tiga dan seterusnya.
Itulah sebabnya sistem klasifikasi tumbuhan ciptaan Linnaeus dikenal pula
sebagai sistem numerik.
Ciptaan Linnaeus ini meupakan sistem yang dinilai
revolusioner untuk masa itu, dan memberikan pengaruh yang lebih besar dari pada
sumbangan linnaeus yang lain,dan sistem ini sengaja dirancang sebagai alat
bantu dalam mengidentifikasi tumbuhan dan ia juga dianggap sebagai pencipta
sistem tatanama ganda yang ia terapkan dalam bukunya Species plantarum yang
diterbitkan pada tanggal 1 mei 1753 yang menjadi pangkal tolak berlakunya
tatanama tumbuhan yang diakui.
Sesungguhnya linnaeus dianggap tidak tepat bila ia sebagai
pencipta tatanama ganda. Sebelum linnaeus, sistem tatanama ganda telah dirintis
oleh caspar bauhin, yang dalam tahun 1623 dalam bukunya pinax theatri
botanici telah menerapkan sistem tatanama ganda pada tumbuhan. Karena besar
jasa-jasa yang diberikan oleh linnaeus bagi perkembangan taksonomi umumnya dan
taksonomi tumbuhan khususnya bagi dunia ilmu hayat linnaeus mendapatkan gelar
sebagai “Bapak Taksonomi” baik hewan
maupun tumbuhan dan juga mendapat pengakuan dari negara yang diberikan oleh
raja swedia yang mengangkat linnaeus ke jenjang bangsawan, sehingga nama karl
linne diubah menjadi karl von linne.
II.2. 1. d. Periode Sistem
Alamiah
Menjelang berakhirnya abad ke-18 terjadi perubahan-perubahan
yang revolusioner dalam pengklasifikasiaan tumbuhan. Sistem klasifikasi yang
baru ini disebut “sistem alam” yaitu golongan yang terbentuk merupakan
unit-unit ynag wajar (natural) bila terdiri dari anggota-anggota itu,dan dengan
demikian dapat tercermin pengertian manusia mengenai yang disebut yang
dikehendaki oleh alam. Secara harfiah istilah “sistem alam” untuk aliran baru
dalam klasifikasi ini tidak begitu tepat karena pada hakekatnya semua sistem
klasifikasi adalah sistem buatan. Untuk sitem klasifikasi yang digunakan dalam
periode ini, digunakan nama “sistem alam” (natural system) dengan maksud untuk
memenuhi keinginan manusia akan adanya penataan yang tepat yang lebih baik dari
sistem-sistem sebelumnya.
II.2. 1. e. Periode Sistem Filogenetik
Teori evolusi, teori desendensd atau teori keturunan seperti
yang diciptakan oleh darwin merupakan suatru teori hingga sekarang oleh
sebagian orang terutama tokoh agama masih dianggap kontroversial dan tetap
ditentang kendati ajaran itu tetap diterima dan cepat tersebar luas dikalangan
kaum ilmuan yang begitu fanatik terhadap teori ini sampai ada yang menyatakan,
bahwa “ evolusi bukannya teori lagi, tetapi adalah suatu aksioma yang tidak
perlu diragukan kebenarannya, dan oleh karenanya tidak perlu diperdebatkan lagi
“.
Sistem klasifikasi dalam periode ini berupaya untuk
mengadakan penggolongan tumbuhan yang sekaligus mencerminkan urutan – urutan
golongan itu dalam sejarah perkembangan filogenetiknya dan demikian juga
menunjukan jauh dekatnya hubungan kekerabatan yang satu dengan yang lain. Jadi
dalam klasifikasi ini dasar yang digunakan adalah “filogeni” dan dari sini
lahirlah nama “sistem filogenetik” kenyataanya, bahwa kemudian muncul sistem
klasifikasi yang berbeda, membuktikan bahwa persepsi dan interpretasi para ahli
biologi mengenai yang disebut filogeni itu masih berbeda – beda.
II.2. 1. f. Sistem Klasifikasi Kontemporer
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dalam
abad ke-20 ini pasti akan berpengaruh pula terhadap perkembangan ilmu taksonomi
tumbuhan. Kecenderungan untuk mengkuantitatifkan data penelitian dan penerapan
matematika dalam pengolahan data yang diperoleh telah menyusup pula ke dalam
ilmu-ilmu sosial yang semula tak pernah atau belum memanfaatkan matematika
serta belum mempertimbangkan pula kemungkinan-kemungkinan yang dapat di capai
dengan penerapan pendekatan kuantitatif matematik.
Perkembangan teknologi, khususnya di bidang elektronika yang
dalam abad nuklir maju dengan pesat ini, telah pula menjamah bidang taksonomi
tumbuhan, yang sejak beberapa dasawarsa belakangan ini juga sudah di jalari
“penyakit” penerapan metode penelitian kuantitatif yang pengelohan datanya
memanfaatkan jasa-jasa komputer pula. Komputer telah digunakan secara luas
dalam pengembangan metode kuantitatif dalam klasifikasi tumbuhan, yang
melahirkan bidang baru dalam taksonomi tumbuhan yang dikenal sebagai taksonomi
numerik,taksometri atau taksonometri.
Pengolahan data secara elektronik (EDP—Elektronic Data
Processing), juga sudah diterapkan untuk berbagai prosedur dalam penelitian
taksonomi antara lain dalam penyimpanan dan pengambilan laporan-laporan atau
informasi.
II.2.2 Klasifikasi Makhluk Hidup Berdasarkan
Pembagian Kingdom
Semula para ahli hanya mengelompokkan
makhluk hidup menjadi 2 kerajaan, yaitu kerajaan tumbuhan dan kerajaan hewan.
Namun ternyata setelah dipelajari lebih lanjut terdapat jenis makhluk tertentu
yang umumnya memiliki sifat antara hewan dan tumbuhan. Hal ini yang kemudian
membuat para ahli taksonomi mengelompokkan makhluk hidup kedalam 3 kelompok
yaitu: protista, plantae dan animalia.
Setelah para ahli mengetahui struktur sel (susunan
sel) secara pasti, makhluk hidup dikelompokkan menjadi empat kerajaan, yaitu Monera,
protista, Plantae, dan Animalia. Pada tahun 1969 Robert H. Whittaker
mengelompokkan makhluk hidup menjadi lima kingdom, yaitu Monera, Protista, Fungi,
Plantae, dan Animalia. Pengelompokan ini berdasarkan pada susunan sel, cara
makhluk hidup memenuhi makanannya, dan tingkatan makhluk hidup.
Namun sistem ini kemudian diubah dengan
dipecahnya kingdom monera menjadi kingdom Eubacteria dan Archaebacteria,
sehingga melahirkan sistem baru yang dikenal sistem klasifikasi 6 kingdom.
Adapun sistem klasifikasi berdasarkan atas pembagian kingdom secara garis besar
dibedakan atas beberapa sistem, yaitu :
1. Sistem
dua kingdom : Kelompok tumbuhan dan kelompok hewan
2. Sistem
tiga kingdom : Protista, plantae, dan animalia
3. Sistem
empat kingdom : Monera, protista, plantae, dan animalia
4. Sistem
lima kingdom : Monera, protista, fungi, plantae, animalia
5. Sistem
enam kingdom : Eubacteria, Archaebacteria, protista, fungi, plantae, dan
animalia
Adapun pemabahasan jenis kingdom
tersebut secara lengkap dapat diterangkan sebagai berikut:
II.2.2. a Kindom Plantea
Pada mulanya beberapa ahli menggolongkan dunia
tumbuhan (kingdom Plantae) kedalam lima divisio yaitu :
1. Tumbuhan belah (Schizophyta),
meliputi kurang lebih 35.000 jenis tumbuhan
Divisi
Tumbuhan belah merupakan tumbuhan yang paling primtif hal ini karena tumbuhan
tersebut membelah diri dengan membelah diri,tubuh hanya dengan sebuah sel, protoplas
belum terdiferensiasi dengan jelas sehingga inti belum nampak jelas/nyata, demikian
pula dengan plastidanya. Secara garis besar Schyzophyta
dibedakan menjadi 2 kelas yaitu:
bakteri (Bacteria/schyzomycetes)dan
Ganggang biru,ganggang belah, atau ganggang lender (Cyanophyceae,Schizophyceace atau Myxophyceae) (Gembong,1981:3)
Secara spesifikasi tumbuhan
belah dibagi menjadi 7 ordo yaitu:
Pseudomonales,
Chlamydobacteriales,
Eubacteriales,
Actinomycetes,
Beggiatoales,
Myxobacteriales dan Spirochaetales.
2. Tumbuhan lumut (Bryophyta), meliputi
kurang lebih 25.000 jenis tumbuhan
Lumut mempunyai bagian-bagian tubuh yang menyerupai akar, batang,
dan daun. Akar tetapi, bagian-bagian itu sebenarnya bukan akar, batang, dan
daun sejati. Bagian yang menyerupai akar disebut rizoid. Rizoid berupa
benang-benang halus. Bagian ini berguna untuk menganbil air dan mineral.
Tumbuhan lumut mempunyai klorofil sehingga berwarna hijau. Lumut biasanya hidup
di tempat lembab yang tidak terkena cahaya secara langsung. Ada juga lumut yang
hidup di tempat kering dan juga di air. Lumut berkembang biak dengan spora dan
mengalami pergiliran keturunan.
Perkembangan vegetatif lumut dilakuakan dengan pembentukan spora.
Perkembangan generatif lumut dilakukan dengan pembentukan sel-sel kelamin
(gamet). Tumbuhan lumut dapat dapat disebut sporofit dan gametofit karena dapat
menghasilkan spora dan sel gamet. Apabila spora jatuh di tempat yang lembab,
spora akan tumbuh menjadi benang-benang yang halus dan berkuncup pada beberapa
tempat. Benang-benang itu disebut protonema. Selanjutnya protonema tumbuh
menjadi lumut yang bersifat gametofit. Lumut dewasa membentuk arkegonium dan
anteridium. Arkegonium menghasilkan sel kelamin betina (sel telur), sedangkan
anteridium menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoid).
Apabila sel kelamin jantan membuahi sel telur terbentuklah zigot.
Zigot tumbuh menjadi tumbuhan baru yang berupa tangkai dengan kotak spora di
ujungnya yang disebut sporagonium. Sporagonium ini menyatu dengan tubuh
tumbuhan lumut induk. Sporagonium menghasilkan spora. Bila spora jatuh di
tempat lembab akan tumbuh menjadi protonema. Demikianlah siklus tersebut
terulang kembali seperti di atas. Berdasarkan bentuk tubuhnya, tumbuhan lumut
debedakan menjadi dua kelas, yaitu lumut daun (Musci) dan lumut hati
(Hepaticea).
a. Lumut Daun (Musci)
Lumut daun selalu tumbuh berkelompok di tempat-tempat yang lembab
atau tempat dengan sedikit air. Lumut daun mempunyai batang dan daun. Letak
daun tersusun teratur mengelilingi tangkainya seperti spiral. Contoh lumut daun
adalah Sphagnum dan Polytrichum. Klasifikasi lumut daun :
Regnum : Plantae
Division : Bryophyta
Class : Bryopsida
Ordo : Bryoceales
Family : Bryopceae
Genus : Bryopsida
Species : Bryopsida
b. Lumut
Hati (Hepaticea)
Tubuh lumut hati terdiri atas lembaran yang ujung-ujungnya
terbelah. Lumut hati tumbuh di tempat-tempat basah atau di hutan yang terdapat
di pegunungan. Contoh lumut hati adalah Marchantia, Riccia, dan Pellia. Adapun
klasifikasi lumut hati :
Regnum : Plantae
Division : Hepaticohyta
Class : Hepaticosida
Ordo : Hepaticoccales
Family : Hepaticoceae
Genus : Hepaticopsida
Species : Hepaticiopsida sp
c. Lumut
Tanduk (Anthoceratopsida)
Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi
sporifitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu
kloroplas. Hidup di tepi sungai, danau, atau sepanjang selokan. Reproduksi
seperti lumut hati. Contohnya Anthocerros sp.
3. Tumbuhan talus (Thallophyta), meliputi kurang lebih 60.000 jenis tumbuhan
Thalus dipakai
untuk menyatakan jaringan yang tidak berdiferensiasi (masih belum bisa
dibedakan bagian-bagiannya) yang membentuk tubuh sekelompok vegetasi tingkat
rendah. Istilah Thallophyta
("tumbuhan talus") dipakai untuk menggolongkan alga
("ganggang") dan lumut kerak. Ganggang memiliki pigmen hijau daun yang
disebut klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis. Selain itu juga
memiliki pigmen – pigmen tambahan lain yang dominan. Ganggang memiliki ukuran
yang beraneka ragam ada yang mikroskopis, bersel satu, berbentuk benang atau
pita , atau bersel banyak berbentuk lembaran. Dalam perairan ganggang merupakan
penyusun vitoplankton yang biasanya melayang – layang didalam air, tetapi juga
dapat hidup melekat didasar perairan disebut neustonik. Berdasarkan
sifatnya ganggang digolongkan menjadi;
a. Epilitik ( hidup diatas batu)
b. Epipalik (melekat pada lumpur atau pasir)
c. Epipitik ( melekat pada tanaman )
d. Epizoik ( melekat pada hewan).
Berdasarkan habitat yang ditempatinya diperairan , dibedakan atas:
a. Ganggang Subbaerial yaitu ganggang yang hidup
didaerah permukaan,
b. Ganggang Intertidal, yaitu ganggan secara
periodic muncul kepermukaan karena naik turun air akibat pasang susrut.
c. Ganggang Subritorsal, yaitu ganggang yang berada
dibawah permukaan air,
d. Ganggang Edafik, yaitu ganggang yang hidup
diddalam tanah pada dasar perairan.
Jenis – jenis ganggang, misalnya Chlorella sp, bersimbiosis dengan
organism lainnya yaitu hidup bersama paramecium, hydra atau molusca; ganggang
platimonas sp, hidup bersama cacing pipih convolutta roscofencis.
Macam bentuk tubuh ganggang yaitu berselsatu atau uniseluler ,
membentuk koloni berupa filament atau kolini yang tidak membentuk filament. Sebagian
ganggang yang uniseluler dapat bergerak atas kekuatan sendiri (motil), dan yang
tidak dapat bergerak sendiri yaitu nonmotil. Perbedaan
dengan tubuh uniseluler yang mikroskosis, pada ganggang yang membentuk koloni
berupa filament berukuran cukup besar, sehingga dapat dilihat dengan mata
telanjang, sel yang terletak paling bawah pada filament membentuk alat khusus
untuk menempel pada batu, batang pohon, atau lumpur. Alat tersebut dinamakan
pelekat. Koloni ganggang yang tidak membentuk filamnen umumnya berbentuk
pola atau pipih tanpa pelekat.
Cara ganggang bereproduksi dengan dua macam, yaitu seksual dan
aseksual. Reproduksi secara aseksual terjadi melalui pembelahansel,
fragmentasi, dan pembentukan zoozpora, sedangkan reproduksi secara aseksual
terjadi melalui isogami dan oogami. Adapun beberapa ciri – ciri talus yaitu:
1. ukuran talus mulai dari mikroskopis sampai
dengan maksoskopis, ada yang berbentuk tegak, bercabang, filament tidak
bercabang, dan filament dasar.
2. Ganggang ini melalui kloroplas tunggal, ada beberapa
yang berbentuk lempengan discoid (cakram) dan ada pula yang seperti benang.
3. Mempunyai pirenoid yang terdapat didalam
kloroplas.
4. Bagian dalam dinding selnya tersusun dari
lapisan selulosa sedangkan bagian luar tersusun dari gumi. Pada dinding sel dan
ruang antar sel terdapat asam alginate atau algin.
5. Merupakan jaringan transportasi air dan zat
makanan yang analog dengan jaringan tranzportasi pada tumbuhan darat.
4. Tumbuhan paku (Pteridophyta), meliputi
kurang lebih 10.000 jenis tumbuhan
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang
paling sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel (jaket steril) di sekeliling
organ reproduksi, sistem transpor internal, hidup di tempat yang lembap. Akar
serabut berupa rizoma, ujung akar dilindungi kaliptra. Sel-sel akar membentuk
epidermis, korteks, dan silinder pusat (terdapat xilem dan fleom).
Batang tumbuhan paku tidak tampak karena terdapat di dalam tanah
berupa rimpang, sangat pendek, ada juga yang dapat mencapai 5 meter seperti
pada paku pohon atau paku tiang. Daun ketika masih muda melingkar dan
menggulung. Beradasarkan bentuk dan ukurandan susunannya daun tumbuhan paku
dibedakan menjadi mikrofil dan makrofil. Mikrofil bentuk kecil atau bersisik,
tidak bertangkai, tidak bertulang daun, belum memperlihatkan diferensiasi sel.
Makrofil daun besar, bertangkai, bertulang daun, bercabang-cabang, sel telah
terdiferensiasi. Berdasarkan fungsinya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi
tropofil dan sporofil. Tropofil merupakan daun yang khusus untuk asimilasi atau
fotosintesis. Sporofil berfungsi untuk menghasilkan spora.
Spora tumbuhan paku dibentuk dalam kotak spora . Kumpulan
sporangium disebut sorus. Sorus muda sering dilindungi oleh selaput yang
disebut indusium. Berdasarkan macam spora yang dihasilkan tumbuhan paku
dibedakan menjadi tiga yaitu paku homospora (isospora), paku heterospora dan
paku peralihan. Paku homospora menghasilkan satu jenis spora (ex
Lycopodium/paku kawat). Paku heterospora menghasilkan dua jenis spora yang
berlainan yaitu megaspora (ukuran besar) dan mikrospora (ukuran kecil) (ex
Marsilea/semanggi dan Selaginella/paku rane). Paku peralihan merupakan
peralihan antara homospora dan heterospora menghasilkan spora pembentuk dan
ukurannya sama tetapi berbeda jenis kelamin contoh : paku
ekor
kuda.
Tumbuhan paku bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan
stolon yang menghasilkan gemma (tunas).Gemma adalah anakan pada tulang daun
atau kaki daun yang mengandung spora. Reproduksi seksual (generatif) melalui
pembentukan sel kelamin jantan/spermatozoid (gametangium jantan/anteridium) dan
sel kelamin betina/ovum (gametangium betina/arkegonium). Seperti pada lumut
tumbuhan paku juga mengalami pergiliran keturunan/metagenesis. Metagenesis
tersebut dibedakan antara paku homospora dan heterospora. Tumbuhan paku
dibedakan menjadi empat kelompok yaitu :
I.Psilotophyta,
Psilotophyta mempunyai dua genera (ex Psilotum
sp). Psilotum sp tersebar luas di daerah tropik dan subtropik, mempunyai
ranting dikotom, tidak memiliki akar dan daun, pengganti akar berupa rizoma
diselubungi rambut-rambut yang dikenal rizoid.
II.Lycophyta,
Lycophyta contohnya Lycopodium sp dan
Selaginella sp. Lycopodium sp sporanya dalam sporofit daun khusus untuk
reproduksi dan dapat bertahan dalam tanah selama 9 tahun, dapat menghasilkan
spora tunggal yang berkembang menjadi gametofit biseksual (memiliki baik organ
jantan dan betina), jenis homospora. Selaginella sp merupakan tanaman
heterospora, menghasilkan dua jenis spora (megaspora/gamet betina dan
mikrospora/gamet jantan).
III.Sphenophyta,
Sphenophyta sering disebut paku ekor kuda, bersifat homospora,
mempunyai akar; batang; daun sejati, batangnya keras karena dinding sel
mengandung silika. Contohnya Equisetum debile (paku ekor kuda).
IV.Pterophyta
Pterophyta (paku sejati) umumnya tumbuh di darat pada daerah tropis
dan subtropis. Daunnya besar, daun muda menggulung. Sporangium terdapat pada
sporofil (daun penghasil spora). Contohnya: Adiantum cuncatum (paku suplir
untuk hiasan), Marsilea crenata (semanggi untuk sayuran), Asplenium nidus (paku
sarang burung), Pletycerium bifurcatum (paku tanduk rusa).
5. Tumbuhan biji(Spermathopyta), meliputi
kurang lebih 170.000 jenis tumbuhan
Tumbuhan
biji terbagi atas 2, yaitu:
A.
Tumbuhan Biji Terbuka (Gymnospermae)
Gymnospermae atau tumbuhan biji terbuka adalah tumbuhan biji yang
bijinya tidak tertdapat dalam buah., tetapi bijinya terletak di daun buah
sehingga bijinya tampak dari luar. Daun buah adalah daun biasa yang berubah
bentuk dan fungsinya, yaitu bentuknya memanjang dan tepinya berlekuk-lekuk. Di
tempat lekukannya terdapat bakal biji. Karena bakal bijinya tidak diliputi daun
buah, tumbuhan biji terbuka disebut tumbuhan biji telanjang. Untuk mengetahui
lebih lanjut, berikut ada beberapa ciri tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae).
1. Akar
Akar kebanyakan berupa sistem perakaran tunggang. Akar ini memiliki
jaringan pengangkut yang terdiri atas sel-sel trakheid. Pada ujung akar
terdapat kelompok sel pemula (inisial) yang membentuk plerome (ke dalam) dan
kaliptra (ke luar).
2.
Batang
Batang berkayu, berbentuk perdu atau pohon. Pada batang terdapat
jaringan pengangkut xylem dan floem. Batang dan akar berkambium sehingga selalu
mengadakan pertumbuhan sekunder. Batang tumbuhan biji terbuka, ada yang lurus,
misalnya pada pakis haji, serta ada yang bercabang, misalnya pada Ginkgo dan
belinjo.
3. Daun
Daun berbentuk jarum (misalnya pada pinus dan
cemara), seperti pita bertulang daun sejajar (misalnya pada pakis haji), atau
berdaun lebar dengan tulang daun menyirip (misalnya pada belinjo). Daun
berwarna hijau karena mengandung klorofil yang berguna dalam fotosintesis,
yaitu proses mengubah CO2 dan H2O menjadi zat gula dan O2 dengan bantuan ebergi
cahaya.
4. Bunga
Bunga Gymnospermae bukan bunga sebenarnya. Jika
mempunyai mahkota bunga, mahkota berwarna tidak mencolok.
5. Biji
Biji tidak terlindung oleh daun buah. Daun buah merupakan organ
reproduksi tumbuhan biji terbuka. Ada dua macam daun buah, yaitu daun buah
jantan yang akan menghasilkan sel-sel kelamin jantan dan daun buah betina yang
akan menghasilkan sel-sel kelamin betina.
Pada beberapa tumbuhan, misalnya pinus, daun buahnya berkumpul
dalam satu kelompok seperti kerucut. Kumpulan tersebut disebut strobilus atau
runjung. Alat kelamin jantan disebut mikrosporofil yang terdapat pada strobilus
jantan. Alat kelamin ini menghasilakan mikrospora (serbuk sari). Alat kelamin
betina disebut megasporofil yang terdapat pada strobilus betina. Alat ini
menghasilkan megaspora.
Strobilus jantan dan betina tidak selalu dalam satu pohon. Ada
beberapa tumbuhan yang strobilus jantan dan betina terdapat pada pohon yang
berbeda, misal pada pakis haji. Tumbuhan seperti ini disebut berumah dua,
sedangkan tumbuhan yang strobilus jantan dan betinanya terdapat dalam satu
pohon disebut berumah satu.
Gymnospermae
digolongkan menjdai lima kelas sebagai berikut :
1. Pteridospermae (Paku Biji)
Kelas Pteridospermae merupakan peralihan dari tumbuhan paku
(Pteridophyta) ke Gymnospermae. Tumbuhan kelas ini sudah punah.
2. Cycadinae
Cycadinae meliputi kira-kira 100 spesies yang sebagian besar
menyerupai pohon palma, agak berkayu, tidak bercabang, akar tunggang, batang
memanjang, serta berdaun majemuk dan terdapat di ujung batang. Tumbuhan ini
berbungan uniseksual (berkelamin tunggal), misalnya pakis haji (Cycas rumphii).
Kebanyakan kelas Cycadinae merupakan tumbuhan tropis dan
subtropics. Tumbuhan ini banyak dibudidayakan sebagai tanaman hias atau diambil
getahnya. Anggota Cycadinae yang lain adalah Encephalartos lehmannii. Tanaman
yang berasal dari afrika ini, merupakan tanaman berumah dua yang dapat
digunakan untuk tanaman hias.
3. Ginkgoinae
Anggota kelas ini tinggal satu spesies yaitu Ginkgo biloba (pohon
rambut dara cina). Ketinggian pohon ini dapat mencapai 28-30m. pohon ini dapat
digunakan sebagai tanaman hias dan biasa ditanam di tengah kota karena tanaman
ini tahan terhadap udara tercemar. Daun Ginkgo biloba seperti kipas, kulit
buahnya tebal dan lunak. Tumbuhan jenis ini banyak tumbuh di negara Amerika
Serikat dan Inggris.
4. Gnetinae
Kelas ini dianggap memiliki perkembangan evolusi paling tinggi
karena memiliki bunga sederhana. Tumbuhan ini ada yang berumah satu dan ada
yang berumah dua, serta berdaun tunggal dengan tulang menyirip. Contoh tumbuhan
kelas Gnetinae adalah belinjo (Gnetum gnemon). Selain Gnetum gnemon terdapat
tumbuhan Welwitschia mirabilis yang termasuk anggota kelas Gnetinae.
Welwitschia mirabilis tumbuh di gurun pasir Afrika. Tidak seperti
halnya tumbuhan lain yang mempunyai banyak daun, tumbuhan Welwitschia mirabilis
mempunyai satu pasang daun yang liat seperti kulit. Letak daun berhadapan dan
terbentang di atas tanah yang berbatu-batu. Pada waktu tumbuh dari pangkalnya,
daun-daun ini terbelah-belah membujur dan mati pada ujungnya. Batangnya
terpendam di dalam tanah dan berbentuk cawan. Bagian ini muncul di atas tanah.
5. Coniferinae
5. Coniferinae
Kelas ini meliputi kira-kira 600 spesies dan didominasi pinus yang
meliputi lebih dari 80 spesies. Kebanyakan memiliki daun yang selalu hijau
(evergreen). Tumbuhan ini tersebar luas, tetapi terutama di daerah dingin dan
dataran tinggi. Tumbuhan ini berumah satu (biseksual). Bagian tumbuhan yang
bermanfaat, misalnya kayu pinus (Pinus merkusii) berguna untuk pembuatan kertas
serta korek api dan getah dammar (Agathis alba) untuk pembuatan cat. Selain
itu, tanaman Abies balsamea dapat digunakan sebagian bahan balsam.
B. Tumbuhan Biji Tertutup
(Angiospermae)
Tumbuhan biji tertutup (Angiospermae) adalah
tumbuhan biji yang letak bijinya tertutup oleh daun buah. Angiospermae sudah
memiliki organ yang berkembang sempurna sehingga dianggap sebagai golongan
tumbuhan dengan tingkat perkembangan evolusi tinggi, dan angiospermae merupakan
tumbuhan berbunga sejati. Tumbuhan biji tertutup (Angiospermae) mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut.
1. Akar
Angiospermae mempunyai system perakaran tunggang dan serabut.
Jaringan pengangkutnya terdiri atas floem dan xylem.
2. Batang
Batang tumbuhan biji tertutup berbentuk pohon, perdu, dan semak.
Batang sebagai pendukung ranting, daun, buah, dan bunga. Pada batang terdapat
jaringan pengangkut berupa xylem dan floem. Pembuluh xylem berfungsi untuk
mengangkut air dan garam mineral dari akar menuju daun, sedangkan pembuluh
floem berfungsi untuk mengangkut zat makanan hasil fotosintesis dari daun
menuju seluruh bagian tumbuhan.
Batang dapat dijadikan pembeda pengelompokan tumbuhan Angiospermae
berdasarkan umurnya, adalah sebagai berikut:
a. Tumbuhan anual adalah tumbuhan yang berumur
pendek, biasanya kurang dari setahun, misalnya padi jagung dan kedelai.
b. Tumbuhan bineal adalah tumbuhan yang berumur
dua tahun, misalnya sawi, wortel, dan seledri.
c. Tumbuhan pareneal (menahun) adalah tumbuhan
yang hidup menahun, misalnya kelapa, karet, durian, dan jati.
3. Daun
Angiospermae kebanyakan mempunyai daun tipis dan lebar, ada yang
berbentuk lurus, sejajar, menjari, dan menyirip. Pada umumya daun berwarna
hijau karena mengandung klorofil.
4. Bunga
Pada Angiospermae bunga merupakan alat perkembangbiakan seksual.
Bunga berdasar kelengkapan bagian bunga (kelopak, mahkota, dan kelamin bunga)
dibedakan menjadi bunga lengkap dan bunga tidak lengkap. Bunga lengkap adalah
bunga yang memiliki kelopak, mahkota dan alat kelamin secara lengkap. Kalau
tidak ada salah satunya bagian disebut bunga tidak lengkap. Berdasarkan ada
tidaknya alat kelamin (benang sari dan putik), bunga dibedakan menjadi bunga
sempurna dan bunga tidak sempurna. Bunga sempurna adalah bunga yang mempunyai
benang sari dan putik dalam satu bunga, sedangkan bunga tidak sempurna hanya
memiliki salah satu alat kelamin (benang sari atau putik saja)
5. Biji
Biji terbentuk melalui peristiwa penyerbukan, yaitu melekatnya
serbuk sari diatas kepala putik dan pembuahan yaitu bersatunya sel kelamin
jantan dan sel telur. Hasil pembuahan adalah zigot yang kemudian berkembang
menjadi biji. Biji terlindung oleh daun. Biji ada yang berkeping satu dan ada yang
berkeping dua.
Berdasarkan keping bijinya (kotiledon), tumbuhan Angiospermae
dibedakan menjadi dua, yaitu Dicotyledoneae (dikotil), yaitu tumbuhan yang
bijinya mempunyai dua kotiledon dan monocotyledoneae (monokotil), yaitu
tumbuhan yang bijinya mempunyai satu kotiledon dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Tumbuhan Berkeping Satu (Monokotil)
Monokotil adalah tumbuhan yang hanya mempunyai satu kotiledon.
Tumbuhan monokotil pada saat berkecambah bijinya tidak membelah karena hanya
mempunyai satu keeping biji. Kelas monokotil memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Susunan akarnya berupa akar serabut.
b. Batangnya beruas-ruas yang tampak jelas.
c. Urat-urat daun sejajar dan melengkung.
d. Bagian bunga, misalnya mahkota dan kelopak
berjumlah tiga atau kelipatannya.
e. Jika biji berkecambah, kotiledonnya (keping
biji) tetap utuh atau tudak terbelah.
f. Batang dan akarnya tidak dapat tumbuh membesar
karena tidak mempunyai cambium,
kecuali pada beberapa jenis ada yang batangnya
membesar, misalnya nanas seberang dan palem raja.
Kelas monokotil dikelompokkan menjadi beberapa ordo (bangsa) dan
setiap bangsa dikelompokkan menjadi beberapa suku. Adapun beberapa suku
tumbuhan monokotil yang penting adalah
sebagai berikut:
a. Gramineae (Poaceae)
Tumbuhan ini biasanya mempunyai akar rimpang, batang bulat
beruas-ruas dan berongga, serta daun tunggal berbentuk pita dan susunan tulang
daunnya sejajar. Daun melekat langsung pada batang. Bunga berukuran kecil dan
tersusun oleh bulir. Beberapa bulir mrembentuk bulir majemuk. Penyerbukannya biasanya
dibantu oleh angin. Contonya adalah jagung, tebu, padi dan alang-alang.
b. Cyperaceae
Ciri-ciri tumbuhan anggota famili ini antara lain mempunyai akar
rimpang, batang segitiga dan tidak berongga, serta daun tunggal berbentuk pita
dan terletak di pangkal batang. Contohnya: rumput teki.
c. Liliaceae
Tumbuhan ini biasanya mempunyai akar rimpang. Secara umum tumbuhan
ini merupakan tumbuhan basah berupa tanaman merambat. Pada jenis tertentu tepi
daum berduri dan berlendir, contohnya lidah buaya yang banyak dimanfaatkan
untuk bahan kecantikan. Dan contoh lain yaitu bawang putih dan bawang merah
yang dimanfaatkan untuk bumbu masakan.
d. Palmae
Tumbuhan ini biasanya mempunyai akar serabut, batang tidak
bercabang, daun menyirip berbentuk kipas, dan tangkai daun atau pelepah
melebar. Contohnya: kelapa, aren, dan salak.
e. Zingiberaceae
Tumbuhan ini mempunyai akar rimpang dan telah mengalami penambahan
fungsi sebagai alat perkembangbiakan vegetatif. Anggota tumbuhan ini bermanfaat
sebagai bahan rempah, obat dan makanan. Contohnya: jahe, kunyit, dan temulawak.
f. Cannaceae
Tumbuhan ini banyak yang berupa semak menahun, berakar rimpang,
tebal dan berumbi, serta daun bertulang menyirip. Tumbuhan ini banyak
dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Contohnya: bunga tasbih.
g. Orchidaceae
Tumbuhan ini hidup secara saprofit dsn epifit, berakar rimpang
serta daun berubah menjadi upih dan memeluk batang. Contohnya: anggrek dan
vanili.
h. Pandanaceae
Tumbuhan ini berupa semak, perdu, atau pohon yang tumbuh tegak,
batang bercabang, serta daun sempit memanjang dan kadang tepi daun berduri.
Tumbuhan ini kadang memiliki akar tunjung pada batang atau cabang yang menjulur
di atas tanah. Contohny: pandan wangi.
i. Musaceae
Tumbuhan ini berakar serabut dan berdaun sempurna. Batang berupa
batang semu, yang berdiri di permukaan tanah adalah tumpukan pelepah daunnya.
Batang aslinya berada di dalam tanah. Buahnya adalah buah buni atau kotak dan
banyak dimanfaatkan sebagai buah segar. Contohnya: pisang
2. Tumbuhan Berkeping Dua (Dikotil)
Dikotil adalah tumbuhan yang mempunyai dua kotiledon. Pada saat
biji tumbuhan dikotil berkecambah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Biji berkeping dua.
b. Dua daun lembaga terangkat keatas.
c. Tulang daun menjari.
d. Berakar tunggang yang bercabang-cabang.
e. Tulang daun menyirip atau menjari, daun tunggal
atau majemuk danjarang berpelepah.
f. Batang bercabang dan memiliki cambium di antara
berkas pengangkutnya.
g. Ikatan pembuluh angkut pada batang letaknya
teratur.
h. Bunga memiliki bagian-bagian bunga, misalnya
kelopak, mahkota, benangsari dengan jumlah dua, 4,5 atau kelipatannya,
sedangkan putik biasanya satu buah.
Tumbuhan dikotil mempunyai beberapa famili, adalah sebagai berikut:
a. Papilionaceae (suku kacang-kacangan)
Tanaman semak berbatang tegak atau merambat. Bunga berbentuk
seperti kupu-kupu. Pada akar terdapat bintil yang merupakan simbiosis dengan
bakteri. Contoh: kacang tanah, kacang hijau, dan kacang panjang
b. Euphorbiaceae(suku getah-getahan)
Merupakan tumbuhan herba, berkayu, dan bergetah. Batangnya menjalar
atau membelit. Contoh: ketela pohon dan karet.
c. Mimmosaceae
Tumbuhan berkayu, semak dan pohon. Daun majemuk, karangan bunga
berbentuk bongkol, benang sari panjan. Biji di dalam buah polong. Contoh:
Mimmosa pudika (si kejut), Leucaena glauca (petai cina).
d. Caesalpiniaceae (suku jo har)
Batang dan akar berkayu. Bunga mencolok,
daunnya bias dipakai sebagai obat. Contoh: kembang merak, asam, johar.
e. Labiatae
Meliputi tumbuhan perdu, bunga bilateral simetris, bunga memiliki
mahkota dan kelopak, benang sari 2 atau 4 dan putuik 1. Contoh: kemangi, kumis
kucing.
f. Convolvulaceae
Merupakan tumbuhan herba dan berkayu, batangnya menjalar, melilit
dan bergetah. Bunga simetris radial. Contah: ketela rambat dan kangkung.
g. Myrtaceae
Daun berbintik-bintik dan menghasilkan kelenjar minyak. Contoh: jambu
air dan jambu biji.
h. Moraceae
Habitus pohon, daun tunggal, duduk daun menyebar terlindung oleh
daun penumpu yang memeluk ranting. Seluruh bagian tubuhnya bila terlika akan
mengeluarkan getah. Contoh: nangka dan beringin.
i. Rutaceae (jeruk)
Daunnya mengeluarkan orama yang sangat khas. Contohnya: jeruk bali,
dan jeruk nipis.
j. Rubiaceae
Daunnya tunggal dengan duduk daun berhadapan pada setiap ruas.
Contoh: kopi.
k. Malvaceae (suku kapas-kapasan)
Tumbuhan berdaun tunggal, kulit batang dan buah dapat menghasilkan
benang. Contoh: kapas dan rosela.
l. Bombaceae
Tumbuhan berdaun tunggal, duduk daun tersebar, dan bunga berwarna
menarik. Contoh: durian.
m. Apocynaceae (suku kamboja)
Tumbuhan berkayu, bunga mencolok dan bergetah. Contohnya: kamboja,
dan alamanda.
n. Verbenaceae
Contahnya tanaman jati.
o. Annonaceae
Contahnya srikaya dan sirsak.
p. Cucurbitaceae
Tumbuhan yang menjalar dipermukaan tanah dan sering dikenal sebagai
timun-timunan. Contohnya: mentimun, dan labu.
q. Asteraceae
Tumbuhan
yang mempunyai bunga majemuk bentuk cawan (memiliki bunga tengah dan bunga
tepi). Conthnya: bunga matahari dan kenikir.
II.2.2 b Kindom Animalia
Animalia atau hewan merupakan organisme
multiseluler, bersifat heterotrof, organisme yang aktif. Kingdom animalia
dibagi ke dalam dua kelompok berdasarkan ada tidaknya tulang belakang, yaitu:
1) Avertebrata
Avertebrata merupakan kelompok hewan yang
tidak memiliki tulang belakang. Avertebrata terdiri dari 8 filum, yaitu:
a)
Porifera (hewan berpori)
Porifera merupakan kelompok hewan
multiseluler yang paling sederhana, tubuh berpori-pori, sebagian besar hidup di
air laut, tapi ada juga yang hidup di air tawar. Tubuhnya berbentuk
seperti bunga pada umumnya. Contoh: Niphates digitalis, Clathrina.
b)
Coelenterata (Hewan berongga)
Struktur tubuh Coelenterata lebih kompleks
dibanding porifera. Dalam daur hidupnya mempunyai bentuk tubuh sebagai polip
dan medusa. Mulut memiliki tentakel, pada tentakel terdapat alat penyengat.
Contoh: Chrysaora fruttescena (ubur-ubur).
c)
Plathyhelminthes (cacing pipih)
Berbentuk pipih, lunak dan simetris
bilateral. Dapat hidup bebas di air tawar dan air laut. Misalnya, planaria dan
sebagai parasit pada hewan atau manusia seperti cacing hati
d)
Nemathelminthes (Cacing gilig)
Bentuk tubuh gilig/silindris, memiliki
rongga tubuh tapi tidak sejati. Permukaan tubuh dilapisi kutikula, memiliki
sistem pencernaan ya ng lengkap. Hidup bebas atau sebagai parasit. Contoh:
Ascaris lumbricoides (cacing perut).
e)
Annelida (Cacing gelang)
Tubuh bersegmen dan bulat, sistem pencernaan
sudah lengkap. Sebagian besar hidup bebas, ada yang sebagai parasit. Contoh:
Lumbricus terrestris (cacing tanah).
f)
Mollusca (Hewan bertubuh lunak)
Mollusca merupakan kelompok hewan yang
bertubuh lunak, tubuh di lindungi cangkang, ada pula yang tidak bercangkang.
Ukuran bervariasi. Hidup di perairan laut, air tawar, ataupun darat. Contoh:
Achatina fulica (bekicot).
g)
Arthropoda (Hewan berbuku-buku)
Memiliki kaki beruas-ruas, tubuh dapat
dibedakan antara kepala, dada, da n perut. Mempunyai rangka luar yang keras
(kutikula). Hidup bebas, parasit, simbiosis. Contoh: Pardosa amenata (jenis
laba-laba).
h)
Echinodermata (Hewan berkulit
duri)
Struktur tubuh simetri radial, seperti
bintang, bulat, pipih. Permukaan tubuh umumnya berkulit duri. Bergerak
menggunakan kaki ambulakral. Hidup bebas atau di perairan laut. Contoh:
Acanthaster sp (bintang laut).
2) Vertebrata
Kelompok hewan ini memiliki tulang belakang,
rangka dalam, rongga tubuh, sistem pernapasan, pencernaan, peredaran darah,
ekskren, saraf, alat reproduksi terdiri dari kelamin jantan dan betina.
Vertebrata terdiri atas:
a.
Pisces (ikan) yaitu jenis hewan
yang hidup di air, bernafas dengan insang, contoh: ikan louhan.
b.
Amphibia, yaitu hewan yang
dapat hidup di darat dan di air, bernafas dengan kulit. Contoh : katak.
c.
Reptilia yaitu hewan yang dapat
hidup di darat dan di air, bernafas dengan paru- paru, contoh: komodo.
d.
Aves (burung) yaitu hewan yang
memiliki bulu, ekor, badan, leher dan kepala, berkembang biak dengan cara
bertelur, contoh: penguin.
e.
Mamalia, jenis hewan yang
menyusui anaknya. Bernafas dengan paru- paru. Contoh: kera.
II.2.2
c Kingdom Protista
Protista adalah mikroorganisme eukariota yang
bukan hewan, tumbuhan, atau fungus. Mereka pernah dikelompokkan ke dalam satu kerajaan
bernama Protista, namun sekarang tidak dipertahankan lagi. Penggunaannya masih
digunakan untuk kepentingan kajian ekologi dan morfologi bagi semua organisme eukariotik
bersel tunggal yang hidup secara mandiri atau, jika membentuk koloni,
bersama-sama namun tidak menunjukkan diferensiasi menjadi jaringan yang
berbeda-beda. Dari sudut pandang
taksonomi, pengelompokan ini ditinggalkan karena bersifat parafiletik.
Organisme dalam Protista tidak memiliki kesamaan, kecuali pengelompokan yang
mudah, baik yang bersel
satu atau bersel banyak tanpa memiliki jaringan. Protista hidup di hampir semua
lingkungan yang mengandung air. Banyak protista, seperti algae, adalah fotosintetik
dan produsen primer vital dalam ekosistem, khususnya di laut sebagai bagian
dari plankton. Protista lain, seperti Kinetoplastid dan Apicomplexa, adalah
penyakit berbahaya bagi manusia, seperti malaria dan tripanosomiasis.
Protista pertama kali diusulkan oleh Ernst Haeckel. Secara
tradisional, protista digolongkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan
kesamaannya dengan kerajaan yang lebih tinggi yaitu meliputi Protozoa yang menyerupai
hewan bersel satu, Protophyta yang menyerupai tumbuhan (mayoritas algae bersel
satu), serta jamur lendir dan jamur air yang menyerupai jamur. Dulu, bakteri juga dianggap sebagai protista dalam sistem
tiga kerajaan (Animalia, Plantae termasuk jamur, dan Protista). Namun kemudian
bakteri dipisah dari protista setelah diketahui bahwa ia adalah prokariotik.
II.2.2
d
Kingdom Monera
Monera adalah salah satu kingdom dalam klasifikasi biologi sistem
lima-kingdom, yang sekarang sudah tidak dipakai lagi. Monera meliputi sebagian
besar prokariotik (yaitu tidak punya inti sel. Oleh sebab itu, nama lainnya
adalah Prokaryota atau Prokaryotae. Kingdom ini dibagi
menjadi dua divisi yaitu Bacteria (atau Schizomycetes) dan Cyanophyta atau alga
hijau-biru.
Pengelompokan ini sekarang tidak digunakan
lagi, setelah berbagai temuan menunjukkan bahwa Cyanophyta sekarang ini lebih
tepat dianggap sebagai bakteria dan dinamakan sebagai Cyanobacteria.
II.2.2
e
Kingdom Fungi
Fungi adalah nama regnum dari sekelompok
besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar
tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi memiliki
bermacam-macam bentuk. Awam mengenal sebagian besar anggota Fungi sebagai jamur,
kapang, khamir, atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud adalah penampilan
luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri.
Fungi
memperbanyak diri secara seksual dan aseksual. Perbanyakan seksual dengan
cara :dua hifa dari jamur berbeda melebur lalu membentuk zigot lalu zigot
tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan perbanyakan aseksual dengan cara membentuk
spora, bertunas atau fragmentasi hifa. Jamur memiliki kotak spora yang disebut
sporangium. Di dalam sporangium terdapat spora. Contoh jamur yang membentuk
spora adalah Rhizopus. Contoh jamur yang membentuk tunas adalah Saccharomyces. Fungi diklasifikasikan menjadi 6 klasifikasi,
yaitu:
a. Zygomycota
b. Ascomycota
c. Basidiomycota
d. Deuteromycota
e. Mikoriza
f. Lumut Kerak
II.2.2
f Kingdom Eubacteria
Para makhluk
hidup di Kingdom Eubacteria berupa makhluk hidup sel tunggal (uniseluler).
Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Eubacteria memiliki sel
prokariotik (sel sederhana yang tidak mempunyai kapsul sebagai lapisan
terluarnya dan dinding sel didalamnya). Eubacteria juga dikenal dengan istilah bakteria.
II.2.2 g
Kingdom Archaebacteria
Pada tahun 1977 seorang mikrobiolog bernama
Carl Woese dan peneliti lain dari university of Illinois menemukan suatu kelompok
bakteri yang memiliki ciri unik dan berbeda dari anggota kingdom Monera
lainnya. Kelompok tersebut dinamakan Archaebacteria. Archaebacteria lebih
mendekati makhluk hidup eukariot dibandingkan bakteri lain yang merupakan
prokraiot. Hal itu menyebabkan terciptanya sistem klasifikasi 6 kingdom pemisah
kingdom Archaebacteria dari anggota kingdom Monera lain yang kemudaian disebut
Eubacteria.
Namun hingga sekarang yang diakui sebagai
sistem klasifikasi standar adalah sistem Lima Kingdom yang ditemukan oleh
Whittaker. Makhluk hidup di Kingdom Archaebacteria tidak jauh berbeda dengan
yang ada di Kingdom Eubacteria karena mereka dulunya satu Kingdom. Namun
Archaebacteria umumnya tahan di lingkungan yang lebih ekstrem.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan
yang telah ada, penulis dapat menarik kesimpulan yaitu:
1.
Klasifikasi adalah penyusunan makhluk hidup secara teratur ke dalam
suatu herarki. Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi makhluk
hidup secara individual yang menggambarkan kekerabatan.
2.
Adapun tujuan klasifikasi makhluk hidup yaitu untuk mengelompokkan
makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki, mengetahui
ciri-ciri untuk mengetahui hubungan kekerabatan makhluk hidup tersebut
3.
Sistem klasifikasi makhluk hidup dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu berdasarkan dari segi sifatnya dan dari segi pembagian kingdomnya. Yaitu
secara pembagiannya makhluk hidup dibagi kedalam 6 kingdom yaitu Eubacteria,
Archaebacteria, protista, fungi, plantae, dan animalia
3.2
Saran
Adapun Saran
penulis sehubungan dengan bahasan makalah ini, kepada rekan-rekan mahasiswa
agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih dalam tentang bagaimana sistem
klasifikasi makhluk hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, A. 1984. Ringkasan Biologi. Ganeca Exact.
Bandung.
Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Kimball, J. W. 1993. Biologi Umum. Erlangga.
Jakarta.
Lumowa, sonja V.T. 2012 . Bahan Ajar Botani Tingkat Tinggi.
Universitas Mulawarman: Samarinda
Demikianlah materi tentang Makalah Sistem Klasifikasi yang sempat kami berikan dapat bermanfaat. semoga materi yang kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak Makalah Asal Usul Kehidupan yang telah kami posting sebelumnya. semoga materi yang kami berikan dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih. Semoga dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.
Anda dapat mendownload Makalah diatas dalam Bentuk Document Word (.doc) melalui link berikut.
EmoticonEmoticon